Revita, masih sibuk mengutak atik dan mencoba kamera unruk memotret, ia ingin mempelajari bagaimana cara memotret, dengan sedikit paksaan kepada Ilham akhirnya mau meminjamkan kameranya.
Minggu kali ini mereka kembali bertugas bersama. Ternyata, maksud dan tujuan pak Wahyu memanggil mereka adalah agar mereka dapat berpartner kembali dalam liputan. Hubungan mereka kembali membaik, setelah kejadian tabrakan itu, malah mereka semakin dekat dari sebelumnya. Rupanya benar, ketertarikan Ilham kepada Agustina, hanya sesaat.
Sebulan itu, ia merasa kehilangan, tidak ada yang menyapa seperti biasa, tiada chat mengingatkan deadline ketika malam, entah mengapa Ilham menyukai Revita yang terlihat lucu ketika ia goda, pipi yang memerah bak tomat busuk menjadi kebahagian tersendiri untuk dirinya.
"Lo salah tuh, sini-sini gue ajarin." Ilham kemudian mendekati Revita, membelakanginya lalu tangan Ilham memegang kamera yang juga dipegang oleh Revita, seolah Ilham sedang memeluk Revita dari belakang.
Hal yang dilakukan Ilham, membuat Revita terkejut. Ia terpaku, lagi-lagi degupan itu datang kali ini lebih kencang. Ilham masih fokus menjelaskan cara memotret yang benar, namun Revita tidak fokus. Ia justru menatap wajah Ilham yang hanya beberapa sentimeter jangkauannya. Revita merasakan hal yang aneh, ia mendengar degupan dari lelaki yang berada di belakangnya itu, pertanda apa ini? Apa Ilham mulai menyukainya? Atau kewajaran karena jarak mereka yang terlalu berdekatan?
"Biasa aja kali liatnya, gue tau gue ganteng," ujar Ilham sambil tertawa kemudian mencubit pipi Revita gemas.
"Pede gila lo, hus hus ... jangan dekat-dekat gue," ujar Revita sambil mendorong Ilham untuk menjauh, jika dibiarkan berdekatan seperti tadi bisa saja jantungnya copot.
"Senang kan, gue peluk secara enggak langsung?" tanya Ilham sambil manaik nurunkan alisnya menggoda Revita.
"Enggak, gue mau ke sana dulu," tunjuk Revita ke tempat stan makanan. Ketika ia akan melangkahkan kaki, Ilham tiba-tiba menarik tangannya.
"Bentar Rev, gue mau ngomong sesuatu," ujar Ilham kemudian mengamit tangan Revita lalu menggengmnya. "Gue tau ini mungkin terkesan dadakan, tapi gue enggak main-main. Gue mulai suka sama lo Rev, kalo gue minta lo jadi Labuhan Hati gue, mau?" lanjut Ilham.
Revita yang ditodong pertanyaan yang diluar dugaan seperti ini pun bingung harus menjawab apa, ini terlalu cepat? Semudah itukah Ilham menyukainya? Jika ditanya senang atau tidak tentu Revita sangat amat senang dengan pengakuan Ilham, namun ia bimbang untuk menjawab.
"Kalo lo belum bisa jawab sekarang enggak papa, tapi gue mohon, lo bantu gue buat jatuh cinta sama lo," pinta Ilham dengan nada keseriusan di dalamnya.
"Aku mau," jawab Revita.
"Serius? Aku enggak mau main-main, enggak mungkin kan, kita pacaran kayak anak ABG, walaupun muka kita masih kelihatan kinyis-kinyis sih, bulan depan aku bawa orang tua ke rumah kamu ya," ujar Ilham mengeratkan genggaman tangan mereka.
"Hah! Kamu serius? Apa ini enggak terlalu cepat?" tanya Revita terkejut.
"Iya, biar enggak banyak dosa, kalau udah halal kan bebas mau ngapain aja," ujar Ilham sambil terkekeh.
"Eh, kenapa jadi aku kamu sih," ujar Revita sambil tertawa melihat tingkat mereka yang seperti anak remaja yang dilanda cinta monyet.
"Biarin, aku punya kamu, kamu punya aku," balas Ilham.
"Gombal ih, enggak suka!" Revita pura-pura merajuk, memajukan bibirnya beberapa sentimeter.
"Merajuk, itu kode mau dicium, apa gimana? Bibirnya kok dimaju-majuin, sini peluk sini." Ilham kemudian memeluk Revita erat. "Terima kasih sudah mengizinkanku untuk berlabuh di hatimu," lanjut Ilham kemudian mengecup pucuk kepala Revita.
Riuh ramai Festival menjadi saksi kisah baru untuk mereka. Perlayaran panjang Ilham kini berujung, labuhan hati tempat bersandar kini ditemukan. Dua insan yang sedang dimabuk kasmaran. Tak peduli ramainya tempat, dunia terasa milik berdua. Cinta datang tidak terduga, berlabuh dalam hati yang sudah lama mendamba, hanya menunggu waktu untuk menjawab semua. Dan takdir tuhan yang menyatukan keduanya.
~END~
KAMU SEDANG MEMBACA
Labuhan Hati
RomansaSeutas kisah pelayaran asmara sang pujangga, berkelana menyisiri samudra cinta yang membahana. Akankah sampai dan bersandar? Berlabuh pada hati mana kah akhirnya? Karena sejatinya pelayaran itu akan berakhir pada Labuhan Hati...