Ini chapter terpanjang sekaligus chapter ter-deep di cerita ini. Enjoy! /<3
______________________Jingga menghembuskan nafasnya. Ia menatap kertas ujiannya itu, dengan pandangan sendu.
"Kali ini nilai aku nggak seratus. Cuman dapet sembilan puluh delapan. Kayaknya gara-gara kurang fokus."
Kakaknya yang berada di sebelahnya itu, tidak merespon apapun. Pikirannya masih campur aduk dengan kejadian tadi pagi. Dan yang benar saja, nilai ujian kimianya itu jadi anjlok tak sesuai harapan. Rasanya Mawar ingin melakban mulut si bungsu yang mengeluh akan nilainya padahal jelas-jelas masih tetap lebih unggul dari dirinya.
Ujian kimia tadi, sukses memberikan nilai 81 pada dirinya.
Taxi tersebut terparkir dengan rapih di depan gerbang rumah. Dua saudari tersebut pun turun dari sana, dan berjalan beriringan siap untuk melepas sepatu.
"Kak ...," lirih Jingga, menangkap tatapan sendu kakaknya.
Mawar tidak merespon. Ia sibuk melepas ikatan tali sepatunya itu.
"Soal tadi pagi—"
"Aku nggak mau bahas soal itu." Singkat, namun Jingga mengerti. Gadis kecil itu pun mengangguk, dan tak berucap apapun lagi setelahnya.
🧡❤️🧡❤️
Kumpulan berkas yang berserakan, sukses membuat Aster frustasi.
"Dimana laporan keuangan gedungnya ya ...." Keringatnya yang bercucuran, menandakan ia sudah pusing kepalang tak karuan. Hingga tiba-tiba, Lista, istrinya, datang dengan santai dan anggun menghampirinya.
Rambutnya yang diikat rapih dengan berbagai macam perhiasan emas melekat sempurna pada tubuhnya. Tak lupa pakaian sexy yang ikut melekat dengan indah, membuat semuanya terkesan sempurna.
"Apa?" Tanya Aster tambah dibuat kepalang.
"Kamu nggak tau ini hari apa, tanggal berapa, jam berapa?" Suara wanita itu memburu.
Aster berdecih. "Saya tidak punya waktu untuk memikirkan hal yang nggak penting kaya gitu."
"Aku butuh uang Mas," Lista tambah menekankan ucapannya.
"Nggak ada!" dan Aster Murka. "Kamu itu ya, kerjaannya, ngabisin uang terus! Saya capek tau nggak?!"
Intonasi lelaki itu meninggi mencoba menaklukan lawannya. Namun Lista seperti pura-pura tidak mendengar sepeserpun. Wanita paruh baya itu malah lebih fokus menatap jam tangannya, melihat jarum jam yang terus bergerak.
"Bodoh sekali jika mengingat dulu saya lebih memilih wanita cantik daripada cerdas." Pria itu seakan menyindir sangat dalam. Namun ia lupa, jika sindirannya tersebut terdengar lebih cocok untuk dirinya sendiri.
"Sekarang tugas saya, hanya ingin anak-anak tumbuh menjadi perempuan dewasa! Mandiri! Cerdas dan berwawasan luas! Nggak kaya kamu!" perkataannya itu, terdengar sangat mendeskripsikan bagaimana ia mendidik Mawar dan Jingga.
Lista mengangguk pura-pura mengerti. "Udah, ceramahnya?" dan wanita itu, kini mengangkat satu alisnya. "Aku nggak butuh semua ucapan omong kosong mu itu Mas. Aku cuma butuh, kamu, pada detik ini, kasih aku uang." Ia menjulurkan telapak tangan kanannya, persis di depan dada sang suami.
"Kamu yang tujuh belas tahun lalu berjuang buat dapetin aku. Walau ayah sama bunda nggak setuju, kamu yang berjuang mati-matian buat dapetin restu mereka. Dan sekarang kamu bilang menyesal menikahi aku? Heh," Wanita itu berdecih, dibalik senyumnya yang mematikan.
Aster menyesal dengan semua perbuatannya selama ini. Dan karena pengalaman kelam itu, ia akhirnya memaksa kedua putrinya untuk tidak berpacaran dan hanya fokus pada pendidikan. Karena bagi Aster, pendidikan adalah ilmu penting diatas segala-galanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKPC ✅ (Revisi)
Short Story[sedang direvisi] Menjadi kakak dari sosok Jingga Alaska mungkin adalah suatu kebanggaan besar bagi sebagian orang. Bagaimana tidak, Jingga memiliki segudang prestasi. Berparas cantik, dekat dengan guru, dan yang paling penting adalah, memiliki repu...