Chapter 3. Guru Mesum

19.5K 126 3
                                    

"gue males balik rumah" Adis menggerutu lagi tentang hal ini untuk kesekian ribu kalinya

"yaa gue ngerti si lo gak nyaman sama nyokap lo yg suka bawa gadunnya ke rumah, abis lo mau kemana lagi?" Jawab Vea karena ia satu-satunya orang yang bersedia merespon ucapan asal Adis

Pandangan mereka berenam yang sedang bersantai di depan kelas teralihkan secara bersamaan ketika melihat seorang guru paruh baya bernama Danendra sedang merangkul bahu seorang siswi

"Pak Danendra itu pernah jadi client nyokap gue tau"

"Hah? Gak boong kan lo?" Romeo melirik ke arah Adis dengan alis terangkat sempurna

"Gak lah ngapain gue boong, mungkin ada sekitar tiga kali gue liat dia" jawab Adis membuat kelima temannya kaget

"WHAT"

"Gak sangka si gue, padahal pak Danendra keliatan religius banget gue juga sering liat dia di gereja" Romeo menggelengkan kepalanya tidak menyangka

"sutt sutt kesini orangnya" Chita berbisik

Danendra mendekati ke enam anak tersebut, ia terlihat mengarah kepada Chita
"Halo Chita gimana keputusan kamu, bersedia untuk mengikuti olimpiade Biologi lagi? Bapak yakin kamu pasti juara lagi kalo ikut" Danendra duduk mendekat di sebelah Chita dan menepuk paha Chita membuat Adis mengernyitkan dahinya

Chita kikuk, ia melirik kearah Darenz untuk meminta persetujuan

Darenz menganggguk, ia tahu betul bahwa Chita bertekad untuk mengumpulkan 100 medali dalam hidupnya yang mana baru 89 medali baru Chita kumpulkan yang 32nya adalah medali emas, 40 perunggu, dan sisanya medali perak.

"Saya bersedia pak untuk ikut olimpiade lagi" Chita menjawab dengan tegas

Terlihat senyum merekah di wajah Danendra "bagus Chita, bapak suka semangat kamu, dan untuk jadwal pelatihan mungkin dimulai besok, nanti saya hubungi kamu kembali" Danendra mengacak-ngacak pelan rambut Chita lalu melangkah pergi menuju kelas sebelah

Adis bergedik ngeri mereka saling memandang satu sama lain "gak takut lo?"

Chita tersenyum meyakinkan teman-temannya "it's okay guys gak bakal ada apa-apa ko"

"Emang yang jadi perwakilan olimpide biologi siapa aja Chit?" Tanya Malik

"Gue sama Arlani" jawab Chita
"Syukur deh, gue takut lo diapa-apain" Ujar Vea memandang penuh khawatir diikuti dengan anggukan teman-temannya

"Lo semua gak usah khawatir, gue sendiri yang bakal antar jemput Chita, dan bakal nungguin dia selama pelatihan" Ujar Darenz jauh lebih meyakinkan teman-temannya

~~~~~~~
"Renz, pulang sekolah katanya suruh langsung ke rumah pak Danendra" Chita mendekat ke samping Darenz yang sedang keleahan sehabis bermain basket
"Gimana, bisa?" Sambungnya lagi

"Bisa dong sayangku" jawab Darenz dengan senyum manisnya

4.00 Pulang sekolah

Pak Danendra: Saya di ruang guru, kamu berangkat sama saya saja

Chita mengerutkan dahinya kenapa bisa menjadi seperti ini

"Renz, baca deh" Chita memberikan ponselnya pada Darenz

"Lah kok gini si Chit? Kamu harus dianterin aku" Ujar Darenz sedikit menekan

Tiba-tiba seseorang bernama Aroyan datang sedikit ngos-ngosan "Renz gawat, anak SMA Utama Muda mau ngajak turnamen sekarang"

Chita memandang Darenz dengan kesal
"Chit, maap ya tapi kamu sama Arlani juga kan?" Tanya Darenz bingung

"Iya udah tenang aja, gue aman ko lagian ada Arlani juga" Jawab Chita dengan muka datarnya

"Sorry banget ya Chit, tapi kalo ada apa-apa hubungi aku aja atau anak-anak deh" Darenz memegang kedua tangan Chita sejenak lalu segera pergi bersama Aroyan

Chita berjalan menuju ruang guru dengan lngkah malas
Chita : Arlani di mana?
Arlani : Otw ruang guru Chit, kita bareng kan?
Chit : Iya lani, oke deh

Tak lama Chita melihat Arlani tak jauh darinya, dan melambaikan tangan ke arah Arlani. Mereka masuk ke ruang guru yang hanya menyisakan beberapa guru saja dan menghampiri meja Danendra

"Sore pak, sekarang?" Tanya Arlani

"Iya tentu, ayo Arlani, Chita" Ajak Danendra menuju parkiran sekolah

"Lan, lo duduk depan" bisik Chita
"Kok gue si" Jawab Arlani, dan dengan terpaksa ia duduk di kursi depan alias di samping Danendra

Perjalanan menuju rumah Danendra tidaklah begitu jauh dari sekolah hanya membutuhkan waktu kurang lebih 11 menit

Mereka sampai didepan rumah dengan pagar yang menjulang, rumah dengan nuansa eropa modern dan sedikit taman di bagian depan itu tak memiliki satu pun tetangga.

Chita dan Arlani saling bertatapan, mereka ragu untuk masuk

"Chita, Arlani ayo masuk" ucap Danendra mempersilakan

Waktu bergulir Cepat, 3 bab telah berlalu dan memasuki bab 4 tentang reproduksi pada manusia pada bab ini seharusnya dijelaskan tentang apa itu spermatogenesis dan hormon hormon pada pria namun entah mengapa Danendra malah membahas tentang bagian luar penis.

Karena merasa ada yang tidak beres Chita pamit keluar sebentar beralasan untuk menghubungi papanya padahal Chita sendiri tak punya papa.

Chita menghubungi Darenz namun tetap saja tak diangkat, begitupun dengan Adies, Malik, dan Romeo. Pilihan terakhirnya adalah Veara

"Ve lo dimana?"

"gue mau otw ke Romeo soalnya dia daritadi gak bisa dihubungi, kenapa Chit?" ujar Vea dari sebrang telpon

"gue gak bisa ngomong sekarang, coba baca chat gue" bisik Chita segera memtikan telepon

Arlani's POV

Gue cuma bisa diem tak berkutik ngedenger pak Danendra ngejelasin tentang bagian luar penis

"nah Arlani, bagian luar penis itu ada batang yang bisa disebut juga corpus, eh ini gambarnya ga jelas ya?" ucap pak Danendra seperti sengaja mencetak gambar yang tidak jelas, gue cuma ngangguk

Tiba-tiba pak Danendra membuka celananya dan mengeluarkan penisnya "Lani sayang mending kamu lihat realnya aja" penis yang awalnya lemas lama lama mengeras dan membesar, gue tersentak kaget bisa bisanya gue cuma kaget dan diem mematung

"ini ada kepala penis atu glans" pak Danendra mengarahkan tangen gue buat megang penisnya yang keras itu

Pak Danendra tersenyum, gue gak tau maksudnya apa dan ini juga pertama kalinya gue liat penis orang dewasa secara langsung, biasanya gue cuma tau dari buku biologi

"kamu harus liat sperma itu gimana Arlani" ucapnya dan gue cuma ngangguk

"gimana caranya pak?" gue bener bener gatau kenapa gue bisa ngomong gini

"sini" pak danendra memegang tangan gue untuk lebih kencang memegang penisnya dan gue pun cuma bisa nurut menaik turunkan tangan gue

"ini namanya ngocok" ucap Danendra, dan gue liat wajahnya sangat menikmati

BERSAMBUNG
Lanjut kalo udh 300+vote

Friendnefit (school sex with friend) || 18+ Bukan Untuk BocilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang