[08. Adiba-Zidan]

147 91 33
                                    

- Happy Reading -

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Kondisi ruang tamu yang berantakan banyak mainan Zidan berserakan. Adiba dan Zidan sedari tadi asik bermain sendiri.

Tiga pemuda yang ada disana hanya mengawasi kedua bocah tersebut sembari bermain game di-ponselnya masing-masing.

Suasana diruang tamu pun lumayan berisik karena suara dua bocah berbeda jenis tersebut.

"Zidan, kerjain tugasnya. Jangan main terus!" seru Jefran menatap tajam adiknya—Zidan.

"Gak mau."

"Kerjain dulu kalo udah selesai main lagi, Adiba juga bakal nungguin."

"Gak mau, idan gak mau ngeljain sekalang."

"Diba, kita main ke taman belakang aja yuk. Disini ada banyak hantu," ajak Zidan menggandeng tangan Adiba.

"Shock berat gue, akhirnya adek gue bakal nerusin gue jadi playboy." Naren terharu melihat adiknya bergandengan dengan seorang bocah perempuan yaitu Adiba.

"Na, lo ajarin Zidan apa aja?" tanya Jefran menatap tajam kembarannya.

"Nggak ngajarin apa-apa, cuma ngajarin jadi cowok playboy." jawab Naren dengan santai.

Jefran hanya menghela nafas, kembarannya ini membuat dirinya stres. Bagaimana tidak? Sebagai kakak yang baik harusnya Naren mengajarkan hal-hal baik kepada Zidan.

Tapi ini? Naren malah mengajari Zidan menjadi playboy.

"Parah banget sumpah lo Na, ngajarin adik sendiri." Tema mengangkat bicara, ia juga masih geleng-geleng kepala melihat tingkah Zidan tadi.

"Sekali lagi gue liat tingkah Zidan kaya gitu, gue gak bakal diem aja. Inget Na!" Jefran melenggang pergi menuju kamarnya, meninggalkan Tema dan Naren yang berada diruang tamu.

"Gimana nih Na, nanti gue nggak dapet traktiran dari lo lagi dong." ucap Tena diakhiri dengan kekehan.

"Sialan lo."

***

Dua bocah berbeda jenis itu tengah bermain ditaman belakang rumah dengan berbagai jenis mainan disana.

Dengan kicauan burung yang mengisi keheningan disana serta hembusan angin sepoi-sepoi.

"Diba diba, kamu kelas belapa?" tanya Zidan yang tengah bermain kucing miliknya.

"Hum? Diba masih TK, kalau kamu?"

"Idan udah kelas 2,"

"Berarti kamu udah besar ya?" tanya Adiba diangguki oleh Zidan. "wah, cita-cita kamu mau jadi apa?"

"Cita-cita Idan mau jadi pacal kamu!"

"Heh! Main pacar-pacaran, ngomong R aja belum bisa!" celetuk Naren yang berada dibelakang Zidan.

"Apaan sih abang! Kata abang, kalo ada cewek cantik halus dipacalin. Kok Idan gak dibolehin pacalan sama Diba."

"Heh bocil! lo masih kecil jangan pacar-pacaran, nanti gue yang kena imbasnya tau nggak."

"Kan kata abang, idan boleh pacalan asal ceweknya cakep."

"Na, parah banget lo. Ngajarin Zidan pacar-pacaran, parah lo bro." Tema pura-pura terkejut saat tak sengaja mendengar ucapan Zidan.

"Enak aja! Gue nggak pernah ngajarin kaya gitu, tanya aja sama Zidan."

"Kata siapa? Abang nalen kan suka ngajalin idan tentang cewek."

"Ketahuan kan lo na, gue cepuin ke nyokap lo mampus." ucap Tema.

"Om, pacaran itu apa?" tanya Adiba yang tak mengerti apa yang diucapkan oleh mereka bertiga.

"Bukan apa-apa, kamu lanjut mainan aja. Kalau digodain Zidan pukul aja om Naren." jawab Tema.

"Emang boleh om?" tanyanya lagi melirik kearah Naren, Tema mengangguk.

Naren sontak melotot. "nggak, enak aja lo. Kalau digodain Zidan pukul aja si Zidan, jangan gue."

"Tapi kan abang yang ngajalin Idan." Zidan mulai membela diri.

"Kenapa lo mau cil?"

"Abang yang maksa idan!"

"Fitnah lo bocil!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TEMALIO [TIDAK DILANJUTKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang