Chapter 2

3.5K 553 26
                                    

Selamat membaca 😁

Sudah hampir satu Minggu Sakura menjadi asisten pribadi Saga. Meskipun awalnya sulit, tapi perlahan dia mulai terbiasa. Dia bahkan dengan cepat bisa beradaptasi dengan lingkungan kerjanya yang baru.

"Kamu suka minum kopi?" tanya salah satu karyawan wanita saat melihat Sakura tengah menyeduh kopi di dapur.

"Enggak. Aku bukan pecinta kopi," sahut Sakura.

"Terus kamu bikin kopi buat siapa?" tanya Karin heran.

"Oh, ini buat pak Saga."

"Kenapa nggak suruh OB aja yang bikin?"

"Sekarang pak Saga minta aku yang bikin kopi buat dia," ungkap Sakura.

"Wah, senangnya," ucap Karin.

"Aku jadi iri deh sama kamu."

Dahi Sakura berkerut. "Kenapa iri?"

"Soalnya kamu bisa ketemu pak Saga tiap hari. Kalau yang lain kan susah mau ketemu pak Saga" ungkap Karin memelas.

"Bukannya kamu sering papasan sama pak Saga?" tanya Sakura.

"Cuma papasan doang. Pinginnya kan selalu ada di sampingnya setiap saat," sahut Karin cengengesan.

"Kalau gitu kenapa kamu nggak ngajuin diri jadi asistennya aja?" tanya Sakura.

"Sebenarnya mau aja sih. Tapi aku takut nanti nggak kuat. Soalnya pak Saga kan orangnya galak. Nggak peduli cowok atau cewek, kalau salah pasti dimarahin."

"Makanya aku lebih milih jadi pengagumnya aja. Soalnya kalau jadi asistennya harus kuat mental. Makanya nggak ada yang betah," sambungnya.

"Hah? Galak?" Sakura seakan tak percaya dengan ucapan Karin.

"Emangnya kamu nggak pernah dimarahin kalau bikin kesalahan?"

"Paling cuma dibilangin aja sih. Nggak sampai dimarahin," jawab Sakura.

"Serius?" Karin tampak kaget.

"Iya." Sakura mengangguk.

"Padahal dia gampang emosian loh. Tiap hari pasti ada aja yang bikin dia marah. Untung aja dia ganteng. Jadi walaupun sifatnya jelek, orang-orang nggak ada hujat," ujar Karin.

"Mungkin itu juga kali alasan kenapa dia bisa cerai sama istrinya," tebaknya asal.

"Enggak, kok. Bukan karena itu," kata Sakura.

Karin menyipitkan kedua matanya. "Dari mana kamu tau kalau bukan karena itu?"

Sakura terhenyak saat menyadari dirinya keceplosan.

"Emm, aku cuma asal nebak aja, sih."

"Kalau gitu, aku pergi dulu, ya? Takutnya udah ditungguin pak Saga kopinya." Sakura bergegas meninggalkan dapur.

Setelah keluar, dia bernapas lega karena bisa kabur sebelum Karin sempat menginterogasi dirinya.

"Kopinya, Pak." Sakura meletakkan cangkir kopi di meja kerja Saga

"Ternyata kamu susah juga ya di kasih tau." Saga menatap Sakura datar.

Sakura terlihat bingung. "Apa saya membuat kesalahan?"

"Jangan bicara formal saat hanya ada kita berdua. Aku nggak suka," tandas Saga lugas.

"Atau mungkin kamu sengaja mau bikin aku kesal?"

"Aku nggak bermaksud begitu. Aku hanya masih belum terbiasa," jelas Sakura.

"Maaf kalau itu membuat kamu kesal." Sakura langsung meminta maaf karena tidak ingin memperpanjang masalah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setitik Rasa ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang