(1)

519 37 8
                                    

*baca perlahan*

Di sebuah Rumah Sakit yang terkenal di sebuah kota, didalam sebuah ruangan VIP terdapat seorang pemuda terbaring disana. Dengan infus yang mengalir ditangan kirinya, terlihat pemuda itu menutup mata dengan nafas yang terdengar berat.

Tak beselang lama terlihat pemuda itu membuka matanya. Mata yang terlihat sayu, menatap kosong atap diatasnya. "Hah...hah...hah." nafas yang patah patah itu terdengar sangat keras di ruangan yang hening itu.

"Apa tidak ada yang datang?" Batin pemuda itu. Matanya melihat sekeliling, menatap pintu dengan penuh harapan.

Cklek..

Terlihat seorang Dokter melangkah masuk kedalam ruangan. Dengan senyum kecil Dokter itu bertanya "Selamat pagi, Reint. Bagaimana kabar mu?". Pemuda yang dipanggil Reint itu hanya menatap sang Dokter dengan mata yang sulit diartikan. Dokter yang mengetahui maksud dari tatapan itu pun hanya tersenyum sendu.

"Mereka...." Dokter itu tidak dapat melanjutkan ucapannya, entah kenapa terasa berat. "Ah.." Reint tau, sangat tau kelanjutannya itu. "Haha lagi lagi Mereka tidak datang. Apa aku setidak penting itu untuk Mereka? Apa Mereka tidak merindukan ku? Bukankah aku....bagian dari Mereka." Reint hanya bisa tersenyum miris.

"Reint, dengar mungkin Mereka sedang sibuk jadi Mereka tidak bisa datang menjengukmu" melihat sang Dokter menghiburnya itu Dia hanya bisa terkekeh kecil. " Tidak papa, terima kasih telah merawatku, Dokter." Balas Reint.

Dia tau, sangat tau Mereka bukannya sibuk tapi Mereka hanya tidak mau melihatnya. Melihat beban yang hanya bisa merepotkan seperti dia. Hahaha bagaimana mungkin dia tidak tau itu. Dia yang tidak bisa berdiri, Dia yang tidak bisa melakukan apapun, Dia LUMPUH LUMPUH yang awalnya hanya dikaki sekarang telah menjalar di sekujur tubuhnya. Kaki, tangan, bahkan sekarang Dia hampir tidak bisa merasakan lidah nya sendiri.

Dia sakit, sakit dengan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Hanya tinggal menunggu kematian. Reint hanya ingin disaat saat terakhirnya ada keluarga yang menemaninya. Tapi itu semua hanyalah khayalan yang mungkin tidak akan terjadi. Ya benar Reint sudah lelah, dia menyerah dia sudah tidak sanggup lagi untuk menahan rasa sakit ditubuhnya dan sekarang ditambah dengan sakit hatinya karena keluarganya.

"Dokter, terimakasih telah menamaniku, terimakasih telah merawatku. Disaat saat terakhirku hanya Dokter yang ada disini. Aku bersyukur ada yang menemaniku disini walupun bukan dari keluargaku haha... Tapi tidak apa-apa itu sudah cukup untuk ku." Reint berkata dengan sangat lemah dan hampir tidak terdengar oleh sang Dokter jika bukan karena ruangan yang sepi itu. Dokter yang mendengar itu menatap nya sedih. Dia merasa sedih untuk pemuda itu, tidak ada keluarganya yang datang menjenguknya sejak 1 tahun yang lalu.

Reint mengidap penyakit itu dari 3 tahun yang lalu. Entah bagaimana bisa dia terkena penyakit itu tapi itulah kenyataannya. Awalnya keluarganya ikut sedih mendengar salah satu keluarga nya terkena penyakit mengerikan itu. Mereka merawat Reint dengan sayang, menghiburnya, memberi dukungan agar tidak terlalu bersedih. Itu yang membuat Reint tetap kuat untuk melawan penyakitnya.

Tapi hal itu berlanjut sampai 2 tahun. Bukanya sembuh tapi Reint merasa penyakitnya menjalar keseluruh tubuhnya. Dari mulai kaki hingga tangan. Keluarganya juga mulai muak dengan nya yang hanya bisa merepotkan Meraka. Orangtua yang selalu merawat nya pun sekarang mulai acuh terhadapnya.

Maka dari itu Mereka memilih untuk mengantar Reint ke rumah sakit agar bisa dirawat dengan baik atau karena mereka tidak mau repot mengurusnya. Hmm mungkin.

Reint sudah 1 tahun di rumah sakit tersebut sampai sekarang tidak ada perubahan apapun. Sampai dititik ini dia menyerah. Dia ditinggalkan diabaikan jadi apa yang dia bisa sekarang. Tidak ada.

"Reint, tidak apa-apa kau sudah berusaha. Sekarang kau bisa istirahat dengan baik tanpa rasa sakit itu. Tidak apa-apa,tidurlah hm." Dokter yang tau apa yang akan terjadi pun hanya bisa mengucapkan kata itu. Dia tau Reint sudah lelah Reint ingin istirahat, dia tau. Maka dari itu dia hanya bisa menatap Reint dengan mata yang sudah basah.

"Emm.." Reint mulai menutup mata, beristirahat dengan tenang untuk selamanya.

"Dia sudah tenang tidak akan sakit lagi.. Selamat Jalan REINTHART"

Tertutup sudah cerita tentang seorang pemuda yang bernama REINTHART. Seorang yang sudah lelah dengan kondisi nya. Bukanya tidak bersyukur tapi bukankah dia juga bisa lelah menunggu kepastian kesembuhan atas penyakitnya yang tidak kunjung hilang itu. Dan sekarang dia sudah pergi dengan tenang tanpa rasa sakit yang dideritanya. Tapi apakah memang begitu, hmm...

TBC

Ekhem oke😄... Halo semuanya emm, ini adalah cerita pertama ku dan mungkin masih agak kaku ya maaf. Tapi buat kalian yang baca cerita ini terimakasih sudah mampir kesini dan juga jangan lupa buat kasih bintang hehehe

Komen juga boleh kok, kasih saran juga malah bagus. Emm aku gugup saat buat cerita ini hahaha
Udah gitu aja.. Selamat membaca 👋

REINTHART Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang