EPILOG

21 4 0
                                    

Sudah dua hari menjelang kepergian Jingga. Kini papah, mamah, dan Mawar bekerja sama untuk membersihkan kamar si bungsu. Semenjak kematiannya, papah menjadi lebih sedikit peka terhadap Mawar. Dan mamah, juga berusaha untuk selalu ada untuknya. Takut merasakan kehilangan yang kedua kali.

"Mawar," Lista memanggil dengan sayu.

"I-iya mah?" ujar gadis itu.

Lista menjulurkan sebuah buku Diary Jingga, masih dengan ekspresi yang datar. Sedangkan si lawan bicara, malah menatapnya dengan kaku.
"Ini buku diary Jingga, mamah nemu ini di meja belajar dia. Terakhir kali pas mamah liat, dia lagi terbaring di sana sambil nulis sesuatu di sini. Kamu mau lihat pesan terakhirnya?"
Mata Mawar seketika melotot, dan meraih buku itu dengan cepat.

Dibukanya lembar perlembar dengan acak, dan ditemukannya beberapa diary yang berhasil membuatnya tercekam.

Masa tadi gaada yang mau satu kelompok sama aku???

Dibukanya lembar yang lain,

Baru dateng udah ada permen karet di kursi. Untung belum kedudukan. Hehehe ....

Tadi aku diajak kak Thea ke gudang belakang. Terus pintunya dikunci sama kak Thea coba ... untung aku bisa ngebukanya.

Harus rajin belajar biar papah seneng.

Mimisan lagi mimisan lagi. Gapapa aku seterong!

Ternyata, banyak hal yang tidak ia ketahui mengenai adiknya.

Sebenernya definisi dibully tuh apa sih? Kok aku ngerasa terbully banget ya disekolah.

Gamau sekolah.

Ada kakak kelas yang jambak rambut akuu :( mau bilang ke kak Mawar tapi kayaknya kakak nggak bakal mau dengerin.

Terlalu banyak diary, hingga gadis itu langsung meloncatnya ke detik-detik halaman terakhir.

Sekarang hari ulang tahun papah. Tapi kakak nggak ngasih kado apa-apa. Yaudah kue yang aku siapin aku bilang aja "ini dari aku sama kak Mawar" HEHEHE. Terus papah kaya seneng gitu??? Katanya jarang-jarang kita akur ;")

Vitamin aku abis. Coba tebak besok bakal pingsan di sekolah apa enggakkkkkk????

Yeay pingsan. Hehehe.

Dan bertemulah ia dengan halaman terakhir, halaman yang persis di tulis saat kematiannya jika dilihat dari tanggal diary itu dibuat. Lebih tepatnya, sebuah wasiat.

Wasiat itu begitu panjang. Hingga sampai kepada kalimat terakhir, yang sukses membuat Mawar tercengang.

Tapi satu hal yang harus kakak tahu ..., aku sayang banget sama kakak. Sayang, banget.

Kalimat yang sederhana, ditambah dengan adanya bercak darah di sana. Itu bukanlah kali pertama Jingga mimisan dan pingsan. Mungkin jika keluarga lebih peka terhadap dirinya dari hari-hari kemarin, ini semua tidak akan terjadi.

Lagi, Mawar meneteskan air matanya. Masih tidak terima dengan kepergian si bungsu. Jingga adalah celaka yang benar-benar ada. Keberadaanya mampu membuat Mawar terluka, dan kepergiannya mampu membuat sang gadis merindu juga.

TAMAT

SKPC ✅ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang