10

1.3K 104 9
                                    

Hai, cuma mau ngasih tau kalau di part ini ada lanjutannya. Jadi baca lagi sampai bawah, ya. Thank you, fellas.

•••

Angga: Dinka?

Dinka: Yes, Ngga? What's going on?

Angga: Nothing, just wanna have a chit-chat with you.

Dinka: Oh, I really have no time for that.

Angga: Are you sure? Am I disturbing you or something?

Dinka: Nope, just kidding. So?

Angga: So ... So ... Somay.

Dinka: Hah? Gak ngerti, Ngga.

Angga: Ya, I know, garing kan?

Dinka: Banget.

Angga: Mau keluar?

Dinka: Maksudnya?

Angga: Iya, lo mau jalan gak sama gue?

Dinka: Kapan?

Angga: I'm free, kapan aja bisa. Lo aja yang nentuin mau kapan.

Dinka: Sekarang?

Angga: Gimme your address and I'll go to your home. Lo siap-siap ya.

•••

"Jadi, kenapa?" tanya Angga ketika aku sudah berada di dalam mobilnya.

Sekarang jam tujuh malam, dan di rumahku sedang tidak ada siapapun. Mamaku sedang ada keperluan, Bang Rega sedang kuliah malam, dan adikku sedang ada les tambahan. Jadilah aku hanya meminta izin via pesan dengan mamaku. Dan untungnya, ia mengizinkan.

"Hah? Kenapa apanya, Ngga?" Aku bertanya balik pada Angga yang masih terlihat serius memegang setir mobil.

"Ya, kenapa lo mau jalan sama orang yang baru ketemu lo dua kali?"

Aku menaikkan satu alisku. Merasa janggal dengan pertanyaan Angga. Seperti tidak ada pertanyaan lain saja.

"Am I wrong?" Hanya itu jawaban yang terlintas di kepalaku. Angga menatapku sebentar lalu kembali fokus ke jalan.

"Nggak, sih. Tapi kan, jaman sekarang rawan kejahatan. Lo gak takut gue jahatin lo?" Angga mengeluarkan pertanyaan yang lagi-lagi membuatku menatapnya aneh. Pertanyaannya tidak jelas semua.

"Muka-muka kayak lo nyuri sendal jepit juga gak berani," jawabku meremehkan pertanyaannya.

Angga tertawa. "Ya, ya, bener juga sih, Din," ucap Angga masih dengan sedikit tertawa.

"Kita mau kemana?" tanyaku mengalihkan pertanyaan. Bosan dengan pertanyaan-pertanyaan anehnya.

"Mall," jawabnya singkat.

"Ngapain?"

"Nonton, lah."

"Nonton apa?" tanyaku padanya.

"Insidious 3, gimana?" Angga tersenyum meremehkanku.

"Boleh, siapa takut."

•••

"Tiket Insidious 3 dua ya, Mbak."

Angga memesan tiket nonton untukku dan dia. "Best view-nya dimana, Mbak?" tanya Angga.

"Best view sudah ada yang menempati, Mas. Kalau mau di tengah, masih ada ini, tinggal untuk dua orang," jawab Mbak itu sambil menunjukkan tempat yang akan aku dan Angga duduki saat menonton film nanti.

The Big DinkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang