7. Penunggu Gudang

9 1 0
                                    

Aku adalah penunggu gudang dan seorang mata-mata. (Atau mata-mata yang menyamar menjadi penunggu gudang? Bukan. Aku memang penunggu gudang dan seorang mata-mata juga) Sebenarnya selain sebagai penunggu, aku juga terkadang disuruh kirim jajan-jajan ke toko saat beliau (orang yang aku ikuti kerja) sedang ada urusan lain.

Di suatu hari, saat beliau sedang ada urusan lain, aku pun di suruh kirim jajan ke suatu toko. Jajan-jajan yang aku kirim jajan pedasan seperti basreng dan makroni minyak.

Setiba di toko, aku tidak langsung masuk melainkan menunggu dulu. Pelanggan-pelanggan yang beli di toko tersebut masih ramai.

Setelah terlihat pelanggan-pelanggan itu sudah selesai, aku pun masuk. Aku langsung menemui si pemilik toko, bilang kalau aku mau kirim jajan.

Akhirnya setelah jajan yang aku bawa selesai dicek, aku tinggal menunggu uang pembayaran. Setelah selesai dibayar, aku berpamitan kepada pemilik toko dan orang yang membantu si pemilik toko (Maksudnya pekerjanya).

Saat aku akan pulang. Pandanganku tertuju pada sosok ibu dan anak kecil yang berjalan ke arahku. Pakaian mereka kotor. Ini kesempatannya, batinku.

Sebelumnya aku sudah menyelidiki latar belakang mereka berdua. Meraka adalah targetku saat ini. Ini kesempatanku, kemudian aku melihat sekitar. Gawat mengapa pekerja toko yang aku kirimi itu memandangiku terus. Kalau begini bisa ketahuan. Padahal ini kesempatanku. Aku tidak yakin ada kesempatan berikutnya, dikarenakan tempat tinggal mereka yang berpindah-pindah, jadi sulit untuk ditemukan.

Aku berpikir keras, mencari jalan keluar. Waktu tiba-tiba terasa melambat, rasanya di waktu satu detik saja, aku bisa melakukan apa-apa.

Akhirnya aku terlintas sebuah ide. Aku mengambil roti yang masih ada di tasku. Saat mereka telah berada di depanku. Aku menepuk bahu si anak kecil itu. Anak itu berhenti, lalu aku jongkok, memposisikan tubuh dengan tinggi anak kecil itu. Di samping itu juga mengambil titik buta ibunya. "Dek, ini Mas ada roti. Rotinya ada hadiahnya. Nanti hadiahnya kasihkan ibu ya," ucapku kepada adik itu

Hadiah itu adalah uang yang aku bungkus dengan kertas dan sudah aku siapkan jauh-jauh hari.

Kekuatan dari Sebuah KepercayaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang