3) Waktunya Pulang

71 20 2
                                    

.

.

.

Renjun hanya berdiri dengan tenang menatap Wendy yang sibuk memasangkannya syal dan jaket rajut. Manik Renjun menatap para pelayan yang hanya diam di sampingnya, lalu tugas pelayan itu apa kalau semuanya dikerjakan Wendy?

Renjun menatap tangannya yang terbebas dari tusukan infus setelah ia dinyatakan sehat oleh dokter kemarin.

Tadi pagi para dokter juga sudah datang memberikan puluhan bunga ucapan dan salam perpisahan karena hari ini akhirnya ia bisa pulang ke rumah.

Ah entah kenapa firasat Renjun sedikit tidak enak

Ceklek...

"Bunda ayo kita pulang, mobil sudah siap." Remaja itu kalau tidak salah namanya Doyoung, dia masuk ke dalam ruang rawat disusul oleh kepala pelayan yang terengah-engah karena berlari mengejar Doyoung.

"Maaf nyonya, mobil sudah siap untuk mengantar tuan muda pulang." Kata pelayan itu membuat Wendy mengangguk paham.

Tuan muda?

Renjun? Yah setidaknya ia akan hidup mudah di dunia ini





Atau tidak?

Renjun yang seluruh tubuhnya ditutupi oleh pakaian rajut hanya bisa diam saat ia baru saja keluar dari rumah sakit dikerubungi oleh ratusan wartawan yang terus mengambil gambarnya.

Ratusan flash itu benar-benar menganggu, melihat sang adik tidak nyaman Doyoung segera menggendongnya.

"Tuan Doyoung bagaimana keadaan tuan muda Park?"

"Nyonya Park bagaimana tanggapan anda setelah kepulangan tuan muda Park?"

Renjun sedikit menghela napasnya lega saat Doyoung membawanya pergi lebih cepat dari sana. Ia tidak yakin kaki kecilnya bisa melewati ratusan wartawan tanpa terinjak.

"Tuan Doyoung apakah benar tuan muda Park hidup kembali setelah meninggal?"

Langkah Doyoung dan Wendy tiba-tiba terhenti membuat Renjun menoleh menatapnya, kenapa berhenti?

Aura remaja itu benar-benar tidak mengenakan, entahlah Renjun memilih untuk memejamkan matanya saja dan berharap tiba di rumahnya nanti setelah membuka matanya.

"Reporter Kang dari NBC ya? Aku harap ini terakhir kali aku melihatmu." Renjun membuka kedua matanya perlahan, Doyoung sudah kembali berjalan meninggalkan rumah sakit sambil terus menggendongnya.

"Tadi itu keren." Celetuk Renjun tanpa sadar membuat Doyoung mendapati Renjun yang ternyata tidak tertidur.

Doyoung segera masuk ke dalam mobil, tetap memangku adik manisnya itu di pangkuannya. "Panggil kakak coba, kakak sadar setelah Injunnie bangun, Injunnie tidak pernah memanggil kakak lagi." Curhat Doyoung sedih, dagunya bahkan ia biarkan menumpu di bahu kecil Renjun.

"Tidak mau." Tolak Renjun tanpa berpikir panjang, mau bagaimanapun usianya lebih tua dibandingkan Doyoung.

Penolakan dari Renjun benar-benar menyakitkan, Doyoung seolah mendapatkan tusukan di jantungnya.

Ceklek...

"Ada apa ini?" Wendy terkekeh kecil saat masuk ke dalam mobil dan mendapati raut lucu Doyoung.

"Bundaa~ Injunnie tidak memanggil Doyoung kakak." Adu Doyoung kepada sang bunda, berharap sang bunda akan membelanya.

"Bagaimana Injunnie memanggil Doyoung kakak kalau sikap kakaknya seperti ini?" Wendy menggeleng pelan, ada-ada saja kelakuan kedua putranya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GOD'S PUNISHMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang