"Sial, semoga tidak berakibat fatal." Trevor sedang sibuk mengetikkan sesuatu di papan keyboarnya. Dia baru menyadari telah melakukan kesalahan dengan meninggalkan jejak di salah satu sistem yang dia retas.
"Tapi, ini sudah lama, jika pemerintah memang menemukan koordinatnya, aku pasti sudah tamat dari dulu. Beres." Trevor memencet enter dan mengembuskan napas yang sedari tadi ditahannya.
Trevor kembali sibuk di depan salah satu layar komputernya dan tidak mendengar suara aneh yang menggema di luar sana. Awalnya memang hanya samar saja. Namun kemudian, layar-layar yang terpajang di sepanjang dinding van yang ditinggalinya mulai menampilkan garis-garis halus.
"Komputer sialan. Jangan eror sekarang dong," gerutu Trevor sambil menggebrak-nggebrak meja, berharap layar di hadapannya kembali bisa dibaca. Gangguan macam itu memang sering terjadi, karena usia layar itu memang sudah tidak muda lagi. Dan, gebrakan kecil biasanya akan membantu menormalkannya.
"Nah, gitu dong." Trevor lega karena usahanya masih bekerja. Namun tidak lama, karena garis-haris itu kembali menginvasi. Trevor hendak menggebrak lagi, tetapi sesuatu yang lain mndahuluinya diiringi dengan sura mendengung yang makin keras.
Trevor menghentikan tiap gerak tubuhnya, menajamkan telinga dan mencoba mencari jawaban di udara. "Suara apa itu? Sirene? Ya semesta, ada apa lagi sekarang." Trevor mendesah dan memutar bola matanya. Dia bangkit dengan malas untuk sekadar melihat keadaan di luar, meski keadaan di luar sana tidak ada lagi yang pantas di lihat mata. Tepat saat dia membuka pintu van tuanya, Trevor melihat bola api besar melesat ke arahnya. Refleks, dia melombat keluar dan berguling menjauh. Dalam satu kediman mata, tempat tinggal yang sudah dihuni hampir seumur hidupnya hancur menjadi debu.
Trevor tidak sempat menangisi keadaan karena bola api datang lagi dan menghancurkan sebuah bangunan beberapa meter dari tempatnya terkapar. Naluri menyelematkan diri memberi kekuatan pada Trevor untuk segera bangkit dan berlari menjauh dari sana. Orang-orang pun melakukan hal yang sama, berlarian ke arah mana pun yang mereka rasa aman.
Suara lengkingan kembali terdengar menggema di segala arah. Dengungannya mengganggu irama jantung, membuat dada berdenar lebih kencang. "Apa perang dimulai lagi? Kenapa pemerintah menyalakan sirene gila-gilaan seperti ini. Sial, sial, sial!" umpat Trevor sambil terus berlari. Dentuman dari bola api makin intens. Tanah ikut bergetar di bawahnya.
Langkah Trevor terhenti. Dia terkesiap, lebih tepatnya terpesona dengan apa yang dia lihat di hadapannya. Sumber suara yang menggemparkan itu bukan berasal dari sirene penjaga keamanan atau pun yang dipasang pemerintah.
"No way. Ini tidak mungkin." Trevor terpaku. Dengungan itu berasal dari sejenis makhluk humanoid setinggi gedung bertingkat 3 dengan kepala berbentuk sirene. Makhluk yang hanya ada dalam game, pun sudah tidak tenar puluhan tahun yang lalu. Trevor memang masih memainkannya kadang-kadang karena tokoh itu adalah ciptaan kakek buyutnya dan Trevor sangat mengagumi makhluk itu. Bahkan beberapa waktu yang lalu saat dia brhasil menyusup ke dalam satelit yang menjelajah luar angkasa, Trevor iseng memasukkan cuplikan game tersebut ke dalam sistem.
Trevor masih terpaku saat suara sirene berganti dari tiruan mobil polisi menjadi suara seorang perempuan, "Trevor Wijaya, tunjukkan dirimu. Ulangi, Trevor Wijaya tunjukkan dirimu." Makhluk yang pernah dikenal dengan nama Siren Head terus saja mengumandangkan namanya ke seluruh penjuru. Beberapa orang yang mengenal Trevor berhenti dan menatap Trevor.
"What the hell." Akhirnya Trevor menemukan energinya lagi. Dia segera berlari secepat yang dia bisa. Sayangnya, kepala sirene itu sudah mengidentifikasinya dan sudah mengunci sasarn. Bola-bola api kembali melayang dan membakar segala yang disenggolnya. Anehnya, bola-bola itu tidak mengenai Trevor sama sekali, hanya seperti upaya untuk menghentikan langkah Trevor saja. Namun, satu dentuman berhasil melumpuhkan Trevor. Dia pun jatuh terjerembab ke tumpukan material bangunan yang telah hancur. Musnah sudah harapan Trevor untuk meloloskan diri.
Sebuah cahaya terang menyinari tubuh Trevor yang sudah tidak berdaya. Dia merasa tubuhnya makin ringan dan mulai menjauh dari permukaan. Perlahan-lahan sinaran itu membawa Trevor naik ke kepala si makhluk. Samar-samar dia mendengar sirene lain di bawah sana. Sirene khas buatan manusia yang selalu datang saat kejahatan telah berhasil dilakukan. Trevor sudah menyatu bersama cahaya. Sebelum dia benar-benar hilang, Trevor merasa dia dibawa melesat ke angkasa.
#unbkwga #wgaexam
KAMU SEDANG MEMBACA
THE OLD PICTURE'S TALE
De TodoKumpulan flash fiction yang ditulis berdasarkan gambar, sekaligus sebagai pemenuhan tugas UNBK (Ujuan Nulis Bersama Kawan) WGA.