[ one ]

225 23 5
                                    

"Jualan yuk?" celetuk seorang perempuan yang tengah bermain game di ponselnya.

Perempuan lainnya yang berada di sebelah gadis itu tersedak cemilan yang baru ia kunyah, ia menatap perempuan itu dengan tatapan terkejut.

"Kok tiba-tiba? emangnya uang jajan yang dikasih Papa kurang, Sa?" tanyanya.

"Ya nggak sih, daripada kita gabut gini mending jualan," balasnya.

"Jualan apa?" tanya gadis lainnya yang berada tak jauh dari sana dengan sebuah novel di tangannya.

"Risol mayo."

"Siapa yang masak?" tanya gadis itu lagi.

"Kan ada Mbak yang pinter masak, Mbak masak kita jualin terus ntar duitnya di kasih ke Mbak semua," jelasnya.

"Kita nggak dapet apa-apa dong, Lisaaa?" tanya perempuan  yang duduk di sebelah orang yang dipanggil Lisa itu, atau lebih tepatnya Shalisa.

Sedangkan yang bertanya tadi adalah Shalona, biasanya dipanggil Lona atau Ona. Lalu, yang duduk sedikit jauh dari mereka, yang tengah membaca novel itu Saevana, biasanya dipanggil Saeva.

Mereka bertiga adalah saudara kembar, identik. Jadi, sulit bagi orang lain untuk membedakan ketiganya. Kalau orang-orang sudah mengenalnya, pasti mudah untuk mengenali ketiga saudara kembar itu karena sifat mereka yang berbeda.

Saevana si sulung, Shalisa anak tengah dan Shalona si bungsu.

"Dapet, dong? kita dapet pengalaman susahnya cari duit," balas Shalisa.

"Oh, gituuu? okay, gue ikut aja," kata Shalona.

Kini kedua gadis itu menatap ke arah kakak sulung mereka, yang ditatap terlihat tak peduli dan lebih memilih untuk membaca novelnya.

Shalisa berdecak. "Saevaaa!" panggilnya.

"Apa? kalian belum bilang sama Mbak kan kalo mau jualan terus pake jasa dia? kalo Mbak mau kita lakuin, kalo Mbak nggak mau jangan maksa," ujar Saevana yang membuat Shalisa dan Shalona saling menatap satu sama lain.

"Errr, gue ijin sama Mbak dulu deh," kata Shalisa yang melempar ponselnya ke atas karpet dan pergi ke dapur.

Sesampainya disana Shalisa memanggil Mbak yang dimaksud oleh ketiga saudara kembar tadi.

"Mbak Rinnn," panggil Shalisa.

Merasa namanya dipanggil, seorang wanita yang namanya Rina itu menoleh ke belakang, lalu menemukan salah satu anak dari majikannya itu tengah berdiri di dekat meja besar yang terdapat banyak bahan makanan yang akan di masak.

"Iya, Non?"

"Mbak kita mau jualan, tapi yang masak Mbak Rinn ya? mau kan?" kata Shalisa seraya memasang tampang memelas.

"Jualan apa, Non?" tanya Rina.

"Risol mayo," balas Shalisa.

Rina terlihat berpikir, hal itu membuat Shalisa harap-harap cemas.

"Iya, Non. Saya mau," ujar Rina yang berhasil membuat Shalisa bersorak senang.

"Mbak Rinn tulis bahan-bahannya ya, nanti kita yang belii!" seru Shalisa.

Gadis itu langsung pergi kembali ke kamar sang kakak dengan raut wajah senang. Ia langsung memberitahu Kakak dan Adek kembarnya itu jika Mbak Rinn mau membuat risol mayo nya.

Saevana yang mendengar itu pun hanya bisa menghela nafasnya pelan, setiap hari ada saja ide-ide gila yang keluar dari mulut Shalisa.

"Kalian aja yang pergi, gue harus nemenin Jace belajar," kata Saevana saat kedua adiknya tengah membahas tempat mana yang akan mereka datangi untuk berbelanja.

SOUL MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang