Mess Berdarah

6 2 0
                                    

    Seakan kami akan berakhir disini, suara pun enggan untuk keluar, tawa kuntilanak itu benar benar nyaring hingga membuat telinga kami sakit,yani yang ingin menutup telinganya segera aku tepiskan, dan menggelengkan kepala pelan.

   Kini bau amis dan wangi bunga kenanga tercium harum di hidung kami, aku menyukai wangi kenanga tapi tidak sebau ini,seakan kami harus mendengarkan ia tertawa bahkan menangis, harus mencium baunya suka atau tidak suka,kini seorang kuntilanak merah berdiri tepat di hadapan kami, seakan ia mengerti dengan apa yang terjadi.

  Suara tembakan saling bersahutan satu sama lain, terdengar kericuhan dan keriuhan di luar sana, kata kata yang membuat hati kami merasa kasihan

  "Pak, kasihi kami! "

  " jangan sakiti anakku bunuh saja aku! "

"Jangan jangan putriku! "

Suara tangisan dan ampunan terdengar memilukan, tembakan yang terdengar nyaring di telinga kami, rasanya ingin menangis tapi, jika air mata turun habislah kehidupan kami berdua disini. Mess yang dikelilingi hutan kini seakan akan ingin mengambil nyawa kami semua disini, mess di tengah hutan yang harusnya tenang kini memilukan.

       Benda pipih di atas nakas, memantulkan cahaya putihnya, sebuah pesan yang dituliskan sesorang kini berdenting, aku dan yani saling tatap handphone yani hidup dan seakan diketik sesuatu, bunyi ketikan di handphone yani begitu merdu, aku memerintahkan yani untuk pindah ke bawah kolong tempat tidur, aku menatap yani dan segera mengaba abakannya, kami diam diam merayap ke arah bawah tempat tidur, yani masuk terlebih dahulu lalu, disusul olehku secara cepat.

      Beruntungnya kami, jika kami tidak bergerak cepat maka, tewaslah kami, pintu yang kami kunci rapat kini sudah terbuka lebar, menampilkan seorang prajurit belanda berkulit pucat, tangannya hanya bersisa tulang, darah mengalir deras dari kepalanya, ia menghampiri tempat kami bersembunyi tadi. Prajurit tersebut tampak kesal, ia tidak menemukan keberadaan kami, terus saja menghentak hentakkan kakinya di lantai,

        Aku pernah mendengar, bahwa hantu juga bisa mendengar suara yang hanya diucapkan dalam hati, semakin kita takut dan berdoa dalam hati, ia makin menakuti kita. Aku melirik jam di pergelangan tanganku, beruntunglah aku selalu membawa barang barang berguna dalam keadaan darurat seperti ini,seakan mess ini telah di kerumuni oleh makhluk makhluk tak kasat mata, jam di pergelangan tangan menujukkan pukul 10.30am yang berarti sebentar lagi masuk pukul 11 malam,suara riuh kini bertambah banyak dan serasa pilu di hati kami aku dan yani saling tatap, hingga akhirnya kami tertidur pulas di bawak kolong kasur

POV OFF

    Diperjalanan aku hanya merasakn mual, bahkan untuk berbicara saja aku tak sanggup,

"Syad, aku mau tempat Uli aja deh, kan udah dekat badanku pegal nih udah lemas banget" ucapku pada arsyad.

   Ia mengangguk dan berjalan menuju rumah uli. Uli bekerja di maskapai milik negeri ini maskapai dengan nama Guena Airlines itu merupakan maskapai penerbangan yang dinaungin oleh negara Republik indonesia, arsyad memakirkan mobilnya di halaman uli, aku segera membuka pintu mobil

      Ketukan yang kubuat untuk memanggil uli, ternyata membuahkan hasil, uli keluar dengan seragam dinasnya

  "Ya allah,marie kamu kenapa?. " tanya uli

"Aku, diserang makhluk berlendir Ul. " ucapku pada uli

"Masuk, sekarang, masuk" ucapnya, dengan menarik aku dan arsyad ke dalam,

    "Sekarang, kalian nginap disini dan jangan pulang dulu ke mess!. " tegasnya

   Ia beranjak dari tempat duduk nya menutup semua jendela dan Pintu, kami juga dibuatkan teh hangat olehnya

   "Aku takut ul, ntar kamu yang kenak, kami pulang saja yah" ucapku

"Oh tidak! Tetap disini. " ucapnya

Lalu pergi meninggalkan kami, aku hanya berpikir positif, mungkin ia akan menganti seragamnya,

           Kini mentari menyingsing dari ufuk timur, bulan telah berganti menjadi matahari, aku segera berpamitan pada uli untuk pulang ke mess, tak ada percakapan diantara aku dan arsyad kami masih memikirkan kisah tadi malam yang tiada habisnya. Kini tibalah kami di depan gerbang mess, melihat kekacauan depan mess, tak terasa lagi kaki ini sakit melainkan, memikirkan nina dan yani, berlari memecahkan keheningan, lorong-lorong pajang pemisah kamar satu dengan lainnya kini dilorong itu terdapat 4 mayat yang bersimbah darah dengan luka yang cukup diluar nalar manusia.

   "Yani, yan, nina, Nin kalian dimana" teriakku di kamar kami, ruangan itu sudah berantakan, ditambah handphone yani yang berada diatas nakas dan sisa masakan yang dibiarkan mengeluarkan bau yang tak sedap, aku memeriksa kamar mandi, balik sofa. Tetapi, tidak menemukan keberadaan mereka berdua,

   "Ahah, bawah kolong aku belum mencarinya, " gumamku sendiri

    Aku membuka kain selimut yang menjulur ke bawah, kudapati yani dan Nina sudah tertidur telungkup, aku menyentuh sedikit bagian pinggang nina dengan harapan, dia bisa bangun dan segera untuk membersihkan dirinya dari debu debu yang menempel

    "Ehh bangun. "Ucapku sambil menggoyangkan tubuh mereka berdua

     Yani dan nina seperti cicak yang merayap keluar dari kolong tempat tidur, mereka bergegas membersihkan diri,

     " ehh, marie kami. Bersihkan diri dulu yah, maklum makhluk aneh datang hehehe" tawanya kecil

     Aku membereskan ruangan yang kami tinggalin berdua dengan yani,

Ting....

Drtttt

    𝗖𝗥𝗘𝗪 𝗕𝗢𝗫
Marie Denise, flight crewet JY 705 Tujuan jakarta-Jawa Tengah CGK-MXD departure 21.34

Pesan yang tertulis, disitu membuatku memasak, membereskan, serta menyiapkan koper untuk nanti malam, saat akan kembali membereskan ruangan, ponsel kembali bergetar di atas nakas,

    Drtttddrttt

   𝗢𝗬

Hallo, mbak Marie

Iya mas ada apa?

Perubahan jadwal mbak menjadi jam 18.08 take off

Ok terimakasih mas

Belum lagi berbicara lainnya, menunggu jemputan kapan, dll Pihak OY langsung menutup teleponnya, tak kuhiraukan, aku berjalan ke arah kamar mandi dimana yani dan nina mandi

    "Yan,yani, kenapa lama banget mandinya?. " tanyaku

Mereka tak menjawab, karena khawatir aku membuka pintunya, mereka tertidur di kamar mandi. Tak sabar, aku menyiramkan air segayung ke arah mereka, sampai akhirnya mereka terbangun

   "Cepat, aku juga mau terbang, lama sekali mandinya malah tidur lagi" ucapku

15 menit setelahnya, yani membuka jendela di mess,

  "Lah? Udah diberesin?" tanyaku

"Apanya? " tanya yani

"Mayat di depan! " ucapku

    "Oh, itu bukan mayat melainkan mbak kunti penunggu, kamu lupa mereka kan emang tewas disini gara gara kekejaman pemilik mess ini, dan sekarang mereka menuntut balas, soalnya kan pemilik mess ini, melarikan diri dan ngak mau tanggung jawab, makanya mereka ga tenang, tapi lebih jelasnya tanya mbak aini dia lebih dari 13 tahun kan bekerja disini" ucap yani

   Aku hanya mengangguk paham, dan berbalik badan untuk membereskan koper dll, membawa sebekal makanan dan juga cemilan,

    

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ternyata, Aku Sudah Meninggal?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang