chapter 1: Life is a Piece of Shit

6 0 0
                                    

Ring..ring..ring bunyi alarm membangunkanku dari mimpiku diwaktu kecil. Sudah lama aku tidak memimpikan masa kecilku. Kulihat jam dan hari masih menunjukkan jam empat pagi. Aku bersyukur walau hanya tertidur 2 jam.

Mataku mulai berembun, sebelum mereka jatuh, aku menguatkan diriku. Panacea jika kau tidak kuat dan hanya menangis siapa yang akan menemanimu. Kau hanya punya dirimu sendiri. Teman-teman di panti asuhan sudah memiliki kehidupan masing-masing dan tidak ada hubungannya lagi denganmu.

Ingat kau masih punya segunung tugas yang diberikan profesor kepadamu.

Panacea turun dari tempat tidur, masih ada 2 jam lagi sebelum dinas jaganya dimulai. Dia mengikat tinggi rambutnya dan mulai mengulang kembali pelajarannya.

Tak terasa waktu sudah berlalu. Buku mengenai kasus kegawatdaruratan hampir selesai dia baca. Ia membuat catatan kecil untuk dibacanya lagi diatas bus, menandai hal-hal yang perlu dia ingat.

Pagi ini Ia berencana membuat sarapan dan bekal sederhana untuk dibawa ke rumah sakit nanti. Sarapan hari ini adalah oat dengan susu, sedangkan untuk disiang hari mungkin hanya sebungkus roti dengan selai strawberi yang ia buat sendiri.

Untuk malam harinya Cea mungkin hanya akan memakan roti bakar.

Sebelum memulai sarapan Panacea selalu berdoa

" Ya Tuhan terimakasih sudah memberikan kepada cea sarapan yang berharga ini dan Cea masih bisa memakan sarapan dengan dua tangan. Semoga Cea selalu diberikan kesehatan agar dapat merawat orang-orang sakit. Aamin."

Hari sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi. Saatnya Ia pergi berjalan kaki ke halte bus terdekat untuk pergi ke Queen Elizabeth Hospital. Sepuluh menit kemudian ia telah sampai dan seperti hari-hari sebelumnya ia kembali mengulas materinya halaman demi halaman.

Setibanya di Queen Elizabeth Hospital Panacea langsung pergi ke Emergency  Room (ER) untuk berkumpul bersama-sama temannya sebelum melapor ke dokter yang bertugas disana.

Tiba-tiba handphone  Panacea bergetar dan ia langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Cea udah sampai belum?" Tanya Glen teman Panacea semenjak tahun pertama ia  kuliah di kedokteran.

"Udah, Glen dimana?"

" Aku baru mau berangkat" kekeh Glen terderdengar

Panacea mendengus " Apakah kau telat bangun lagi Glen?"

"Gak Cea, cuman aku malas mau masuk Emergency Room bareng kamu"

" Apakah karena waktu itu glan?" Ucap Panacea miris

...~...

Flashback
Dua minggu sebelum Panacea memulai residensinya, ia sudah berjanji akan pergi liburan bersama Glen ke Winterbourne House and Garden di Birmingham. Aku sudah menolak Glen berkali-kali karena aku tidak punya uang untuk kesana.

Glen meyakinkan ku bahwa itu semua milik keluarganya. Ia selalu mengatakan bahwa itu hadiah dari Glen untukku  karena telah membantunya untuk lulus di bagian residensi Bedah.

Selama perjalanan yang kulihat hanya salju. Glen meminta ku untuk bernyanyi. Aku tidak mengerti mengapa Glen atau orang lain selalu menyuruhku bernyanyi. Kupejamkan mata dan senandung lagu yang selalu dinyanyikan saat di tahun baru mengalir begitu saja

Of all the money that e'er I had
I have spent it in good company
Oh and all the harm I've ever done
Alas, it was to none but me

And all I've done for want of wit
To memory now I can't recall
So fill to me the parting glass
Good night and joy be to you all

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Meaning of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang