-10-

65 7 0
                                    

Acara Fashion Show itu berjalan dengan lancar. Amanda mengenakan dress berwarna hitam yang merupakan design khas buat dia. Avalyn pula mengenakan dress yang berwarna hijau. Nampak elegant dan manis pasangan kembar itu.

Sekarang merupakan satu-satunya part yang ditunggu oleh semua orang. Ucapan daripada Amanda dan Avalyn. Orang ramai yang duduk di kerusi itu bersorak dan bertepuk tangan. Kuat bunyi tepukan gemuruh yang diberikan kepada Avalyn dan Amanda

Amanda memegang mic itu dengan erat. Dia memulakan ucapannya.

" Assalamualaikum and good afternoon to everyone. Fuhh it's kinda tiring, isn't it?" kata Amanda membuatkan orang ramai di situ terketawa kecil. Avalyn tersenyum sedikit.

" Big applause to my team and my crew and all of my models. Thank you for your best effort to make this event a success. And.. obviously, thank you for my partner in crime, Avalyn Rosey. She's everything to me. Without her, I wouldn't be here tonight, holding this mic while giving a speech."

Amanda memegang erat tangan Avalyn. Avalyn tersenyum lalu terlihat Puan Haney yang sedang mengelap air matanya. Dia terketawa perlahan. Comel sahaja wanita itu. Mata Avalyn kemudiannya teralih kepada mata Uwais yang sedang merenungnya. Mati sedikit senyumannya. Uwais senyum sinis. Ha sudah.

Avalyn terus mengalihkan pandangannya. Dia tidak sedar Amanda sudah mengakhiri ucapannya.
Mic di pass kan kepada Avalyn..

Tangan Avalyn sedikit shaking. Dia menghembus nafas lembut. Avalyn berdehem sebelum memulakan ucapannya

" Well..um.." dia memandang Amanda. Amanda mengangguk lembut. It's okay, I'm here. Avalyn mengangguk sedikit.

" It was a tough journey for me and Amanda to be here. Especially when we all know this brand was found by my own mother. And..um.."

Avalyn menggigit bibirnya. Jantungnya berdegup laju. Amanda memegang erat bahunya. Let's get it done, Avalyn.

" And it was really nice to know that we can continue whatever she can't continue anymore. So, I, Tun Avalyn Rosey binti Tun Alief just gonna say this once. The stars won't stop shining if they know the moon will always be with them. And this stars"

Avalyn menunjuk ke arah dirinya dan Amanda.

" This stars won't stop shining if we know the moon..." kali ini Avalyn menunjuk ke arah mereka semua. Berputar jarinya apabila menunjuk ke arah semua yang berada di situ

" This stars won't stop shining if we know the moon will always be with them"

Tepukan yang sangat gemuruh diberikan kepada ucapan Avalyn. Ada yang bersiul. Amanda dan Avalyn tersenyum lebar. Mereka membuat handshake lalu memeluk erat. Avalyn membisikkan sesuatu kepada Amanda.

" Thank you for always being my important moon, Amanda" bisik Avalyn ketika mereka berpelukan. Amanda tergelak kecil. Air matanya bertakung sedikit.

" Thank you for always being my grumpy moon, Avalyn"

Kali ini giliran Avalyn untuk ketawa kecil. Mereka meleraikan pelukan lalu menunduk ke arah tetamu yang hadir ke Event itu.

                         __________

Habis sahaja Event itu, mereka buat keputusan untuk balik ke rumah Tun Alief. Tun Alief menyuruh mereka untuk balik ke rumah lelaki tua itu untuk seketika. Macam biasa, Uwais menjalankan kerjanya sebagai 'driver' Avalyn.
Avalyn kalau boleh nak lari sahaja tapi tidak manis lah pulak berlari dengan dress macam ni.
Uwais yang berpakaian black tuxedo itu ditelitnya. Handsome lah pula

" Don't stare at me like that" ujar Uwais.
Avalyn cepat cepat mengalihkan pandangannya ke depan. Uwais tersenyum sinis. God, I miss her flustered face

Mereka diam lagi. Haih kekoknya

" I thought you were in Paris" kata Avalyn tanpa nada.

" I am"

Avalyn diam seketika. Jangan kata dia balik semata-mata nak datang Event tu.

" Why come back then?"

" You hate me that much that you don't want me to come back?"

Avalyn berdecit. Soalan dibalas soalan. Dia bersandar malas lalu memandang ke luar tingkap. Dia tidak menjawab soalan Uwais.

" You always avoid that kind of question, you know"

Avalyn hanya membalas dengan 'hmm' sahaja.
Uwais hanya membiarkan perbualan mereka tergantung di situ. Sejujurnya dia malas bertekak dengan Avalyn. Gadis itu pun nampak penat.

" Seriously, though. Why come back?"

Avalyn bersuara tanpa memandang wajah Uwais. Uwais mengangkat keningnya sedikit.

" Don't get me wrong, I do this because of Amanda. Not you"

Ouch. Sakitnya hati ini. Avalyn terdiam lama. It doesn't hurt, Avalyn. Stop being dramatic

" Good to know" gumamnya. Gadis itu kemudiannya terlena dibuai mimpi. Uwais memandang gadis itu seketika. Tidur?
Uwais tersenyum sedikit. Wahai hati, bertabahlah kau untuk acah-acah cold depan Avalyn ni. Bak kata Tun Alief, if you want to tame the monster, you have to be one of them.

Bukan maksud dia Avalyn tu monster yang pelik dan hodoh tu. More to cute little baby lion monster. Grrr

                        ___________

Avalyn yang terjaga dari tidurnya itu terkejut apabila terlihat Uwais tiada di sebelahnya. Jantungnya berdegup laju. Dia melihat ke luar tingkap. Rumah Tun Alief. Dia keluar dari kereta itu. Dressnya dibetulkan sedikit.

" You're awake"

Tersentak Avalyn apabila disapa dengan suara dingin Uwais. Lelaki itu baru melangkah keluar dari Mansion Tun Alief.

Avalyn mengeluh lembut. Kakinya mula melangkah ke pintu rumah besar itu.

" No thank you for me?" soal Uwais sambil badannya disandar di kereta mewahnya itu.

Avalyn memusingkan badannya sedikit. Dia memandang Uwais lama.
" Thank you"

Baru dia perasan Uwais hanya berkemeja hitam. Coat nya sudah di tanggalkan. Nampak hot.

" Stop staring at me like that, Little Cub"

Avalyn menjeling lelaki itu.

" Stop calling me that"

" Why?"

" I hate it "

" It means you love it"

Avalyn mengerutkan dahinya. Bencinya dia. Ada sahaja benda yang lelaki itu ingin bidas.
Avalyn yang ingin melangkah pergi itu terhenti sekali lagi apabila Uwais bersuara

" Thank your for being my moon in my darkest night, Little Cub "

" Huh?" Avalyn terpana. Uwais senyum senget.

" Good night. Assalamualaikum "

Uwais terus masuk ke dalam keretnya tanpa menunggu balasan daripada Avalyn. Kereta lelaki itu laju meluncur keluar dari perkarangan rumah itu.

Avalyn mengerutkan sedikit keningnya. Ouh. That's what he meant?

Being a moon in his darkest night? Apa yang aku buat? Selama ni aku banyak sakitkan hati dia je. He should have said I am his darkest night. Right?

PainTailor THE HEARTSWhere stories live. Discover now