5

1.4K 85 1
                                    

Sekarang adalah hari Sabtu. Oh, bahagianya diriku. Bisa lepas dari gangguin si Dora yang akhir-akhir ini selalu menghantui hari-hariku dengan seribu pertanyaan tentang cewek.

Hari ini aku mau santai aja di kasur tercin-

Drrrt drrrt

Ya ampun. Baru mau santai-santai, udah ada yang nge-chat aja.

Milla sent you a message

Aku masih agak bersyukur karena yang mengirim Milla, bukan Tora kunyuk. Akhirnya aku pun membuka pesan itu walau agak sedikit malas.

Milla: Dinka, Milla mau ke rumah Dinka dong. Soalnya Milla sendirian nih, bete. Dinka pasti males kan, ke rumah Milla? Jadi mending Milla aja ya, yang ke rumah Dinka. Satu jam lagi Milla sampe situ. Tungguin ya sayangku. Love you.

Apa-apaan ini kunyuk kedua. Ya emang sih, aku lagi males banget kemana-kemana, tapi bukan berarti aku ngebolehin Milla ke rumahku. Aduh, aku kan mau menyejukkan pikiran. Kalau gini caranya mah, kepalaku makin panas.

Tapi gak apalah. Kasihan Milla. Dia anak tunggal, jadi kalau orang tuanya ada urusan keluar kota dia gak ikut, sendirian deh di rumah.

Jangan kan Milla yang sendiri di rumah dalam waktu lama, aku aja yang jarang sendirian di rumah kadang butuh temen.

Kok aku jadi curhat? Back to topic. Milla bakal ke sini sejam lagi, dan aku belum mandi. Mager banget pemirsa. Kan niatnya hari ini mau gak mandi sampai sore, abis itu tidur-tiduran main laptop sambil denger musik. Kurang dewa apa coba kegiatanku?

Akhirnya dengan sangat malas dan meninggalkan separuh nyawa juga hatiku di kasur, aku pun bangun untuk mandi. Seger sih, tapi tetep enakan nyelonjor di kasur. Andai kasur bisa dipacarin, pasti aku udah nggak jomblo lagi nih-ngigo lo, Din.

Setelah selesai mandi dan pakai baju santai ala hari Sabtu, aku pun beranjak ke lantai satu. Niatnya sih mau ke dapur. Hari Sabtu pasti Mama masak enak, soalnya lagi libur.

Pemandangan pertama yang aku lihat setelah memijakkan kaki di lantai satu adalah Bang Rega dan Evan yang lagi main xbox. Ckckck, Bang Rega itu, anak kelas 4 SD diajarin main gituan. Nanti kalo kecanduan aja.

Bang Rega memang seneng banget pas tau adiknya yang kedua ternyata laki-laki, biar bisa diajak berantem katanya. Jadilah sekarang Evan dengan polosnya selalu nurut sama Bang Rega.

Kalo ditanya kenapa Evan nurut sama Bang Rega, jawabannya adalah, "Bang Rega mau ngajarin aku jadi Batman."

Puas menatap kedua saudaraku yang sama nyebelinnya itu, aku akhirnya menuju dapur. Terlihat Mama sedang makan sendiri sambil memainkan smartphone-nya di tangan kirinya yang bebas.

Mungkin lagi chatting sama Papa, batinku.

For your info, Papaku sedang ada di Lampung selama dua bulan kedepan. Dia ditugaskan untuk memantau salah satu cabang perusahaannya di sana. Kangen banget sama Papaku yang iseng bin jail tapi juga tegas itu. Miss you, Pa.

"Morning, Ma," ucapku kemudian mengecup pipi Mama pelan.

"Eh, halo sayang. Morning too," balas Mama.

"Papa gimana, Ma?" tanyaku.

"Papa? Baik-baik aja. Kenapa? Tumben kamu nanyain Papa," jawab Mama.

"Ya aku kangen kali, Ma. Papa kapan pulang sih?"

"Masih dua bulanan lagi, Din. Sabar, ya. Doain aja semuanya lancar dan Papa bisa pulang secepatnya." Mama tersenyum dan mengusap tanganku lembut.

"Pasti dong, Ma. Dinka selalu doain Papa dimanapun dan kapanpun."

The Big DinkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang