(4)

304 32 1
                                    

Saat ini Reint sedang dalam perjalanan pulang. Ya benar hari ini dia sudah bisa keluar dari rumah sakit. Luka nya masih setengah kering tapi Reint memaksa untuk pulang.

"Sudah lama aku tidak melihat jalanan" batin Reint melihat jalanan dari jendela mobilnya.

Perjalanan ke mansion Mahatma sedikit jauh dari rumah sakit. Jadi Reint akan tidur sebentar karena tubuhnya masih sedikit pusing.

Beberapa menit kemudian Reint telah tiba di mansion. "Tuan muda, kita sudah sampai di mansion." Supir mencoba untuk membangunkan Reint di kursi belakang.

" Oh sudah sampai?" Tanya Reint mengusap wajah nya agar tidak mengantuk kembali. "Ya, tuan muda."

Pintu mobil nya terbuka dari luar, terlihatlah kepala pelayan Jo. "Mari tuan muda." Kursi rodanya pun sudah ada disamping mobil. Ah Reinthart memiliki kursi rodanya sendiri. Kursi roda elektrik. (Tau kan bentuknya kek mana)

Dengan bantuan dari kepala pelayan Jo, Reint akhirnya bisa keluar dan duduk di kursi rodanya. Walaupun sedikit susah.

"Hahh... terima kasih paman Jo." Reint tersenyum tipis pada kepala pelayan Jo. "Sama sama tuan muda."
Jawab Jo lali mengarahkan Reint ke ruang tamu karena orangtuanya menunggunya.

"Ayo."

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Terlihat orangtua Reint juga kedua adiknya sudah ada disana. Dan ditambah Reint yang baru saja datang.

Entah kenapa perasaan Reint terasa tidak enak. Ia merasa akan ada sesuatu yang tidak dia inginkan akan terjadi.

Samuel papa Reint yang sedang membaca dokumen entah apa itu hanya melirik kedatangan nya. Tiba-tiba...

"Lihatlah." Samuel menyerahkan dokumen itu pada Reint. Reint yang menerima itu menatap bingung mereka. Reina menatap benci pada Reint dan sedikit puas(?)

Dengan perlahan Reint membuka dokumen itu dari mapnya.

Deg

"A..apa ini?" Dengan mata bergetar melihat keluarganya bertanya. Meminta penjelasan atas apa yang baru dia baca itu. Reint melihat kedua adiknya yang mengalihkan pandangan darinya. Sedangkan kedua orangtuanya hanya melihatnya acuh.

"Seperti yang kau lihat." Samuel hanya menjawab datar atas pertanyaan Reint. "Tapi kenapa?" Lirih Reint menunduk menatap kertas itu dengan tangan gemetar.

Reina yang mendengar itu menjadi muak "Kenapa kau bilang. Apa kau tidak sadar diri? Lihat dirimu cacat tidak bisa berjalan. Menyusahkan orang saja. Kau juga mempermalukan keluarga Mahatma dengan tubuh cacatmu itu."

Reint membulatkan mata terkejut mendengar ucapan sang Mama yang sangat menyakitkan hatinya. "Ma.." belum selesai bicara, ucapan Reint dipotong Reina "Berhenti memanggilku dengan sebutan itu. Aku tidak punya anak pembawa sial sepertimu." Reina beranjak dari tempatnya dan pergi ke kamarnya.

Arshaka juga Sierra juga pergi ke kamarnya masing-masing.

Tersisa Samuel juga Reint di tempat itu. "Seperti yang tertulis disana, segera kemasi barang mu dan pergi dari sini." Setelah mengatakan itu Samuel pergi keluar menuju kantornya.

Dikertas itu tertulis bahwa Reint bukan lagi bagian keluarga Mahatma. Benar Reint telah dikeluarkan dari keluarganya sendiri. Bukankah itu kejam, hanya karena dia cacat lumpuh. Keluarganya mengusirnya mengeluarkan nya dari sini.

"Haha tidak bisa dipercaya, lagi lagi aku mengalami ini." Reint tertawa getir. Padahal dia sudah berharap akan berusaha tidak merepotkan orangtuanya lagi. Tapi ternyata sama saja. Reint merasa tidak punya rumah di kehidupan sebelumnya juga disini.

Menghela nafas lelah, Reint mencoba menerima ini. Dia lalu beranjak ke kamar nya untuk membereskan barang-barangnya.

Belum juga sampai dikamar nya dia berhenti disebuah kamar yang pintunya tidak tertutup.

Kamar siapa itu...

TBC

Sungguh sangat amburadul 🥲

Baru update soalnya keluarga ku sedang berduka. Maaf yaa🥺

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REINTHART Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang