3. Hot Chocolate and Hotteok

532 66 7
                                    

Sembari membalas beberapa email yang masuk melalui ponselnya, Jungwon berjalan perlahan meninggalkan rumahnya. Sebenarnya hari ini jadwalnya untuk menyerahkan hasil terjemahannya. Namun karena ia harus mencari buku yang cukup penting untuk bimbingan daringnya, ia berencana untuk pergi ke toko buku terlebih dahulu.

Sesekali ia melihat ruko di sekitarnya. Banyak pedagang makanan yang baru membuka toko. Ada juga yang sudah kedatangan pelanggan dan memenuhi setiap meja dan kursi yang ada. Di samping tempat penjual ramyeon, ada bengkel tua yang rolling doornya terbuka setengah. Di depannya ada seorang kakek yang sedang mengotak-atik motor. Saat Jungwon melihatnya, pandangan mereka bertemu. Lantas Jungwon tersenyum dan dibalas dengan senyuman pula.

Jungwon melanjutkan jalannya kembali. Namun, baru saja beberapa langkah, suara benda jatuh membuat Jungwon terkejut lalu menoleh. Ia panik saat melihat kakek itu terduduk dengan memegang pinggangnya. Buru-buru Jungwon kembali dan membantu kakek itu.

"Kek, aduh, kok bisa jatuh gini?" tanya Jungwon khawatir seraya menyingkirkan beberapa alat-alat bengkel. Lalu ia ulurkan tangannya untuk memegang tangan serta punggung sang kakek. Perlahan, Jungwon membimbingnya ke tempat yang lebih bersih agar bisa duduk di kursi yang tak jauh dari sana.

"Makasih, ya, Nak," ucap si kakek. Lalu ia menjelaskan kenapa ia bisa terjatuh. "Tadi saya mau ke dalam, taunya ada bekas oli yang tumpah, saya gak liat."

Jungwon melihat celana kakek yang kotor karena terkena oli. "Saya ambilin minum ya, Kek? Gak apa-apa kan saya masuk sebentar?"

Kakek itu menggeleng. "Gak usah gak apa-apa. Gak kenceng juga kok tadi jatohnya."

"Tetep aja Kek saya khawatir liatnya. Sebentar, saya ambilin minum dulu." Jungwon pun masuk ke balik rolling door itu. Setelah mengucap maaf dan permisi, perlahan ia menyesuaikan matanya yang melihat dari tempat yang terang ke tempat yang gelap. Tidak susah untuk mengambil minum itu. Ternyata sudah tersedia di meja di dekat pintu. Jungwon pun menuangkannya di gelas kosong.

Tanpa sadar, matanya melihat pigura foto yang cukup besar di sana. Satu foto keluarga dengan bingkai yang terlihat cukup tua terpampang di sana. Jungwon tau siapa orang yang duduk di kursi. Itu adalah kakek tadi. Jungwon asumsikan wanita di sebelahnya adalah istrinya, dengan dua anak laki-laki di kanan dan kiri mereka.

Tak lama, Jungwon kembali lalu menyerahkan gelas yang penuh air mineral itu pada kakek. Selagi kakek meminum airnya, Jungwon bersimpuh di dekatnya.

"Beneran Kakek gak apa-apa? Gak mau saya anter ke dokter aja?"

Kakek itu terkekeh sebentar lalu meletakkan gelasnya di lantai. "Makasih ya, Nak. Tapi Kakek beneran gak apa-apa. Cuma kaget aja tadi."

Jungwon menghela napas singkat lalu mengangguk. Tanpa Jungwon sadari, kakek itu menatapnya dengan sendu. Tak lama kedua mata itu berkaca-kaca. Buru-buru ia usap kedua matanya dengan tangannya yang keriput dan kotor.

Jungwon yang menyadari itu terkejut. "Kenapa, Kek? Ada yang sakit? Mending kita ke dokter aja, ya?"

Lagi, si kakek menggeleng. Lalu ia tatap Jungwon sambil tersenyum. "Saya jadi inget anak saya."

Jungwon langsung mengingat foto yang tadi ia lihat di dalam. Lalu si kakek kembali bersuara yang mana membuat hati Jungwon mencelos setelah mendengarnya.

"Kayaknya waktu seumur kamu gini dia gak adanya." Si kakek menyentuh singkat bahu Jungwon. "Makasih ya, Nak."

Jungwon masih bungkam. Ia jadi bingung harus membalas apa. Pada akhirnya kalimat, "sama-sama, Kek," lah yang keluar dari mulutnya.

Si kakek memandangi motor tua itu cukup lama. Motornya mulus, seperti baru. "Akhirnya hari ini dateng juga," katanya kembali sendu.

"Maksudnya gimana, Kek?" tanya Jungwon bingung.

Last Petals [jaywon] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang