BAB 5

153 9 0
                                    

“Gu--gue, ga ngapa-ngapain kok suer deh"Ucap Lila sambil mengangkat dua jarinya.

“Yakin?"

“Iya Lana"Ucap Lila dengan nada menyakinkan.

“Oh,"seru Lana. “ Lil kalo lo ada apa-apa lebih baik lo cerita ke gue, Vania atau Lary. Jangan suka mendem sendiri ntar lo stres lagi."Sambung Lana tiba-tiba dengan raut muka serius.

“Hahaha, bisa aja lo"

“Gue serius Lil, gue tau kok lo sering nyimpen semuanya sendiri dan kalaupun lo terbuka paling ama Amira. Tapi saran gue sih lo jangan terlalu percaya ama seseorang sampai lo ceritain semuanya ke dia. Terkadang nih yah, orang yang saking kita percaya bisa aja nusuk kita dari belakang, itu sih saran gue. Yaudah gue balik ke kelas dulu ya Lil, bye."Ucap Lana sambil berlalu pergi.

“Apasih maksud lo Lan, gue gak ngerti"Ucap lirih Lila sambil meninggalkan taman belakang.

Namun tanpa disadari oleh Lila sedari tadi ada sepasang mata yang mengawasinya dari balik pohon besar.

Tunggu pembalasan gue Delilah Novinta. Ujar seseorang itu dengan tangan terkepal erat.

****

“Mampus gue" Seru Lila.

“Ada apaan sih Lil?" Tanya Hillary.

“Buku Fisika gue ketinggalan di kelas. Gue mau ngambil dulu"

“Yaudah kita tungguin lo aja" Ujar Vania.

”Gak usah kalian balik aja duluan, lagian kayaknya bentar lagi mau ujan."

“Yakin nih gapapa kita ninggalin lo"

“Iya gapapa, yaudah gue balik ke kelas dulu."

“Oke" Seru Lary, Vania dan Lana bersamaan.

Lilapun bergegas ke kelas setelah berpamitan dengan teman-temanya. Tetapi ketika dia ingin ke kelas dia melihat Ruang perpustakaan terbuka karena penasaran dia pun memasuki perpustakaan. Saat ia ingin masuk lebih jauh ke dalam terdengar suara dua orang yang sedang berbincang.

“Ayolah lo itu kenapa sih, ingat ya dia itu yang udah buat Ka Rico meninggal. Kenapa lo malah ngebela dia. Gue sebagai sahabat pengen yang terbaik buat lo"

“Ntahlah, gue bingung Ra."

Siapa sih mereka.

Saat Lila sudah sedikit lagi menuju sumber suara diapun teringat tujuannya kembali dan melepaskan semua rasa penasarannya itu.

Setibanya Lila di kelas diapun cepat-cepat mencari buku biologinya itu dan bingo akhirnya Lila mendapatkannya. Setelah itu Lila pun berjalan keluar kelas untuk segera pulang.

Baru beberapa langkah Ia keluar ada suara seseorang yang memanggilnya.

“Lila!" Lilapun menoleh untuk melihat orang yang memanggilnya dan didapatinya Angga yang berjalan kearahnya.

“Lo abis ngapain, ko belom pulang"Sambung Angga.

“Abis ngambil ini," Ujar Lila sambil menunjukkan buku biologinya. “Lo sendiri ko masih berkeliaran disini?"Sambung Lila.

“Oh tadi gue abis latihan basket, lo pulang naik apa?"

“Mm, belom tau nih"

“Gimana kalo gue yang nganter lo pulang"

“Ng, gausah Ga. Ntar ngeropotin lo, gue naik bis umum aja"

“Eits, gabaik cewek naik bis sendirian. Ayolah gausah sungkan, mau ya lo?"

“Yaudah oke"

Lila dan Anggapun akhirnya jalan berirang menuju parkiran untuk mengambil motor Angga.

****

“Makasih ya Ga atas tumpangannya"

“Sip, gausah seformal itulah kalo sama gue"

Hening.

“Mm, kalo gitu gue masuk dulu, bye Angga"

“Bye, cantik" Ujar Angga tanpa sadar sambil meninggalkan Lila yang mematung mendengarkan ucapannya.

Deg.

Dia bilang apa tadi?cantik?

Saking kagetnya dibilang cantik oleh Angga Lila pun hanya diam mematung di depan pintu rumahnya sampai pintu itu terbuka dan,

Brak

“Aduh, pala gue"

“Eh! Kamu Lil, maaf ya Mama gak liat soalnya Mama buru-buru"

”Emang Mama mau kemana?"

“Mama ada urusan, jaga rumah ya.Bye Lila"

“Bye, Mam" Ucap Lila agak terdengar seperti lirihan.

Lilapun akhirnya masuk kedalam rumahnya dang langsung menghabur ke kamarnya. Terlihat di depan pintunya tertulis

Dilarang masuk tanpa persetujuan  Lila.

”Huh, capeknya" Keluh Lila dengan langsung melemparkan tubuh idealnya itu ke kasur tanpa berniat melepaskan seragam sekolahnya.

Siapa ya orang yang diperpustakaan itu, kenapa mereka nyebut-nyebut Rico. Ujar batin Lila dengan menutupkan matanya perlahan, dan Lila pun mulai masuk kedalam alam mimpinya.

Dengan menggunakan dress putih selutut itu, Lila menyusuri tempat yang menurutnya sangat asing ini. Ditempat ini terbentang luas padang rumput yang ditumbuhi bunga-bunga dandelion yang begitu indahnya. Namun ada yang janggal di ujung padang rumput sana, terdapat siluet  laki-laki yang membelakanginya, sampai Lila pun menyadari pemilik siluet tubuh itu sang mantan kekasih tercintanya.

“Rico!"

Siluet itupun berbalik menghadap Lila,“Hy Lila"

“Ini beneran kamu Rico?" Ujar Lila mendekati Rico.

“Tentu saja, emang kamu kira siapa"

“Rico aku kangen banget ama kamu" Ungkap Lila sambil menghabur ke pelukan Rico.

“Aku juga always miss you Lil, ohiya gimana kabarmu?"

“Baik dan buruk"

”Kok gitu?"

“Aku capek ngadepin sepupu kesayangan kamu itu Rico"

“Maaf ya Lil aku udah ngerepotin kamu"

“Bu-bukan begitu Ric, aku hanya capek aja, Joshua selalu mandang aku penuh dendam. Dia masih saja nyalahin aku atas meninggalnya kamu Ric"

“Lila dengerin aku, Joshua sebenernya udah ngelupain kejadian itu, tapi ada orang yang mengaruhin dia, makanya aku minta tolong kamu jagain Joshua buat aku"

“Maksud kamu apa?pengaruhin apa?"

“Nanti kamu juga tau Lil, ohiya udah waktunya aku pergi lagi, bye Lila Love you as always" Ujar Rico pada Lila sebelum dia menghilang

“Rico, kamu dimana?"

“Rico jangan bercanda"

“RICO!"

Hah.

Hah.

Hah.

“Rico" Ujar Lila ketika dia bangun dari mimpinya itu sambil mengambil bingkai foto yang terdapat muka Rico “Aku juga akan selalu sayang sama kamu, tapi maaf aku udah khianatin kamu dengan suka sama sepupu kamu juga" Sambungnya.

The Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang