2

11.1K 83 0
                                    

Aku berangkat pulang kerumah sesegera mungkin sebelum jalanan area kampus menjadi padat karena demonstrasi yang terjadi. Terlebih aku membawa mobil. Aku bergegas menuju rumah.
Karena rumah ku yang berada didalam salah satu komplek elit di kota ini, membuat keluarga kami tidak membutuhkan satpam. Ada satpam yang menjaga komplek dan sangat terjamin keamanannya.
Aku memasuki area komplek, tapi tiba-tiba sebuah perasaan aneh terbesit di benakku.
Sebuah mobil yang tidak asing rasanya sedang terparkir di dalam halaman rumahku yang tertutup pagar.
"Siapa yang sedang berkunjung dirumah?" Monolog ku.
Sepertinya rencana ku untuk bersantai hari ini akan sia-sia jika benar benar ada tamu.
Aku menghentikan mobilku di depan pagar tetangga. Sebuah ide aneh dikepalaku muncul sekarang. Padahal itu rumah ku sendiri. Tapi aku memilih untuk masuk secara diam diam untuk memastikan siapa yang didalam sana, dan jika tamu penting, aku bisa kabur lagi, entah itu ke mall terdekat atau cafe.
Pintu pagar tidak terkunci dan sedikit terbuka. Aku masuk tanpa hambatan. Tetapi aneh nya pintu depan tertutup rapat. Sepasang sepatu terletak di teras nya.
"Tidak mungkin ayah pulang saat ini lalu ada temannya yang berkunjung" gumam ku.
Aku berjalan perlahan agar tidak menimbulkan suara agar rencana ku benar benar bisa berjalan untuk kabur jika yang didalam adalah tamu penting atau kolega ayah.
Aku teringat sebuah jendela yang mengarah ke ruang tamu, yang dapat diakses dari samping rumah. Aku berjalan menuju sana. Toh aku juga pemilik rumah ini. Tidak akan dianggap maling. Untungnya ada tembok yang sangat tinggi yang membatasi rumah kami dengan rumah tetangga lainnya.
Aku berjalan menuju jendela samping rumah itu.
Seorang pria duduk disana, duduk membelakangi arah jendela. Tidak ada siapa siapa selain dia. Aku terus berdiam untuk memastikan siapa dia.
Tidak lama ternyata Mama membawakan minuman ke pria tersebut. Ah mungkin temannya pikir ku.
Tapi begitu meletakkan minuman, Mama duduk di sebab pria tersebut. Aku semakin penasaran.
Mereka terlihat mengobrol sangat akrab, hingga sebuah gerakan dari pria tersebut bagaikan sambaran petir dikepala ku.
Dia merangkul Mama!
Aneh nya mama juga melekatkan badannya ke pria tersebut.
Siapa dia?!
Tapi aku masih diam melihat apa yang akan mereka lakukan.
Tiba-tiba pria tersebut mengecup pipi Mama. Hati ku terbakar api. Apakah mereka selingkuh ?
Mama membalas menatap pria tersebut dan mencium bibirnya!
Kepala ku pusing rasanya. Benar-benar pusing melihat kejadian ini. Kenapa mama begitu berani melakukan ini?
Yang lebih mengejutkan ternyata pria itu setelah ku lihat adalah Pak Herman. Teman ayah. Pantas saja mobil yang terparkir tadi tidak begitu asing rasanya. Beliau beberapa kali datang saat ayah sedang kembali ke rumah.
Bagaimana mungkin ini bisa terjadi. Hati ku benar benar panas sekarang. Tapi aneh nya badan ku tidak bisa bergerak untuk memergoki kedua nya. Terus ku intip yang dilakukan mereka.
Pak Herman melumat bibir mama, begitu juga dibalas mama dengan sangat basah. Aku sangat kaget. Yang ku tahu mama tidak senakal ini. Apa selama ini mereka melakukan nya di belakang papa?

Om herman terus melumat bibir mama, lalu turun ke leher nya. Tangan mama memegang baju pak herman dan membuka satu persatu kancing beliau, lalu ditanggalkan nya baju pak herman. Sekarang bagian atas tubuh nya sudah tidak menggunakan pakaian apapun lagi. Sedangkan tangan pak Herman meremas dada mama.
Mama terlihat begitu menikmati tindakan yang dilakukan pak Herman. Apakah sebenarnya sifat asli mama seperti ini?
Mereka terus bercumbu di atas sofa itu, bahkan perlahan tangan pak herman mulai membuka baju mama hingga tersisa bra nya aja.
Mulut nya bermain di dada mama, mencoba mengeluarkan gundukan daging yang dimiliki mama, lalu menyesap puting nya.
Terlihat dan terdengar samar samar erangan mama merasakan nikmat akibat perbuatan pak herman kepadanya.

Buku 10 - Selingkuhan Mama yang perkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang