4. Ancaman

30 5 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Langit kini mulai berganti jingga kemerahan, tetapi sosok laki-laki dengan penampilan kusut itu tampak belum meninggalkan ruangan rapat. Bajunya lusuh dan wajahnya terlihat seperti menanggung banyak beban pikiran. Satu persatu anggota organisasinya mulai meninggalkan tempat, tetapi ia masih di sana dengan tumpukan kertas di depannya.

"Gak pulang, The?" tanya laki-laki dengan permen lolipop di mulutnya.

"Lo pulang duluan aja, Shak," balas Theo.

"Gak heran, sih. Namanya juga ketua, tapi jangan maksain diri gitu lah. Istirahat aja udah." Shaka yang semula sudah beranjak dari tempat duduknya kembali meletakkan tasnya dan duduk di atas meja, tepat di sebelah Theo.

"Gue mau beli nasi mercon, lo mau gak? Lo belom makan apa-apa anjir." Theo menggeleng sebagai jawaban.

"Lo kenapa, sih? Ada yang bikin sakit kepala selain rancangan mobil kita?" tanya Shaka penasaran.

"Gue bingung banget, Shak. Bokap gue nyuruh gue berhenti kuliah aja." Pernyataan itu langsung membuat Shaka melotot.

"Lah? Kenapa dah? Lo lagi miskin apa gimana? Tapi modelan kaya lo mana mungkin melarat." Theo sungguh ingin membekap mulut Shaka saat ini, tapi ia bahkan tak punya tenaga untuk marah.

"Kakak gue yang seharusnya nge-handle perusahaan pusat malah kabur gak tau ke mana, sementara bokap gue udah nge-handle yang di luar negeri." Theo mengembuskan napas berat setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Terus? Lo yang disuruh ambil alih perusahaan pusat gitu?"

Theo menggeleng. "Yang di luar negeri."

Permen lolipop itu langsung terjun bebas dari tempatnya. Shaka benar-benar dibuat kaget untuk yang kesekian kalinya.

"Njir, lo masih semuda ini, The. Yang bener aja bokap lo mah." Shaka terus menggerutu.

"Makanya itu, Shak. Gue juga masih belum ada pengalaman sama sekali. Bokap gue kekeh gamau kalo yang nge-handle perusahaan bukan anaknya."

Theo menenggelamkan kepalanya ke dalam tas milik Shaka. Jelas terlihat ia benar-benar frustasi saat ini. Ia itu memukul-mukul meja hingga tangannya itu nampak sedikit lecet.

"Gue juga lagi deket sama cewe, Shak."

"Hah ... hahahaha ... HAHAHAHAHA." Shaka menarik napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya. "Theo? Deket sama cewe? Cewe gila mana yang berhasil bikin lo gak karuan gini?" lanjutnya.

The Last Day In The Fall [Kim Gyuvin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang