Awal.

115 11 11
                                    

"Kalau ragu jangan maju"

Happy reading.

Disalah satu kelas di SMA Tunas bangsa, yaitu XI Mipa 2 kini para murid sedang menikmati jam kosong dikelas, beberapa siswi bergerombol untuk berbincang, ada yang tidur, ngegame dll.

Satu siswi sedang membaca buku novel. Tanpa memperdulikan sekelilingnya, buku itu berjudul 'Lukanya' karya dari Akira Ishikawa, ibunya sendiri.

Gadis itu adalah, Alisa Bagaskara, anak dari Zidan Renaldy Bagaskara CEO dari perusahaan B's Company dan Akira Ishikawa si penulis . Wajah gadis itu memiliki rupawan yang cukup cantik, mata sipit rambut pendek, Alisa tergolong gadis introvert dia jarang bersosialisasi dengan teman-temannya.

Gadis itu nampak fokus pada bukunya, buku yang berkisah tentang seorang anak laki laki Alfandra yang tidak pernah mendapat kasih sayang dari ayahnya, dan mati karena mengorbankan matanya untuk ayahnya.

U know lah...

Tanpa gadis itu sadari seorang remaja mendatangi mejanya, tepat di depan Alisa. Gadis itu mendongak menatap wajah lelaki itu, gadis itu menaikan alisnya selah bertanya 'Ada apa?'

"Ayo jadi pacar gue!" ucap remaja tersebut, Alisa merasa bingung apa yang orang itu katakan, remaja itu mengajak pacaran seperti ngajak nongkrong kopi.

Dia Alvino Denandra Adhitama, siapa yang tidak kenal Alvino? Dia ketua ekskul basket, Anak dari Elvano Derlino Adhitama  penerus utama perusahaan A'd Company dan Alena Shena desainer populer, dengan wajahnya yang tampan rupawan mirip bapaknya, Alvino bahkan termasuk dari sekian lelaki yang didamba-dambakan oleh para siswi yang ada di sekolah tersebut.

"Lo waras Vin?" tanya Alisa, percakapan mereka sontak menjadi pusat perhatian satu kelas itu, beberapa siswi menutup mulutnya kaget. Plis Alvino yang terkenal mempertahankan kejombloannya selama ini, kemakan omongannya sendiri?

"Menurut lo?" tanya Alvino dengan tidak santainya. Namun Alisa nampak mengacuhkannya, Alisa bukanlah cewe yang mudah didekati selama ini.

Alisa merasa risih dengan keberadaan Alvino yang masih didepannya, Alisa beranjak keluar kelas, dengan membawa bukunya tersebut, "Sa! Gue beneran!" Alisa tidak memperdulikan Alvino, lalu tetap berjalan menuju rooftop sekolah itu.

Namun namanya juga Alvino, remaja tersebut tetap mengikuti langkah kaki Alisa menuju rooftop, sesampainya disana Alisa bersandar pada pagar, lalu bertanya, "Apa alasan lo bilang gitu? Biar nambah tenar?"

"Gue emang mau deket sama lo." Alvino tetap kepada pendiriannya, namun lain dengan hatinya, Alvino saat ini bimbang dengan keputusannya.

"Tapi hati lo sendiri masih ragu," ucap Alisa dengan sarkas.

"Seiringnya waktu gue pasti semakin yakin sama keputusan gue" Alvino mencoba meyakinkan Alisa bahwa dirinya memang benar benar serius dengan perkataan nya.

"Tapi lo gila, kita ga pernah deket dan tiba-tiba lo berdiri didepan meja gw terus bilang ayo jadi pacar gue? Lo ngajak pacaran kayak ngajak nongkrong,"

"Ya gue ga tau cara deketin cewek, pdkt dulu gapapa lah ya?"

"Stress" sinis gadis itu, lalu gadis itu berjalan menuju kantin karena sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi

Dengan cepat Alvino mengekorinya, sepanjang perjalanan Alvino terus menceloteh dan Alisa ia mendecak sebal tanpa mendengarkan Alvino.

Yang jelas, Alvino tidak seperti ini sebelumnya. Alisa lmemang sebelumnya memergoki Alvino kerap menatapnya lekat, namun Rysa hanya berfikir kalau itu hanya kebetulan saja.

Alisa berjalan menuju salah satu meja di pojok kantin, dengan alvino yang masih mengekorinya. "Mau pesen apa sa?" tanya Alvino.

"Bakso, minumannya terserah."

"Okey, Zio pesenin bakso dua sama es teh ya. Nih sisanya terserah lo," perintah Alvino, Zio pun mendengus kesal, bahkan dirinya blum sempat duduk, namun melihat uang berwarna merah yang sahabatnya beri, matanya pun berbinar senang.

"Beneran nih Vin?" tanya Zio. Di balas tatapan malas dari Alvino.

Zio Alderio, pemuda tengik berkulit putih, rambut sedikit berkembang itu, menduduki jabatan wakil ketua basket di SMA tunas bangsa. Zio memiliki kepintaran yang cukup tinggi, dan ia kini sedang membuka joki tugas untuk tambah-tambah uang penghasilannya.

Zio mengambil uang berwarna merah tersebut lalu merangkul remaja disebelah "Ayoo, Van." Tanpa berperasaan Zio menyeret remaja yang bernama Keyvan, remaja itu hanya memutar bola matanya malas.

Keyvan Damarsena, cowo dengan jabatan ketua osis tersebut memiliki raut wajah yang tampan rupawan namun sedikit kaku.

Alisa tersenyum menatap kedua punggung remaja tadi, "Temen lo lucu." Ucapnya pada Alvino.

"Lucuan gue kali." Ucap Alvino memalingkan pandangannya. Alisa menatap Alvino dengan tatapan jijik.

To be continued.

Haaiiiiii....
Selamat datang di ceritaku ke 2
Ini cerita bisa di baca secara terpisah yaa, walaupun sedikit alay tpi gapapa namanya juga hidup.

-26juni2023

AlvinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang