Hotel Berdarah

17 7 31
                                    

kami mencari dimana kami akan tidur malam ini.tapi kasir itu hanya diam. Tatapannya kosong sekali, wajahnya pucat, aku memberanikan diri bertanya padanya

"Mbak, saya pesen kamar satu selaam 1 Minggu" ucapku, ia hanya mengangguk dan memberikan ku kunci yang, lumayan berkarat.
"130Y" ucapnya, aku benar benar bingung, apa ada kamar dengan nomor seperti itu. Seperti flim horor saja pikirku. Setelah aku meninggalkannya menuju kamar, terdapat cermin. Dari cermin itu aku melihat kasir tadi berubah menjadi orang yang menakutkan, giginya tajam, matanya merah, bajunya berdarah dengan sarang tembakan, dibeberapa bagian tubuhnya.
'ya Tuhan ini apa? Seram sekali rasanya jika mereka ada disini!' umpatku dalam hati. Sangat sulit kakinya melangkah ke dalam, kamar yang akan kami tinggalin. Kaki ini terasa berat, saat akan kamar dengan nomor aneh itu. Tapi apakah aku kuat?, Ya Tuhan cobaan apa ini. .

Aku sekamar dengan mbak alenia. Tanpa mengeluarkan barangku dan mengganti seragamku aku tetap menggunakannya, lalu aku meranjak ke tempat tidur. Aku duduk di tempat tidur sambil memikirkan apa semua ini?. Lalu mbak alenia datang dengan berberas kopernya untuk beberapa hari.

   Jantungku rasanya ingin copot melihat semua kengerian ini,
" Coba aja ada, Arsyad pasti semua ini tidak bakal terjadi." Ucapku yang ternyata didengarkan oleh mbak alenia.

" Kamu suka smaa Arsyad," ucapny dengan tatapan mata yang tajam.

" Tidak, mbak mana mungkin saya suka dengan Arsyad kan Arsyad punya mbak" ucapku, walau dalam hati aku mengatakan, siapa mau sama ceewek galak seperti elu, aku tak perdulikan semua itu. Semua ku tepiskan aku, mulai tidur. Tapi, firasatku mengatakan, Bawak saja koperku di sebelahku, jika terjadi sesuatu aku pergi dari sini. Entah, bagaimana firasat itu muncul tapi, aku menuruti firasat ku.

00.12

Aku terbangun dari tidurku. Aku, melihat Mbak alenia masih tertidur pulas,

Ckckckskskskcskcsksckssk
Mmmmmmmmmmmmmmm
Slurpppp, slurpppp,slurpppp

Suara apa itu? Mengerutkan alis apa ada jam segini manusia yang didepan kamarku, aku mencoba memberanikan diri untuk melihat siapa itu,mana mungkin ada orang yang menggosok hidung dan menarik ingusnya ke dalam sekuat itu?, Tanpa kuhiraukan aku kembali tidur, tapi, suara itu terus mengganggu ku.

06.00
Sudah pagi saatny, aku untuk beres beres. Tidak tahu mengapa saat aku akan keluar, tanpa sengaja aku menarik koperku dan berpakaian lengkap untuk terbang walau, rambutku sepeti habis berkelahi.
   Aku keluar dari hotel itu, benar saja apa yang aku lihat tadi malam benar. Hotel ini sudah rusak, pohon tumbuh dimana mana, tulisannya sudah rusak, dan tidak ada orang sama sekali. Aku memberanikan diri keluar dari tempat itu tanpa memikirkan mbak aLenia, dan co-pilot tersebut.
  
   Part 4
Aku keluar dari, gedung berdarah itu, tapi seorang ibu ibu rumah tangga, berusia sekitar 30 tahunan menghampiri ku,
   "Neng, ngapain disini. Itukan hotel angker," ucap ibu itu sambil bergidik ngeri,
   " Saya, tadi malam menginap disini Bu bersama 2 orang teman saya" ucapku, yang disertai dengan kesedihan kehilangan mbak alenia dan co pilot,
    " ApA? Ayo ikut saya sekarang, ke tempat Bu Minah. Ini sudah kelewatan batas" ucapnya langsung menarik tanganku
    Apa, yang sebenarnya terjadi, aku juga tidak mengerti. Mengapa, ini terjadi di sepanjang perjalanan, kami hanya diam saja, tetapi ibu itu berbalik badan dan bertanya padaku.

"Neng, seperti apa ceritanya,koq bisa neng sama temen neng, ke hotel itu" ucap ibu itu, aku menceritakan awal kisah kami disini, tetapi aku menghawatirkan mbak alenia.

" Bu bagaimana, dengan kedua teman saya?" Tak terasa air mata mengalir di pipiku menyaksikan kejadian kehilangan teman kerjaku,

" Neng, kalaupun neng kesana, percuma. Teman neng Udah tidak ada. Nyawa mereka udah di ambil saat mereka tidur oleh penunggu situ, pasti mereka tidurnya pulas banget kan sampai tidak bisa di bangunin, terus, mereka pasti tidurnya melipat kedua tangannya kan?" Ucapannya membuatku langsung melotot dari mana ibu ini tau, kalau mbak alenia tidur seperti itu.
" Neng dah sampai, saya akan temenin neng, sampai neng pulang ke Jakarta jangan lama lama disini juga tidak baik apalagi sendirian," ucapnya,
Ibu tersebut memanggil Mbah Minah, aku melotot tak percaya, seorang wanita usianya sudah hampir 120 tahun.
Mbah Minah, terkejut saat melihatku. Dengan matanya yang merah padam
"Masuk!" Ucap Mbah Minah, kami bertiga pun masuk ke rumah yang beralaskan tikar dari bambu itu.

Ternyata, Aku Sudah Meninggal?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang