06: Ucapan

177 12 0
                                    

Senin-nya, Hyunsuk kembali beraktivitas seperti semula. Berangkat kampus, mengerjakan tugas, membantu mama, me time, dan hal lainnya.

Di pagi hari, aktivitas pertama yang dilakukan adalah bersiap-siap untuk pergi ke kampus.

Style-nya hari ini adalah kemeja putih kebesaran dan celana hitam panjang. Tenang, kemeja yang ia pakai menutupi dadanya, jadi sedikit menutup aurat.

Tak lama setelah itu, pintu kamar yang semula tertutup rapat menjadi terbuka lebar dengan oknum yang tengah memegang kenop pintu.

Hyunsuk menoleh, mendapati adiknya yang bersandar pada palang pintu dengan seragam SMP.

"Kak." Hyunsuk berdehem sesaat Jeongwoo memangilnya. "Kakak berangkat sama siapa?"

"Sama Jihoon," jawab si sulung Choi.

"Oh." Jeongwoo lalu pergi dari sana.

Hyunsuk mengernyit dan kembali memalingkan pandangannya pada cermin.

"Hyunsuk, gue udah di depan," kata Jihoon dari speaker ponsel.

Ponsel berlogo apel milik Hyunsuk itu sedang menyambungkan panggilan telepon dengan Jihoon.

Hyunsuk yang mendengar ucapan dari kekasihnya segera pergi ke bawah dengan membawa tas ranselnya. Tak lupa saat di pintu utama ia memakai sepatu terlebih dahulu. Kemudian pamit kepada kedua orang tuanya yang berada di dapur untuk sarapan.

"Gak sarapan dulu, kak?" tanya mama Taeyeon dari dapur.

Hyunsuk menggeleng. "Kakak keburu, ma. Ada kelas pagi banget," jawabnya.

Taeyeon mengangguk mengerti. "Yaudah, hati-hati di jalan. Sama Jihoon kan?"

"Iya. Kakak berangkat dulu ya, pa, ma!" Hyunsuk berseru dan keluar dari rumah.

Tepat di depan gerbang sudah ada Jihoon yang duduk dengan motornya. Style -nya sama dengan Hyunsuk. Hanya saja kemeja itu sedikit ketat sehingga terlihat bentuk-bentuk otot di lengan Jihoon.

Hyunsuk sudah sepenuhnya keluar dari rumah. Kini ia berdiri tepat di samping Jihoon dengan tatapan datar dan tangan yang disilang di dada.

Jihoon yang ditatap seperti itu mengernyit, "Kenapa?"

Hyunsuk tak menjawab, ia justru kembali masuk ke dalam rumah dan masih dengan tatapan yang sama.

Beberapa menit kemudian pemuda bermarga Choi itu keluar dengan jaket denim berwarna hitam. Jelas Jihoon tambah terheran-heran.

Lebih heran lagi saat Hyunsuk menyondorkan jaket itu tanpa basa-basi apapun.

"Buat?" tanya Jihoon dengan kening yang masih mengerut.

"Pake buruan." Hyunsuk berucap dengan datar dan terkesan galak.

Jihoon tak mau memperpanjang, akhirnya ia menerima jaket itu dan memakainya pada tubuhnya.

"Nah. Gini kan gak akan ada yang ngelirik. Lagian kenapa sih lo pake kemeja yang ngetet gitu? Sengaja? Iya?" lontar Hyunsuk yang kedua alisnya menukik tajam.

"Hah?" Jihoon mengerjap.

"Ck. Pura-pura gatau." Hyunsuk perlahan naik di jok belakang motor. "Ayo berangkat, ntar telat gue gamau dihukum."

"Marah?" bukannya menuruti ucapan sang kekasih, Jihoon bertanya hal lain.

"Iyalah! Jelas-jelas udah punya pacar malah pake baju yang bikin anak orang kebaperan. Lupa udah pacar?" Hyunsuk menatap kedua bola mata Jihoon.

Pembatas - HoonSuk [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang