Bandara Berhantu

29 14 34
                                    

Sambil membawa koper dan handbag ku, aku turun dari pesawat. Dan benar saja bandara ini terlihat mewah dan megah di banding bandara Suma Han di Jakarta, tapi apakah malam seperti ini ,bandara ini masih beroperasi layaknya pada siang hari aku tak habis pikir dengan kejadian ini. 'Sangat megah dan mewah sekali bandara seperti kota modern' ucapku dalam hati. Semua orang disini beraktivitas seperti pada siang hari ramai dan padat, padahl ini sudah waktu dini hari tetapi, mereka belum selesai dengan aktivitas nya. Aku mencoba memberanikan diri bertanya pada mbak Rara.
"Mbak Ra, bandaranya bagus Ya. Tetapi besok pagi apa kita akan pulang ke Jakarta mbak?" Ucapku pada mbak Rara yang berjalan di sebelahku.
"Saya ga tau mbak, mungkin iya tapi saya tidak tau selanjutnya biar mbak alenia dan capten mbak?" Ujarnya dengan nada yang menurut ku beliau, sangat takut. Aku tau apa yang dirasakan mbak Rara mungkin ia merasakan apa yang aku rasakan, tetapi aku ragu untuk bertanya. Aku takut hal buruk terjadi jika aku memberitahunya tentang  apa yang terjadi di cabin tadi. Rasa takut dan cemas ku menjadi satu, karena mbak Rara adalah crew terbaik yang sekamar dengan aku dan yani. Tapi tunggu kemana Yani kenapa digantikan mbak Rara?. Aku segera membuka ponselku dan memberi pesan kepada Yani lewat WhatsApp

[Marie: Yani kamu dimana kow bisa diganti sama mbak Rara si, yan. Kamu pindha ke penerbangan lain?]
Belum ada balasan juga dari yani, setelah 15 menit Yani membalas pesanku
[Yani: Marie aku diSurabaya bareng mas Andi dan Mbak rara ,juga ada Mbak Wulan dengan capten Adi Nugroho dan co-pilot Widayanto Arifin. Kamu dimana aku kirim potonya yah!. Kamu dimana Mar aku nyariin Lo?] Balas Yani yang membuatku terkejut seketika, langsung aku mencari nama mbak Rara dan mengirimkan nya pesan melalu WhatsApp

[Mbak Rara dimana?, Bukannya mbak dan mas Andi terbang bareng aku mbak. Aku dibandara tuma agung bareng mbak dan mas Andi, juga capt Ari Widianto juga co pilot Adi Mansyur mbak. Mbak dimana].
Saat aku mengirimkan pesan kepada mbak Rara, yang berada di sampingku. Tetapi, nada handphonenya tidak berbunyi. Aku berpikir mungkin mbak Rara tidak menggunakan handphone kerja, tiba-tiba handphone ku berbunyi, menandakan pesan dari mbak Rara yang tertera di notifikasi handphone.

[Mbak rara: saya terbang bareng Yani mbak mar, kita diSurabaya mar. Bukannya Andi bareng aku yah?. Capten juga sama kami terbangnya kamu bareng Alya dan mbak alenia yah.]

Sontak aku kaget mendengar penuturannya, tak habis pikir dengan keadaan ini. Bagaimana bisa aku terbang bareng hantu, lalu aku mengejar mbak Alya dan mbak alenia juga co pilot agar mengajak mereka pergi dari sini.

POV Mbak Rara

"Yani, koq Marie ga ikut penerbangan bareng kita yah. Padahal jadwal dia bareng kita,"ucap mbak Rara sambil merapikan seat belt dipesawat
"Aku kurang mengerti mbak mungkin diganti dengan jadwal mbak alenia!" Ucapku sambil memeriksa bagasi diatas. Setelah 25 menit memeriksa semua cabin. Aku dan mbak rara mengecek bagian dapur belakang, tapi hal aneh juga terjadi dengan kami. Aku bertemu Marie , yang jelas-jelas Marie tidak ikut penerbangan hari ini bersama kami. Tak kuhiraukan, Marie palsu itu. Bergegas aku menyiapkan semua di dapur pesawat itu, saatnya boarding, semua penumpang masuk dan hari ini hanya berjumlah 68 penumpang. Lalu memeriksa semua penumpang dan lengkap, penerbangan hari ini terasa menyenangkan bagiku. Tanpa ada kendala dan hal mistis apapun itu. Penerbangan ke Surabaya hari ini akan kami tempuh dalam waktu 58 menit saja dari Jakarta. Jadi tidak perlu, memakan waktu banyak. Saatny kami mendemonstrasikan alat keselamatan dalam pesawat selama 15 menit. Demonstrasi sudah selesai kami laksanakan,aku kembali ke tempat duduk ku dibelakang. Lalu setelah 10 menit aku duduk, seorang penumpang memanggil ku dari kursi 30 foxtro. Aku segera mendatangi penumpang tersebut, ia meminta untuk dibuatkan minuman teh hangat. Tanpa pikir panjang aku langsung ke dapur pesawat dan membuatkannya minuman permintaannya. Setelah selesai dengan membuat teh aku, mengantarkan kedepan dan memberikan minuman itu kepadanya. Selesai sudah tugasku melayani penumpang. Saatnya aku beristirahat dengan crew yang lain.
   Usai sudah 58 menit saatnya kami mendarat di bandara juanda di Surabaya, sebelum aku turun. Selalu membereskan barang penumpang, tapi ada satu penumpang yang memberikan kupesan.
   " Berhati-hatilah, nak temanmu sendiri akan mengambil, pria yang kau cintai. Dan suatu saat nanti ia akan pergi, dengan cara yang tidak seharusnya. Yaitu dengan kecelakaan pesawat, yang pada saat itu ia sedang bertugas." Segera aku menguntas ucapan bapak itu. Menurut ku itu hanya gurauannya saja, aku merapikan barang-barang penumpang agar tidak ada yang tertinggal.
   Saatnya aku turun dari pesawat, dan menuju hotel untuk aku tinggali satu malam ini. Saat menuju ke bandara handphone ku berbunyi. Menunjukkan Marie yang mengirimkan pesan kepada melalui WhatsApp aplikasi berlogo hijau itu, aku buka ternyata Marie mengirimkan pesan yang membuat bulu kudukku merinding,ia mengatakan bahwa mbak Rara bersamanya. Tapi kenyataannya mbak Rara ada bersama ku di Surabaya.

POV off
  Aku berusaha mengejar mbak alenia dan co pilot tersebut.
  "Mbak, mbak, capt"ucapku dengan jantung yang naik turun, lalu mbak alenia melihatku seperti ini dan ia tertawa.
" Lu ngapain begitu. Udh ga waras" ucapny dengan nada tertawa,

"Mbak, ga ad waktu bercanda. Kita balik ke Jakarta sekarang ga ush banyak bacot mbak.!" Perintah ku. Dia hanya menggelengkan kepala nya, dan pergi saja. Aku yang berusaha ngejar dengan dada naik turun, kebingungan atas apa yang terjadi hari ini.
" Udahlah, kamu jangan aneh-aneh. Cepat naik ke mobil sekarang yah!" Ucapnya, aku semakin panik. Karena waktu mepet sekali, mereka tidak mau pulang. Bagaimana ini Tuhan aku hanya ikut mereka, bagaimana pun mereka temanku, apakah ada korban lagi?, Pikiranku terus dipenuhi akan hal-hal buruk . Tanpa terasa sebentar lagi, kami akan tiba di hotel, tempat kami akan tinggal sekrang.
"Mbak apa, besok kita akan pulang?" Tanyaku dengan wajah sedih, takut aakan hal buruk terjadi. .
" Kita disini, 1 Minggu Marie mana mungkin. Kita bisa pulang,?" Ucapny, kata-kata itu, membuatku semakin panik. Tanda apa ini?, Pikiranku terus dipenuhi itu semua. Tak terasa kami semua tiba, di penginapan malam ini. Tulisan dalam hotel itu sudah seperti, 18 tahun yang lalu tidak di rawat. Tapi penglihatan mbak alenia dan co pilot berbeda mereka, melihat keindahan dan sampai di depan gerbang hotel itu ramai sekali pengunjung. Padahl Hari sudah masuk sini hari tepatny 02.12. kami mencari dimana kami akan tidur, tapi kasir itu hanya diam. Tatapannya kosong sekali, wajahnya pucat, aku memberanikan diri bertanya padanya

"Mbak, saya pesen kamar satu selaam 1 Minggu" ucapku, ia hanya mengangguk dan memberikan ku kunci yang, lumayan berkarat.
"130Y" ucapnya, aku benar benar bingung, apa ada kamar dengan nomor seperti itu. Seperti flim horor saja pikirku. Setelah aku meninggalkannya menuju kamar, terdapat cermin. Dari cermin itu aku melihat kasir tadi berubah menjadi orang yang menakutkan, giginya tajam, matanya merah, bajunya berdarah dengan sarang tembakan, dan lehernya terdapat, gorokan pisau tajam hingga, terlepas dari kepalanya

Ternyata, Aku Sudah Meninggal?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang