9

39 6 1
                                    

Setelah dua puluh menit, ruang makan itu benar-benar kosong. Beomgyu diikuti Kai kembali ke asrama, ah jangan lupa dengan dua bocah laki-laki yang saat ini ikut berjalan dibelakang mereka.

“Bang,” panggil Wonjin.

Beomgyu yang sedang sibuk menata buku ke dalam tas nya menoleh, “apa?” tanyanya heran. Pasalnya bocah itu sejak tadi dempet-dempet padanya.

“Rasanya sekolah di luar gimana? Pasti seru, ya?”

Ah pertanyaan itu, sepertinya bulan lalu Wonjin pernah mengeluarkan pertanyaan yang sama. Apakah sepenasaran itu dirinya?

“Emm, seru, gue dapet banyak temen baru disana, abis sekolah bisa main ke taman dulu, makanan yang dijual dipinggir jalan juga enak.”

“Ish! Aku juga pengen!”

“Sabar, kalo umur kita udah segede Kak Kai sama Bang Beomgyu juga pasti kita ngerasain, kok, iya kan Kak?”

Kai mengangguk lalu mengusak gemas rambut Seongmin, “nanti deh gue bawain jajan buat kalian,” ucap Kai.

Wonjin yang semula dempet dengan Beomgyu tiba-tiba berlari ke arah Kai. “Beneran Kak? Janji ya jangan bohong!”

“Iyaa! Tenang aja Bang Beomgyu tabungannya banyak kok.”

“Apaan?!” Beomgyu melotot kesal ke arah Kai.

“Aamiin gitu, didoain baik-baik sama gue malah nyolot.”

Tok tok tok

Pintu kamar yang memang awalnya tidak ditutup rapat kini terbuka lebar. Di ambang pintu sana, terlihat seorang wanita muda, mungkin sekitar umur 30-an.

“Bu Na!”

Seongmin dan Wonjin berlari ke arah wanita itu, langsung memeluknya erat. Wanita bermarga Na itu tersenyum, membalas pelukan dari dua tubuh mungil itu.

Kai dan Beomgyu tersenyum lega melihat Ibu Na sudah kembali dari cutinya. Beliau adalah salah satu guru kesayangan anak-anak panti.

Ibu Na mengusak gemas rambut dia bocah itu. Melihat bagaimana cerianya Seongmin dan Wonjin membuat paginya semakin cerah.

“Udah siap ke kelas belum? Terus kalian udah siap berangkat sekolah? Udah jam berapa ini?”

Wonjin mengangguk, berlari ke meja kamarnya, mengambil beberapa buku milik dirinya dan juga milik Seongmin.

“Ini Min punyamu!” Wonjin memberikan sebagian buku ditangannya.

“Udah kok Bu, ini mau berangkat.” Kai menggendong tas nya. Diikuti Beomgyu kemudian pamit untuk berangkat ke sekolah.

Sebagai informasi, Panti Asuhan Sejeong memiliki satu gedung untuk sekolah, mulai dari tingkat TK sampai SMP. Sedangkan untuk tingkat SMA, mereka harus sekolah di luar panti.

.

Berbeda dengan Ibu Na, pagi milik Soobin malah kacau. Lelaki tampan itu kini sedang menatap jendela kelasnya dengan pandangan kosong. Di luar sana langit terlihat mendung, sedikit mirip dengan suasana hatinya pagi ini. Soobin memejamkan matanya lalu menghela nafas, teringat perkataan menyakitkan dari pamannya tadi pagi. Dan juga ... fakta mengekutkna yang baru saja dirinya tahu pagi ini.

Tadi pagi-pagi sekali saat Soobin baru selesai masak untuk neneknya, tiba-tiba pintu rumahnya terbuka cukup keras. Minsik berulah lagi. Lelaki itu pulang dengan keadaan mabuk. Suara gaduh itu membuat neneknya keluar dari kamar. Soobin menghela nafas jengah, mencoba tidak peduli dan lebih memilih menyiapkan obat untuk sang nenek agar bisa cepat berangkat ke sekolah.

Minsik berjalan sempoyongan dengan tampilan berantakan, pria itu duduk di sofa sambil memijit pangkal hidungnya yang terasa pusing.

“Nek, masuk ke kamar aja, aku bawain ke kamar ya makan sama obatnya.” Soobin mendorong pelan neneknya agar kembali masuk ke kamar. Lalu membawa makanan dan obat neneknya.

Lovesong || TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang