8.

2.2K 218 14
                                    

Pagi itu getar handphone dan suara notifikasi yang terus bermunculan membuat Jeno perlahan terbangun dari lelapnya. Ia mengerjapkan mata sesekali dan merasakan berat pada sisi kanan tangannya. Kepalanya pening terasa, matanya mengedar kesekitar ruangan kemudian beralih sisi kanannya guna melihat beban berat apa yang memberati lengannya.

Lamat lamat ia tatap sosok lelaki manis yang masih terlelap sambil merengkuh tubuhnya. Itu Na Jaemin, sekretarisnya. Kepala Jeno semakin pening ketika ia berusaha mengingat potongan potongan kejadian malam tadi hingga mereka berakhir diatas ranjang tanpa busana sehelai pun, bersama sang sekertaris.

Beberapa menit dirinya terpaku akan kecantikan manusia disebelahnya itu hingga dering notifikasi yang lagi lagi berbunyi membuyarkan lamunannya. Koni tak hanya Jeno yang sadar, Jaemin pun mulai membuka matanya mencari kesadaran dirinya.

"AH" pekik Jaemin ketika ia sadar dirinya tengah berada didalam dekapan sang atasan tanpa menggunakan sepotong pakaian pun. Ia buru buru melepas rengkuhannya dan menciptakan jarak antara dirinya dan Jeno, canggung pun menyelimuti keduanya. Bola mata Jaemin bergerak jelalatan menelisik ruangan, apa saja akan ia lihat kecuali sosok direktur disebelahnya.

Pandangan Jaemin jatuh pada handphone nya yang bergetar, ia raih dan ia buka pesan pesan yang masuk disana. "Astaga, saya lupa ada pertemuan dengan sekertarisnya tuan Kwon dan tuan Kim" Jaemin langsung bangkit dan bergegas kekamar mandi, tak mempedulikan Jeno yang terus menatapnya bahkan saat ia tengah berjalan kekamar mandi tanpa busana. Ya, Jaemin bahkan lupa kalau ia sedang tidak berpakaian...

Sekitar 10 menit kemudian Jaemin keluar menggunakan bathrobe dengan canggungnya, ia berjalan pelan hendak mengambil pakaiannya yang berada didalam koper dan kembali kekamar mandi untuk berpakaian.

Setelah dirasa sudah rapih dan wangi, Jaemin keluar untuk segera menemui rekan sepersekertarisannya. "Saya pamit keluar dulu ya pak Jeno, untuk sarapannya nanti akan saya suruh pelayan hotel mengantarnya kekamar." Bungkuknya, Jaemin sudah menanggalkan malunya dan bersikap professional layaknya sekertaris.

"Kamu yakin mau keluar? Badan kamu kuat memangnya?" Pertanyaan Jeno mengundang semburat merah dipipi Jaemin.

"Saya tidak apa apa pak, terimakasih atas perhatiannya." Dirasa sudah mendapatkan lampu hijau untuk keluar kamar, Jaemin bergegas keluar membawa handphone, dompet serta ipad jaga jaga akan ada rencana penting nantinya.

" Dirasa sudah mendapatkan lampu hijau untuk keluar kamar, Jaemin bergegas keluar membawa handphone, dompet serta ipad jaga jaga akan ada rencana penting nantinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Jam makan siang pun sudah tiba, Jaemin telah selesai berbincang bincang dengan kedua sekertaris lainnya di cafetaria. Kini ia kembali ke kamarnya dan kamar Jeno berada, ia membawa tentengan berisi makan siang yang akan disantap oleh sang atasan nantinya.

Selama berbincang tadi, Jaemin sesekali meringis sakit dibagian bawahnya karena merasa duduknya kurang nyaman juga. Mungkin efek pergulatan panas ia dengan Jeno semalam.

Setelah sampai didepan pintu kamar hotel tersebut, Jaemin mengetuk pelan dan meminta izin untuk masuk. "Pak Jeno saya izin masuk ya" tanpa menunggu jawaban ia buka pintu hotel tersebut dengan kunci yang ia bawa.

"Pak ini makan siangnya sudah saya pesankan sesuai dengan perintah bapak ya, saya juga bawa ice coffe jikalau pak Jeno membutuhkan minuman segar." Jaemin sibuk menata makanan tersebut diatas meja yang memang disediakan pihak hotel.

"Jaemin." Panggil Jeno.

"Iya ada apa pak" tanyanya.

"Duduk dulu sini" titah sang direktur, mau tak mau Jaemin pun mengikuti perintah sang direktur.

"Bagian bawah kamu masih sakit?"

"Ah, tidak pak. Saya baik baik saja" elak Jaemin.

"Gausah bohong, saya tadi lihat kamu meringis terus sambil pegang pinggul kamu." Jaemin yang mendengar perkataan Jeno menunduk malu.

"Sini kasih salep dulu lubangnya, kalau dibiarin nanti bisa bengkak."

"Gimana pak?"

"Kamu tiduran dikasur, buka celananya saya mau obatin" perintah Jeno.

"EH? saya sendiri aja pak, saya bisa kok" panik Jaemin.

"Yakin?" Jaemin mengangguk ribut.

"Iyaaa, saya bisa sendiri. Saya pakai sendiri aja ya pak" untuk pertama kalinya Jaemin bersikap tidak sopan dengan Jeno karena ia merebut paksa salep yang ada ditangan Jeno dan berlari memasuki kamar mandi untuk mengoleskan salep tersebut ke lubangnya.

Jeno mengangkat salah satu alisnya heran, padahal kan dia juga sudah lihat semua nya jadi untuk apa malu malu? Toh dia juga niatnya bertanggung jawab mengobati Jaemin. Sementara didalam kamar mandi, Jaemin berusaha menetralkan jantungnya karena kaget dengan perlakuan Jeno. Selama 6 tahun bekerja tidak pernah ada kejadian sememalukan ini. Profesionalitas yang ia bangun tinggi tinggi mendadak runtuh seketika setiap Jeno membahas soal hubungan intim yang dilakukan keduanya malam itu...






T B C.

Selamat malem mingguan😻

wanna ask, untuk sebutan circle jeno ini aku masih bingung, menurut kalian enakan yang mana dibacanya? mau pake "aku-kamu" "aku-kau" atau "lu-gua" ya?

Ceo's sonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang