01: Curahan hati

389 19 0
                                    

Saat ini remaja bersurai hitam itu tengah sibuk di dalam dapur. Ia sedang memasak makanan untuknya dan juga Jihoon, sahabatnya dari TK.

Makanan yang Hyunsuk masak tidak termasuk makanan berat. Hanya makanan ringan pencuci mulut agar tidak kosong nantinya dalam obrolan.

Ting tong

"Iya sebentar!" Hyunsuk meletakkan sendok dan berlari keluar rumah. Setelah membuka pintu, ia menemukan Jihoon yang duduk di atas motor matic-nya.

Hyunsuk tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit, "Uuuuu my baby udah dateng." Ia berjalan ke depan guna membuka gerbang yang menghalangi Jihoon untuk masuk.

"Ma babi ma babi, geli tau, Suk." Jihoon melotot kecil sebelum memasukan motornya ke halaman Hyunsuk setelah gerbang itu terbuka.

Hyunsuk yang tengah menutup gerbang tertawa, "Hahahaha! Lucu tau, cocok buat my honey."

"Sekali lagi lo ngomong gitu, gue pergi nih," ancam Jihoon dengan berancang-ancang untuk menaiki motornya lagi.

"Iya enggak! Udah sana masuk, gue mau ke mobil dulu ambil talenan," ujar Hyunsuk.

Jihoon mengangguk dan mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah mewah milik sahabatnya.

"Permisi," kata Jihoon sesaat setelah sampai di dalam. Tak lupa ia juga sedikit membungkukkan badannya ketika mengatakan itu.

Jihoon kemudian melepaskan jaketnya dan tas ransel, lalu ia letakan di sofa empuk milik keluarga Choi.

Tak lama setelah itu Hyunsuk muncul dari pintu utama dengan tangan yang membawa talenan.

"Lagi bikin apaan lo?" tanya Jihoon seraya mengikuti langkah Hyunsuk menuju dapur.

"Bikin Gimbab, mumpung ada bahannya."

Benar saja, setelah sampai di dapur, Jihoon melihat Gimbab yang belum terpotong di atas nampan.

Namun, ia salah fokus dengan keadaan dapur ini.

"Dapur lo habis kena meteor atau apa sih? Berantakan banget," komentar Jihoon seraya memungut sampah plastik yang tergeletak di lantai, kemudian memasukkannya di tempat sampah.

Sedangkan si pemilik rumah menyengir, "Hehe, tadi ada kecelakaan, gue kesandung meja dan banyak yang gak sengaja gue senggol. Kek tepung itu tuh, tumpah. Mama taruh di meja, gak di lemari, berantakan deh."

"Terus? Lo gak ngebersihin? Ck, kebiasaan ah lo." Jihoon mengambil sapu untuk menyapu tepung yang berceceran di lantai.

Ketika Jihoon menyapu, jantung Hyunsuk kembali berdetak. Ia hanya terdiam dan mengamati Jihoon yang sibuk dengan acaranya.

"Nah, kalo gini kan bersih, lo gak akan kepeleset gara-gara tepung." Jihoon mendongak menatap Hyunsuk yang masih mematung.

"Suk," panggil Jihoon. Tapi sayangnya Hyunsuk tak mendengar.

"Hyunsuk," panggil Jihoon lagi.

"Park Hyunsuk," panggil Jihoon sekali lagi. Namun panggilan terakhir itu membuat Hyunsuk tersentak kecil dan mengerjap matanya cepat.

"Oh, iya-iya. Sorry, tadi gue kelupaan, hehe." Hyunsuk menggaruk leher belakangnya yang tak gatal. Tapi ia baru mengingat sesuatu.

"Heh! Lo tadi panggil gue apa? Park Hyunsuk? ANJING, GILA! Gue Choi Hyunsuk yeah, enak aja pake marganya bapak Seojoon. Gue anaknya pak Siwon nih boss, jangan disenggol, nanti jatuh!" Hyunsuk menepuk dadanya bangga di akhir.

"Dih dih. Bapak gue juga udah nganggep lo anak kali. Berarti kalo lo dianggap, nama lo jadi Park Hyunsuk, terus gue Choi Jihoon. Anjay, keren kan?" monolog pemuda dengan tahi lalat tepat di bawah mata.

"Aish! Terserah lo aja dah. Ini tolong bawa nampannya ke kamar, gue mau beres-beres. Buruan gak usah banyak omong," tegas Hyunsuk saat Jihoon ingin mengeluarkan suara.

Jihoon yang anaknya penurut langsung mematuhi perintah Hyunsuk. Ia mengambil nampan yang di atasnya terdapat Gimbab, kemudian ia berjalan menuju lantai atas di mana kamar Hyunsuk berada.

Ia tahu kok tempatnya, sudah 16 tahun main di kamar Hyunsuk. Dengan rumah yang sama, kamar yang masih sama, dan vibes yang masih sama dari dulu. Jihoon tersenyum tipis diperjalanan menuju kamar si sahabat.

Tak butuh waktu lama Jihoon pun sampai di depan kamar Hyunsuk. Dengan perlahan ia membuka pintu itu lalu masuk ke dalam.

Rapi.

Itu yang Jihoon lihat pertama setelah masuk di kamar pria mungil itu.

Kamar Hyunsuk dan dapur berbeda 180°. Kamar yang sangat rapi, bersih, dan enak dipandang sudah jelas berbeda dengan dapur yang sangat berantakan, banyak noda dimana-mana, bahkan banyak alat-alat dan juga bahan-bahan yang terjatuh di lantai.

Jihoon menggelengkan kepalanya saat mengingat kejadian tadi. Ia pun kembali masuk lebih dalam. Setelah sudah, ia menaruh nampan itu di atas karpet berbulu.

"Ji, tolong dong tirainya buka biar terangan." Hyunsuk datang dari luar kamar.

Jihoon mengangguk dan berjalan ke jendela guna membuka tirai berwarna putih.

Ia berbalik badan. Hyunsuk sudah duduk di lantai dengan tangan yang lihai memotong Gimbab.

"Lo gabut ya?" sahut Jihoon yang masih berdiri dekat jendela.

Hyunsuk menoleh dan mengulum bibirnya. "Iya. Tapi gue juga pengen curhat," balasnya dengan melengkungkan bibirnya ke bawah.

Jihoon menaikkan kedua alisnya ke atas. "Curhat apa?" Ia mendekat ke Hyunsuk dan duduk tepat di sampingnya.

Sedangkan pria mungil yang mendapatkan respon seperti itu tak sadar pipinya sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Pipi lo merah!?" teriak Jihoon tanpa sadar.

"Hah!?" kaget Hyunsuk. Dengan cepat-cepat ia mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Lo sakit kah?" tanya Jihoon lembut.

Hyunsuk menggeleng. "Enggak. Udah ya, lo dengerin sambil makan nih." Ia mendorong nampan itu di depan Jihoon.

Jihoon hanya bisa mengangguk dengan tangan yang menyuapkan sepotong Gimbab ke mulut.

"Gue kayaknya lagi suka sama seseorang. Tapi gue pikir ini gak normal." Hyunsuk menjeda kalimatnya sejenak. "Setiap hari dia bikin hati gue jedar jedor kayak ditembak. Bahkan dia bikin gue malu setengah mampus. Perlakuannya yang lembut buat gue bimbang sama perasaan gue. Gue gatau kenapa, gue suka, cinta sama dia, tapi gue gak bisa, takut dia jijik sama gue."

Hyunsuk menunduk setelah menceritakan keluh kesahnya. Sedangkan Jihoon terdiam memikirkan semua perkataan Hyunsuk

"Jijik? Gak normal? Emang lo suka sama siapa?" tanya pemuda yang tengah mengunyah Gimbabnya itu.

"Gak ah. Gue takut lo jijik sama gue. Maksudnya, gue gamau setelah lo tau siapa yang gue sukai, lo malah jauhin gue." Hyunsuk mendongak menatap manik Jihoon.

Kedua netra itu bertabrakan, dan lagi-lagi membuat jantung Hyunsuk berdebar.

"Gak akan. Sekarang coba bilang, gue akan berusaha nerima." Jihoon meletakkan sumpit yang sedari tadi ia gunakan untuk menyuapkan Gimbab.

Melihat Hyunsuk yang diam dan menunduk, Jihoon merangkul bahu si mungil.

"Udah gapapa. Kalo lo suka sama sesama jenis gue terima kok. Meski itu emang gak normal dan gak bisa diterima siapa saja, gue sebagai sahabat lo harus nerima apa yang lo suka. Sekarang kasih tau dong siapa orangnya," tutur Jihoon dengan nada lembut.

"Sorry ya. Gue... gue cinta sama lo."

- To be continued

+++

Ekhem, hayo loh Ji, hayo loh. Anak orang lo baperin jadi gini kan. Tika gak ikut-ikutan dah. 🙏🏻

Sorry for typo guys 🦋.

+++

Pembatas - HoonSuk [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang