SINGGUNG

4 0 0
                                    

Traffic light menyala merah, semua kendaraan berhenti sejenak. Suasana canggung terjadi di dalam mobil sedan milik perusahaan Labasa Pers, Revita gelisah terlihat dari kakinya yang tidak pernah diam selalu bergerak. Degupan dalam dada semakin menjadi semenjak pagi tadi, pasalnya kedekatan dengan Ilham adalah sesuatu hal yang tidak menyehatkan jantung, Revita canggung bisa sedekat ini dengan pria yang selalu membuat hatinya kacau.

Mereka sedang dalam perjalanan menuju opening ceremony Festival Krakatau yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, yang diselenggarakan pagi ini di Tugu Adipura yang menjadi ikon kota Bandar Lampung. Di acara itu pula diadakan pers conference mengenai festival dan event-event budaya yang akan berlangsung selama beberapa bulan di beberapa kabupaten kota di provinsi Lampung.

"Kita sudah mau sampai, kalian prepare dulu, acara juga udah mau mulai, id card jangan lupa sebagai tanda kalian dari media," ujar Fikri yang masih fokus menyetir.

Revita masih sibuk merogoh tas dipangkuannya, benda yang sangat penting itu tidak ditemukan, ia mulai panik semua kantung dan celah dalam tas itu sudah diperiksa namun hasilnya nihil hingga ia memandang ke bawah dan melihat id card itu terjatuh. Revita berniat untuk mengambil namun ketika sudah menggapai id card tersebut, secara bersamaan ada tangan lain yang ingin mengambil, tangan mereka tanpa sengaja bersentuhan. Desiran hebat terjadi pada tubuh Revita, degupan itu semakin menjadi, jantung seolah ingin copot. Tangan itu menyentuhnya, mimpi apa ia semalam, keberuntungan kemarin berlanjut hari ini.

Sepersekian detik mereka tersadar, Ilham kemudian mengambil id card itu. "Ini Rev," ujarnya sambil menyodorkan id card itu kepada Revita, tak lupa senyum diberikan dari bibirnya.

Blush pipi Revita merona merah bak kepiting rebus, senyuman itu membuat ia semakin gila, Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau dustakan. Revita kemudian mengambil id cardnya.

"Makasih, Ham," ujarnya kemudian memalingkan muka menghadap jendela, semoga Ilham tidak melihat perubahan pada wajahnya.

Mobil pun berhenti berjalan, tampaknya mereka sudah sampai, Ilham dengan santainya keluar mobil tanpa mengetahui efek apa yang telah diperbuatnya kepada Revita. Fikri yang melihat gelagat aneh dari Revita yang masih menghadap keluar jendela hanya bisa geleng kepala rona merah masih terlihat jelas di pipi Revita.

"Ehm mau keluar, apa mau nunggu Ilham nembak lo hah?" tanya Fikri dengan kekehan.

"Apaan sih lo," jawab Revita kemudian keluar dari mobil menuju tempat diselenggarakanya acara.

Suasana ramai pada pagi hari ini, semua masyarakat kumpul untuk menyaksikan rangkaian acara pada opening ceremony Festival Krakatau.

Ketika mereka telah sampai beberapa meter dari panggung utama Ilham menyiapkan kamera untuk mendokumentasikannya. Sang pembawa acara telah selesai membacakan susunan acara.

"Baiklah sebagai pembuka, kami persembahkan tari Sigeh Penguten. Tari Sigeh Penguten memiliki yang terkandung di dalamnya. Makna tersebut adalah makna gerak yang mengandung falsafah Piil Pesengiri, iringan sebagai persembahan, tata rias yang memiliki makna keceriaan dan busana yang mewakili kedua suku yakni Pepadun dan Saibatin.Terimalah persembahan dari sanggar tari Pesona binaan Kementrian Pariwisata dan Kebudayan provinsi Lampung. Selamat menyaksikan," ujar pembawa acara.

Tak lama berselang terdengar suara iringan musik Talo Balak beririama gupek atau tempo yang cepat, talo balak juga biasa disebut kulitang, semacam gamelan yang terkenal di pulau jawa. Disusul para penari yang terlihat anggun memakai baju kurung berwarna putih semacam kebaya dihiasi bebe usus ayam sulaman khas Lampung yang menutupi daerah dada. Dipadu sebuah kain tapis yang menjadi bawahan sebagai rok berwarna dasar merah, hitam dan emas menambah kesan elegan pada kain tapis yang digunakan. Walaupun mereka menggunakan siger yaitu mahkota khas Lampung yang lumayan berat tak membatasi mereka dalam menggerakkan tubuh mereka. Gerakan penari yang gemulai dan lentikan tangan mereka membuat semua tampak hikmat menyaksikan, tarian ini tidak sembarangan untuk dibawakan, banyak mitos yang beredar bahwa jika gadis yang sedang datang bulan tidak diperkenankan untuk menari Sigeh Penguten ini, sudah banyak terjadi ketika gadis itu menari tak lama ia akan terjatuh pingsan, karena tarian ini juga bermakna penghormatan kepada tetua dan tamu agung, sehingga si penari harus suci atau bersih. Namun alasan itu hanya asumsi belum ada kejelasan tentang hal itu.

Labuhan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang