Teman Kecilku

310 59 4
                                    

🔊 Cintanya Aku - Tiara Andini ft. Arsy Widianto

"Kamu udah jarang main sama aku loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu udah jarang main sama aku loh."

Aku menggerutu sambil memilah-milah batu yang nantinya digunakan sebagai gaco dalam permainan jadul yang sering disebut "engklek" oleh anak-anak seusia kami.

Dipta berdehem kecil. Bibirnya manyun-manyun ke arahku. "Ya, harusnya kamu dong yang samperin aku ke Surabaya, masa tiap minggu aku terus yang nyamperin kamu ke Sidoarjo."

Sekarang malah gantian dia yang menggerutu.

Tangan kanannya itu dengan lihai menggambar garis engklek hanya dengan menggunakan secuil batu bata yang ia temukan di reruntuhan bekas rumah belanda lama.

Kepalaku menggeleng, "aku takut sama bau rumah sakit. Aku juga jarang nemenin Kemal operasi."

Adipta melempar keramik miliknya dan mulai melompat masuk ke dalam kotak engklek. "Aku kesana itu cuma sebulan sekali, sisanya sekolah, pulang, main, sama tidur."

"Aku samperin kalo mau kuliah aja, sekalian mau nempatin rumah bundaku karena sudah kosong," tuturku ketika pemilik nama Adipta Nabastala itu baru saja menginjak garis engklek merah yang tak seiras itu. Menandakan bahwa dia harus keluar sebentar dari permainan.

Kedua bola matanya yang cantik itu melirik ke arahku, "kenapa harus nunggu kuliah dulu sih, An?"

Cepat-cepat aku mengangguk agar dia segera mendengar argumen yang akan kusampaikan padanya. "Soalnya rumah bunda deket sama Kampus Lidah."

"Mau kuliah di Lidah?" tanyanya.

Aku mengernyit, "mau jualan croissant di depan danaunya, nyet."

"LOH, SAMA!"

Teriakannya itu bahkan sampai membuat tukang bakso yang lewat di depanku mengumpat-ngumpat. Bahkan, pentol urat andalannya sudah melayang ke arahku. Adipta yang mengejutkannya, kenapa aku pulak yang dilempar pentolnya?

"Jangan deh, aku gamau croissant waffleku jadi saingan sama croissant wafflemu," pintaku sebelum Dipta tertawa dengan mulut menganga dan membuat tukang bakso yang tadi menggulingkan rombongnya.

"Pokoknya kalau nanti kuliah di Unesa, kita wajib berangkat bareng ya. Nanti aku jemput pake vespa kuning punya bapak, terus jajan di depan danau sambil jualan croffle, abis itu nongkrong di Jembatan Merah dan nonton film horor setelahnya, terus beli baju di Tunjungan Plaza." Dipta merepet saking senangnya.

Celotehnya yang menggemaskan itu membuatku cuma bisa mengangguk-anggukan kepala saja. Mataku hanya fokus menatap bibir ranumnya yang komat-kamit membacakan rencana yang mungkin akan kami wujudkan nanti.

Untuk Apa? | Haruto TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang