Cure the Pain

117 10 0
                                    

“Gue baru kali ini ketemu orang bego kayak lo!”
Luke, sahabat Kai mengomel begitu masuk ke kamar rawat Kai di Virginia Mason Medical Canter. Saat itu jam makan siang, Kai baru saja disuapi oleh salah seorang suster cantik berambut pirang.
Kai cemberut, “Gue kan Cuma ngambil boneka gue, si Pipo yang gue piara sejak bayi.”
“Lo gila!” Luke makin keras reaksinya.
“Lo tau nggak kalo lo nggak ditolong sama orang mungkin lo udah nggak disini sekarang!”
Kai terdiam. Oh ya, penolongnya, ‘The Saviour’. Dia tidak tahu penolongnya itu ada di mana sekarang. Katanya sih langsung pulang setelah mendapatkan perawatan. Dan dia tidak ingin identitasnya diketahui oleh Kai. Kai memejamkan matanya untuk membayangkan sekilas.
“Gue pengen ketemu ama yang nolongin gue,” kata Kai.
“Kalo udah ketemu mau ngapain? Mau lo kawinin?!” kata Luke lalu menggigit apel yang dia ambil dari meja.
Kawin? Ah …. Sekelebat ingatan itu dating lagi.
Kai melamar Louis malam itu. Disinari cahaya rembulan, diatas kapal The Woodmark II yang sedang berlayar menyusuri lake Washington.
“Louis would you marry me?”
Karena Kai mencintainya, dengan apapun resikonya, dengan kelebihan dan kekurangan Louis. Mata Luois berbinar kaget, sesaat kemudian meredup lalu berbinar lagi, dia tersenyum.
“Yes, in one condition.”
“What?”
“Kamu harus bikin banyak anak untuk aku.”
Kai tertawa bahagia, “maunya berapa?”
“Sebelas.”
Senyum Kai menghilang.
“Hoi, hoi!” Luke menepuk pipi Kai, lumayan kencang dan sakit asu.
“Mau lu apain itu orang kalo ketemu emang??? Ditanya malah ngelamun!”
Kai mengerjap, “Oh! Ya gue mau ngucapin terima kasih lah!”
“Ah, nggak seru lu!” Luke mencibir.
“Oh ya ngomong-ngomong rambut blonde lu lucu juga….. ala Inul Daratista jaman gue masih SD!”
“Shut up!” Kai reflex memegang rambutnya. Ternyata proses pewarnaan rambutnya berjalan cukup sukses sehingga sekarang rambutnya jadi seperti rambut Indian yang diwarnai sebelah kanan pirang, sebelah kiri hitam.
“Gimana nih?! Gue kayak orang gila!”
“Udahlah…. Cuek aja , jaman sekarang orang Amerika yang Don’t juga banyak, jangan mau yang Do aja dong…..”
Kai memukul kepala Luke cukup keras. “Lu kebanyakan baca Glamour!”
Tiba-tiba….
“Assalamualaikum….”
Kai dan Luke saling pandang.
“Jin dari mana tuh bang?!” Luke melotot.
“hush! Udah lu bukain aja pintunya. Nggak mungkin ada suster dari sini ngasih salam kayak gitu….” Kai mendorong Luke yang tambah sewot.
Pintu terbuka, Luke bercakap sebentar dengan tamu misterius itu, buket mawar besar diterima oleh Luke. Luke berjalan kearah Kai dengan raut muka aneh.  Seperti induk kambing kebelet lahiran.
“Bang, ini dari bang Louis…” Luke menyodorkan buket mawar, dibelakang Luke muncul laki-laki yang dirindukan Kai hingga saat ini, yang masih belum dapat dilupakannya. Louis tidak berubah. Masih dengan senyum menawannya dan….

*CRACK*
“Ehem, ini dari Luois sama Bella…..”
Ternyata Luois tidak dating sendirian!!! Dia bersama ‘wanita-ganjen-perusak-hubungan’ itu.
“Aaah… Luois…. Bella nice to finally meet you,”
Kata Kai sambil melakukan tatapan 3 detik dari ujung rambut ke ujung kaki Bella. “Dan makasih buketnya ya…” buket mawar pemberian Louis diangkat dengan tangan kanan yang masih memar. Kai meringis.
“Louis tersenyum perhatian, “No problem Beb,”
Aiiiih….. he still call me baby!! I’m still his baby!
Kai cengar-cengir puas sambil menatap Bella.
Bella rupanya tidak mau kalah. “Kai gimana sih ceritanya semalem? Kasihan sekali kamu….. bahkan rambut kamu enggak bisa diselamatkan!”
Kai reflex memegangi rambutnya. Luke menahan tawa.

***
“Hahahah…..” tawa renyah Bunda Fira membahana mengelilingi apartemen eksklusif miliknya di Newport Square Apartment.
Letaknya di utara Seattle, agak jauh dari tempat tinggal Kai yang memang di pusat kota. Tapi pemandangannya indah dan ini merupakan tempat paling baik untuk beristirahat setelah kebakaran yang mengerikan itu.
“So, Louis dan pacar barunya lihat rambut lu yang belang itu dan pacar barunya bahkan sempet ngejek lu gitu??” Bunda Fira menyesap teh hangatnya dan setelah mendengar cerita kocak dari keponakannya itu.
“Ya gitu deh Bunda….” Kai memasang tampang cemberut. Perban masih melingkar di kepalanya. Kai belum dapat kembali ke apartemennya yang sedang direnovasi dan pindah untuk beberapa saat ke apartemen BUnda Fira yang sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri.
“Uuuuh…. Kasihan….” Bunda Fira mengelus rambut Kai dengan saying. Rambut itu masih belang, half blonde and half black. Insting Kai mengatakan untuk mempertahankan rambut freak nya itu.
“Trus lu mau gimana buat nutupin rambu gila lu ini?” Bunda Fira berjalan kea rah balkon untuk mengecek pekerja yang sedang membetulkan jendela apartemennya.
“Hats,” jawab Kai singkat sambil meraih remote dan menyalakan tv super besar milik Bunda.
Berita di tv masih seputaran kampanye presiden dan badai, yang nama badainya itu mirip dengan nama anak laki-laki. Badai sudah melanda tiga negara bagian dan katanya masih aka nada badai susulan yang namanya mirip anak perempuan.
Hats? Setahu Bunda kamu Cuma punya satu topi kan?!” Bunda Fira berteriak dari balkon.
“Yups, I don’t care. Warnanya narutal dan masuk kemana aja. Nggak masalah aku pake tiap hari…” Kai masih asik mengganti-ganti chanel tv.
“Whatt?!” Bunda Fira langsung tergopoh-gopoh masuk dan mematikan tv.
“Kamu jangan bikin malu nusa dan bangsa, masa pake topi satu lebih dari seminggu! Ayo sekarang kita belanja!”
Bunda Fira menikah dengan seorag bule [pengusaha sukses pemilik production house, Smith Enterprise. Kantornya berada di lantai 54 Bank of America Tower di kawasan bisnis Central Business District daerah pusat kota Seattle.
Bunda Fira juga terbiasa pergi ke pesta-pesta black tea penuh selebriti, bukan sembarang selebriti pula. Pilihan baju, sepatu, perhiasan, tas, hingga warna lipstick yang akan dipakai sangat berpengaruh pada reputasi suaminya. Nggak heran kalo Kai dianggap akan mempermalukan Bunda Fira dan suaminya jika memakai baju sembarangan di muka umum. Tabloid gossip yang jumlahnya banyak banget di Seattle pasti akan menjadikan Kai sasaran empuk. A Don’t from Smith Family. Mungkin itu kira-kira judul artikelnya.
“Bunda tadi aku bohong Bunda…! Aku punya banyak topi kok…”
“Bohong…”

***
Bunda Fira memilih untuk menghentikan Maserati hitam miliknya di depan butik langganan Cindy Crawford, BELLE GRAY. Tulisan berwarna kuning emas menghiasi
pintu depan butik yang berlokasi di downtown Seattle itu. Seorang wanita bule pemilik butik dating dengan senyum lebar untuk menyambut.
“Psst, Bunda… aku piker Belle Gray adanya di NY??” bisik Kai.
“Ini branch nya baru buka!” jawab Bunda Fira singkat sambil melambaikan tangan kearah pemilik butik.
“Halo Fira….! Apa kabar?” Bunda Fira dan pemilik butik saling bertukar salam.
“Keponakanku yang nakal ini ternyata hanya memiliki satu topi untuk menutupi rambunya yang freak!”
Wanita bule itu menatap Kai dari ujung rambut sampai ujung kursi rodanya. Agak canggung, Kai mencoba melihat kearah lain. “dia kelihatan oke, Fira…. Tapi kalo kamu  tetap pengen lihat koleksi topiku, silakan saja masuk…..” Kai dan Bunda Fira memasuki bagian lain dari took Belle Gray yang cozzy.
Tiba di ruang sebelah seperti mereka tiba di hutan topi. Isi ruang itu hanya topi dalam berbagai ukuran dan warna serta model yang aneh-aneh. Kai langsung pusing melihatnya.
“Oke, saya akan membiarkan kalian berdua memilih…. Sementara itu, kalian mau minum apa? Saya punya anggur putih, tapi kayaknya kalian nggak minum itu kan…”
“Teh aja… makasih….” Bunda Fira sudah asik melihat-lihat.
“Aku juga….” Sahut Kai buru-buru.
“Oke, sampai ketemu di ruang sebelah ya…”
Setelah pemilik butik menghilang dari pandangan, Kai langsung memegang tangan Bunda Fira.
“Bunda! Ini mah topi-topinya kebagusan, nggak pantes dipake buat kuliah…..!”
“Berisik aja lu! Pokoknya lu pake yang gue pilihin, nggak bakal nyesel deh. Pasti kelihatan lebih gaya daripada yang sekarang!”
Dua jam tiga puluh menit dan tiga cangkir the kemudian.
“Kmu kelihatan cantik sekali sayang!” Bunda Fira menatap Kai dengan mata berbinar setelah Kai mencoba salah satu topi pilihannya.
Topi itu seperti topi yang dipakai Queen Elizabeth untuk ke gereja dengan tulisan kecil berwarna turquoise ‘Belle Gray’ di sebelah kirinya. Satu-satunya topi yang dimiliki Kai hanyalah topi berbentuk kupluk yang biasa dipakai anak pecinta alam untuk naik gunung.
“Bunda, I seriously can not wear this!!!”




























*Let me in bikin mabok sih, sama gue nemu banyak banget fanart hunkai di pinterest padahal sebelum-sebelumnya nggak yang sampe bejibun gini, beneran bwanyak banget, lagi pada nongol aja apa gimana ya.... Gue panenƪ⁠(⁠˘⁠⌣⁠˘⁠)⁠ʃ koleksi gue nambah banyak....
Oh, dan rambut belangnya Kai... Itu nggak aneh kok, nggak freak, gue cobain minggu lalu dan bagus-bagus aja🤣half blonde half black cakep kok... Bayangin Kai warnai rambutnya kayak gitu juga😭kanan kiri beda warna huwuuuw🦚

Look I'm on FireeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang