10

48 6 8
                                    

Ternyata ngumpulin vote susah juga ya😅 gapapa deh. Buat yang udah vote makasihh bangett🫶🏻 buat yang udah baca jugaa🫶🏻.

Semoga kualitas ceritaku bisa lebih baik yaa.

Okei, sebelum lanjut, jangan lupa votementnya! Makasihh!

Selamat membaca!



~

JGEERRRR!

Seketika lima remaja yang sedang duduk melingkar itu menunduk serentak. Posisi mereka yang berada di atap sekolah membuat petir tadi rasanya berada di atas kepala mereka.

“KAGETT.” Beomgyu mengusap-usap dadanya yang berdebar kencang.

“Bentar lagi ujan ini mah, baru juga mau bikin rencana,” keluh Kai. Awan abu-abu diatas sana memang sudah terlihat berat, seakan siap menjatuhkan jutaan rintik air.

Dan benar saja, Soobin mendongak saat merasakan satu tetes air jatuh di hidungnya. Dalam hitungan detik, hujan turun dengan deras yang akhirnya memaksa mereka berlima berlari menuju pintu gedung.

“Ah elah pake ujan segala,” gerutu Beomgyu.

Yang lain mengusap-usap air hujan yang sempat mengenai tubuh mereka. Taehyun yang berdiri dekat pintu menatap jam ditangannya, saat ini sudah pukul 5 sore. Dulu hanya sisa satu jam lagi sebelum batas waktu pulang, kini aturan itu sudah dihapus oleh sang mama, membuat Taehyun tersenyum tipis.

“Sekarang gimana?” tanya Kai.

Taehyun terlihat berpikir, “ruang musik?” usulnya.

“Setau gue jam pulang sekolah ruangannya dikunci.”

JEGERRRRR!

Suara petir kembali terdengar. Sama kerasnya dengan yang tadi sampai membuat Beomgyu merangkul erat tangan Soobin disampingnya. Di luar sana sepertinya hujan turun lebih deras. Kilatan putih nampak merambat di langit abu-abu diatas sana.

“Udah yuk ah turun dulu ke bawah, ngeri bener petirnya,” ajak Beomgyu.

Karena sepertinya hujan akan berlangsung lama juga kondisi yang tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai tempat berkumpul setelah diguyur hujan, akhirnya mereka memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Suara guyuran hujan mengiringi langkah mereka menyelusuri anak tangga.

“Eh mau mampir ke ruang seni musik ga? Siapa tau ga dikunci,” usul Kai.

“Ayok ngikut aja gue mah,” ujar Yeonjun.

Sebelum sampai ke lantai bawah, mereka berbelok ke koridor dimana ruang-ruang praktek berjejer disana. Sesampainya didepan ruangan yang dituju, tanpa basa basi Beomgyu memutar kenop pintu dihadapannya. Tapi selanjutnya malah terdengar helaan nafas Beomgyu saat pintu itu tidak berhasil dibuka yang artinya memang terkunci.

“Mending ke lobi dulu, mikir disana aja, ada tempat duduk juga.” Soobin menawarkan pendapatnya.

Mereka kembali berjalan beriringan di gedung sekolah yang sudah mulai sepi. Derasnya hujan membuat hawa disekitarnya terasa dingin. Beomgyu lebih dulu duduk di kursi paling pojok, menatap jutaan rintik hujan mengguyur apapun yang ada dibawahnya.

“Menurut gue, dari sekarang kita harus punya tempat kumpul, yang minimal aman dari hujan sama panas,” ungkap Soobin memulai pembicaraan.

Kai ikut duduk disamping Beomgyu. “Setuju, atap sekolah ga akan bisa jadi tempat kumpul buat waktu yang lama.”

“Ada yang punya usul?” tanya Soobin.

Di saat yang lain sedang memikirkan ide untuk titik kumpul mereka, Yeonjun mengangkat tangannya. Membuat  kini perhatian mereka beralih pada Yeonjun. “Mau kumpul di tempat yang biasanya gue datengin waktu bolos?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lovesong || TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang