Malam ini, Oliver mengajak triplet untuk pergi ke tempat yang sering ia kunjungi. Laki-laki itu mengajak mereka ke tempat yang tidak cukup bersahabat.
"This place is awesome, right?" tanya Oliver dengan raut wajah senang.
Saevana hanya tersenyum tipis. Sejujurnya gadis itu tidak suka dengan tempat-tempat seperti ini, ia terpaksa kesini karena Oliver yang mengajaknya.
Meksipun pada awalnya ia menolak, namun akhirnya juga datang karena Shalisa yang terlihat antusias saat mendengar ajakan Oliver. Shalona jelas saja hanya mengikut.
"Sejak kapan kamu tau tempat ini?" tanya Saevana.
"Emm, when we were in tenth grade, Rhys yang mengajakku," balas Oliver.
Laki-laki itu tertawa saat melihat salah satu orang yang ada ditengah-tengah kerumunan itu tumbang. Iya, mereka tengah berada di tempat pertarungan ilegal.
"I'm so happy when there is a place like this here!" seru Oliver.
Laki-laki itu bersorak senang saat namanya dipanggil, ini gilirannya untuk maju.
"JACEE?!" pekik Shalisa dan Shalona secara bersamaan, berbeda dengan Saevana yang hanya menatap laki-laki itu dengan tatapan terkejut.
"Lo turun juga?!" tanya Shalisa dengan raut wajah schock.
"Yeah! i'm in!" seru Oliver.
"Cowo gila! dia ikut ginian selama ini?" komentar Shalisa saat laki-laki itu maju ke tengah-tengah dan bersiap untuk bertarung.
"Om Will tau nggak ya?" tanya Shalona.
"Gue yakin beliau nggak tau," celetuk Shalisa.
"Dia ikut kaya gini dari kapan? Rhys?" tanya Saevana pada laki-laki yang mengamati cara bertarung Oliver dan lawannya.
Berbeda dengan Felix yang sedari awal terus menyoraki nama Oliver dan memberi laki-laki itu semangat, tidak hanya laki-laki itu, hampir semua di ruangan ini menyerukan namanya. Itu tandanya, Oliver tidak hanya sekali dua kali bertarung.
"Semester dua kelas sepuluh," ujar Rhys.
"Berarti udah setengah tahun ya?" kata Saevana yang kini menatap ke arah depan, gadis itu menatap intens bagaimana Oliver menyerang dan menahan serangan.
"Kalian masih mau liat?" tanya Saevana pada kedua adek kembarnya.
"Iyaa!" balas Shalisa yang sekarang sudah tidak lagi terkejut, malah ikut mendukung Oliver.
"Gue keluar," pamit Saevana.
"Ikut!" kata Shalona.
Saevana mengangguk. Lantas kedua gadis itu keluar dari tempat ini dan menunggu di depan mobil mereka, Saevana tidak tahu kapan akan berakhir, namun lebih baik menunggu disini daripada melihat pertarungan ilegal itu.
Gadis itu sudah bertekad untuk tidak lagi menginjakkan kakinya di tempat ini sekalipun Oliver mengajaknya hingga memohon.
"Kalo Papa tau kita disini, pasti bakalan dimarahin kan?" tanya Shalona yang menatap kakak kembarnya itu dengan raut wajah cemas.
"Iya, makanya kita harus tutup mulut."
"Rhys tau tempat kaya gini darimana, sih?" kata Shalona dengan sedikit kesal.
Saevana mengendikkan bahunya. Ia tidak akan heran jika itu Rhys, relasi laki-laki itu sudah ada dimana-mana. Jadi, mudah baginya untuk menemukan tempat seperti ini.
"Masuk, Na!" suruh Saevana saat melihat beberapa laki-laki yang berada tak jauh dari mereka itu sesekali melihat ke arah mereka.
Tanpa bertanya apapun, Shalona menuruti perkataan kakak kembarnya itu. Saevana juga masuk ke dalam mobil dan menguncinya.