WELCOME TO NEW YORK

1.8K 240 33
                                    

V I V A C E

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



V I V A C E.

Everybody here wanted something more,
Everybody here is someone else before,
Welcome to New York,
Its been waiting for you.


*

Sekarang, kita kembali ke pertemuan pertama Julian dengan Eve. Dua bulan lalu, Everly Grace baru menghadiri NYFW, berjalan di runway Saint Laurent setelah 5 tahun menjadi model. Bisa dibilang ini adalah puncak karirnya. Agency kecilnya sampai kewalahan menerima panggilan booking Brand Deals untuk Everly Grace. Ia menatap tubuh kurusnya dari pantulan kaca Bar.

Tersenyum sendiri mengagumi paras cantiknya dan tubuh kurusnya.

Baru kali ini ia merasa bangga menjadi dirinya.

Dress ribuan dollar itu terasa pas sekali di badannya. Tertutup di bokong dan terbuka di punggungnya. Sementara bagian depannya full tertutup. Dari depan ia akan terlihat sopan tapi dari belakang ia akan terlihat bajingan karena menampilkan body hourglass nya yang kentara. Bahu kurus, dengan pinggang super kurus. Kulit putih pucatnya membuat baju itu terlihat mencolok meskipun berwarna putih sederhana.

Belum lagi rambut pirang mencoloknya. Membuat siapa saja langsung mengenalnya.

Everly Grace.

Eve.

Ia mengulang nama itu sambil melamun. Itu bahkan bukan nama aslinya. Rambutnya juga bukan rambut aslinya. Tapi entah kenapa, Eve lama lama nyaman sekali menjadi Everly Grace. Ia tidak mau kembali ke masalalunya.

Yang penting, sekarang akhirnya dia punya kesempatan untuk memakai dress halter top yang selalu ia impikan. Eve menyandarkan kepalanya, mengisap rokoknya cuek di depan Bar tempat ia menghadiri after party kemarin.

Menunggu jemputannya datang.

Di ujung jalan ia melihat starbucks.

Dia memakai kacamata hitamnya, kemudian berjalan mendekat ke arah starbucks.

"Yah.. 150 kalori dari almond croissant untuk self reward. Ill hit the gym hard tomorrow."

V I V A C E.

Disepanjang jalan semua orang menatapnya, karena siapa yang memakai dress macam itu di suhu dingin New York jam 9 pagi?

Tapi Eve cuek saja. Masa bodohlah. Urus saja hidup masing - masing. Ini hidup Eve.

Dengan percaya diri ia mememesan satu cup chai latte dan sepotong croissant. Kemudian memakannya di kursi luar starbucks sambil menunggu jemputan.

II. VIVACE. [ 18 + ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang