3

1.7K 107 2
                                    

"Gue kenalan sama cewek tadi, di tempat futsal,"

"Dia cantik banget, Din,"

Dua kalimat. Ya, dua kalimat itu entah mengapa terngiang-ngiang beberapa jam terakhir ini di kepalaku. Entahlah, apa mungkin rasa yang dulu pernah muncul itu datang lagi? Tidak, ini tidak boleh. Ini gawat. Ini kacau. Dan ini, salah. Sangat salah.

Kepalaku benar-benar pusing sekarang. Yang bisa aku lakukan hanya berbaring di kasur tercintaku dan menatap langit-langit.

"Gue kenalan sama cewek tadi, di tempat futsal," ujar Tora dengan mata berbinar. "Dia cantik banget, Din," lanjutnya.

Aku yang agak kaget langsung menetralkan wajahku dalam beberapa detik. Ini salah, tidak seharusnya hatiku nyeri seperti ini.

"Oh, ya? Terus, terus, berlanjut sampe mana?" ucapku, sok excited, padahal di dalam hati, nyeri.

"Baru sampe tukeran ID LINE sih, Din. Doain ya. Siapa tau, jodoh," Mata Tora makin berbinar. Dan yang bisa aku lakukan adalah, senyum-walaupun palsu.

"Slow, pasti bakal gue doain. Lo-nya juga harus first move lah. Mana ada cewek yang mau gerak duluan," ujarku sok tegar.

Sebelumnya, aku tak pernah seperti ini. Aku selalu ikhlas tiap kali Tora ngomongin cewek-walaupun tidak pernah sampai jadian, entah kenapa-, tapi kali ini beda.

Sakitnya benar-benar terasa. Dari yang sedikit, tiba-tiba sebesar ini. Seakan-akan dia akan lama sama cewek ini.

Tin tin tin

Itu pasti mobil Bang Rega. Akhirnya mereka pulang, gue jadi ada alesan buat ngusir Tora, ujarku dalam hati.

"Bentar ya, Tor. Gue keluar dulu, bukain gerbang. Ada Bang Rega baru balik jemput Evan," ucapku menjelaskan yang hanya dibalas anggukan Tora.

Setelah membukakan gerbang, aku kembali ke ruang TV. Kali ini aku duduk agak berjauhan dari Tora. Entahlah, hatiku masih tak enak.

"Makasih banyak ya, Din. Lo emang sahabat gue yang paling pengertian. Nanti kalo ada kemajuan hubungan gue sama Lira, gue bakal cerita ke lo. Thanks sekali lagi. Gue balik dulu ya, berhubung Bang Rega udah balik," ucap Tora seraya tersenyum ke arahku.

Aku hanya menjawab seperlunya, dan akhirnya Tora menghilang di balik pintu. Digantikan oleh kemunculan Bang Rega dan Evan.

•••

Lira, nama cewek incaran Tora Lira. Hal yang paling aku takutkan adalah, kehilangan sahabat-sahabatku karena pacar. Entah aku yang meninggalkan atau aku yang ditinggalkan. Untuk saat ini, sepertinya kalimat yang kedua lebih cocok, aku yang ditinggalkan.

Ya iyalah, secara, Tora. He is Tora. Cowok yang tiap baru masuk sekolah manapun langsung terkenal. Sedangkan aku, orang yang baru masuk sekolah manapun, langsung dikata-katain.

Entahlah, aku merasa, perbedaan kami terlalu banyak. Tora ganteng, aku kayak dodol bantet. Tora famous, aku biasa. Tora six pack, aku bulat macam bola. Tora anak orang kaya, aku anak sederhana.

Entahlah, aku merasa, kalau saja orang tuaku tak bersahabat dengan orang tua Tora dari kuliah, Tora dan aku tidak mungkin akan bersahabat.

Aku apa sih, dibanding cewek-cewek lain-apalagi di SMA Hudya Utama-aku itu cuma upil ibu kantin, tak ada apa-apanya. Makanya, pesimis saja, aku dan Tora bisa bersahabat tanpa kedua orang tua kami yang bersahabat. Impossible.

Tapi, aku tak peduli. Yang penting, saat ini Tora masih jadi sahabatku. Walaupun aku tak tau besok, atau mungkin beberapa jam lagi, dia sudah tidak punya waktu untukku, he is still my best mate.

The Big DinkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang