Kembalinya Cinta Lama?

509 83 8
                                    

🔊 Kasih Tak Sampai - Padi

"Glaze coklatnya abis, tinggal ini aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Glaze coklatnya abis, tinggal ini aja."

Mata biruku melirik ke arah botol kuning yang tersusun rapi di atas meja marmer putih yang dipesan Ayah langsung dari Paris. Berharap itu dapat membuatnya mengerti maksud dari gerakan bola mataku tanpa harus bersuara.

"Kalau rasa yang pernah timbul antara aku dan dia ada, nggak?"

Duhhh, raut wajahnya itu loh, ingin sekali kutonjok dengan teflon biru lautku ini.

Menjahili kakaknya yang sudah seharian ini menghirup aroma pastry dari dapur bisnis kecilnya di Surabaya, telah menjadi aktivitas resmi adikku yang lahir tepat di tanggal 28 September itu ketika sedang libur kuliah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menjahili kakaknya yang sudah seharian ini menghirup aroma pastry dari dapur bisnis kecilnya di Surabaya, telah menjadi aktivitas resmi adikku yang lahir tepat di tanggal 28 September itu ketika sedang libur kuliah.

"Tinggal rasa pisang tok. Cepetan ambil, lalu pulanglah sana!" Aku sedikit mempertegas kalimatku padanya. Aku tidak mau dia kelelahan karena terlalu banyak membantuku sore ini.

Kepala mungilnya manggut-manggut, menandakan kalau dia paham atau mungkin cuma, "dasar, perempuan galak. Pantas saja dari kemarin tidak ada satupun crofflemu yang terjual."

Astaga, anak ini benar-benar nakal sekali rupanya. Kupikir kalimat itu otomatis meluncur dari mulutnya tanpa lewat saringan otak.

Aku menyodorkan kotak putih yang dibaluri nuansa biru laut itu ke arah wajahnya. "Heh, jangan ngawur, croffleku ini masih jadi best seller di sini loh, ya."

"Ah, masa seh?" Jemari mungilnya itu memang telah meraih kotak croffle itu dari tanganku. Tapi, pertanyaan yang ia lontarkan itu seakan-akan dirinya sudah tidak percaya lagi dengan kakaknya sendiri.

"Pelanggan setiaku itu banyak, Mal. Kau saja yang mengada-ada," kataku.

"Banyak apanya, sih? Pelanggan setiamu itu loh cuman Mas Dipta."

Sial, rasanya dadaku seperti dihunus pedang panas. Pandanganku kembali sayu dalam sekejap. Kepalaku tertunduk menatap tumpukan sampah plastik yang belum kubuang sejak pagi. Atmosfer di sekelilingku berubah menjadi tipis dan sesak. Ucapannya berhasil membuka ingatan lamaku tentang sahabat kecilku itu.

Untuk Apa? | Haruto TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang