Tok! Tok! Tok!
"Farla! Farla! Farla!" teriak seorang wanita paruh baya sembari mengetuk pintu dengan keras, lebih tepatnya menggedor pintu.
"Aaaeemmm mmmmm..." gumam seorang gadis muda yang menggeliat dalam tidurnya.
"Farla! Bangun! Udah jam berapa ini??? Bangun atau Mama buang si Cio?!" teriak wanita itu masih mengetuk pintu.
Gadis itu sontak duduk tegak, "Jangan buang Cio, Mami! Nanti kurusak tanaman Mami!" jawabnya dengan malas-malasan.
"Yaudah, ayo bangun! Ini pintu ngapain dikunci juga sih?" Wanita itu mengomel. Tangannya belum berhenti menggedor pintu.
"Bisa berhenti nggak sih, Mi? Nanti pintuku rusak. Mami gak mungkin bisa benerin."
"Mami, Mami, siapa itu Mami? Ini Mama, bukan Mami!" jawab wanita itu dari luar. Kini, tangannya sudah berhenti mengetuk pintu. "Bangun, Farla! Anak perawan kok bangunnya siang. Inget! Kamu itu udah umur 24!"
Gadis muda yang bernama Farla itu hanya menggumam tak jelas. Ia menekuk kaki dan memeluknya, kepalanya ia sandarkan di kakinya itu, kemudian matanya kembali terpejam.
"Meow!"
"Meow!"
"Meow!"
"Pergi aja kamu, Cio! Itu babumu udah gak peduli sama kamu!"
Kontan Farla bangun dan membuka pintu. Apa yang ada di depan pintunya sama persis dengan yang ada di pikirannya. Mamanya dengan ekspresi galak tengah menggendong si Cio di tangan kirinya. Tangan kanannya bertolak pinggang.
"Ngapain, Ma?" tanya Farla kesal. Ia meraih makhluk berbulu berwarna oren kecokelatan itu.
"Ini bocah," mamanya menunjuk Cio, "dari tadi nungguin kamu di luar pintu."
"Meow!"
"Utututu Cayang," kata Farla sembari mengayun Cio dalam gendongannya, "Ayo makan! Cio pasti laper," lanjutnya sembari berjalan ke tempat makanan Cio berada.
"Cuci muka sana! Mama tunggu di dapur."
"Ngapain, Ma?" tanya Farla sekenanya setelah cuci muka.
"Kamu masih nanya 'ngapain'?" tanya mamanya dengan nada kesal, "Ini mama lagi masak buat kamu dan papa kamu. Kamu sekarang ke Mang Eko buat beli tempe, ikan, dan pete. Nih uangnya."
"Ma..." ucap Farla memelas.
"Jalan sekarang!" jawab Mamanya.
Mau tak mau Farla berjalan lunglai menuju lapak jualan Mang Eko. Di teras, ia bertemu dengan papanya yang adem ayem membaca koran sambil sesekali menyeruput kopi. Farla menghentakkan kakinya kesal. Bagaimana bisa papanya bisa setenang itu dengan peperangan antara dia dan mamanya di dalam rumah. Farla tidak habis pikir, mengapa papanya betah dengan mamanya yang super bwel itu.
"Bangun pagi sama sekali bukan passion gue," gumamnya di tengah perjalanannya menuju lapak Mang Eko.
Napas Farla semakin berat saat melihat sekumpulan ibu-ibu mengelilingi lapak Mang Eko, "Hah.. pagi-pagi udah dikasih cobaan," gumamnya lirih.
"Eh, Neng Farla mau belanja ya?" tanya seorang ibu berdaster hijau.
Pake nanya lagi.
"Iya," jawab Farla tersenyum, "Mang, ikannya 1, yang seger ya," kata Farla kepada Mang Eko seraya menarik bungkusan pete.
"Pilih sendiri aja, Mbak Farla, biar tahu dan pas," ucap ibu lainnya yang berhijab abu-abu. "Oiya, Mbak Farla kan gak bisa masak katanya, ya."
"Oalah, kasihan Bu Dini kerja sendiri kalau ada pesanan makanan," timpal lainnya yang memiliki rambut hingga di bawah pinggul, "Belajar masak, Farla, biar bisa bantuin Bu Dini. Bu Dini kan pinter masak dan masakannya selalu enak, kamu bisa belajar dari mamamu."
YOU ARE READING
Jobless
ChickLitHanya seorang pengangguran dengan segudang pengalaman dalam melamar pekerjaan, namun belum membuahkan hasil, melainkan lika-liku drama kehidupan yang didapatkan. Hanya seorang gadis konyol yang mengidolakan teman sekolah dasarnya. Hanya gadis pecin...