4. Who?

0 0 0
                                    

"VELSHYA!" Teriak Arinda saat Vel jatuh dari atas balkon dan tenggelam ke dalam kolam.

Kolam yang sebelumnya berwarna jernih kini telah berwarna merah darah.

Arinda tidak mampu menahan air matanya. Mereka berdua pun berlari turun.

Saat turun mereka melihat maid yang juga menyaksikan Vel terjun ke dalam kolam terdiam.

"Telepon ambulans bodoh!" Teriak Unaira sambil berlari ke arah kolam namun di tahan oleh Arinda.

"Unaira jangan bodoh, karbon pembersih kolam sedang menyala!"

"Arinda Vel bakal kehilangan lebih banyak darah!" Arinda menggeleng dan memeluk Unaira yang masih berusaha memberontak.

"YAK! MATIKAN KARBON NYA BODOH! KALIAN MAU MELIHAT VEL MEREGANG NYAWA DI DALAM KOLAM SANA!" Teriak Unaira begitu lantang, para bodyguard pun segera berlari dan mematikan karbon tersebut.

.

.

.

Saat ini Vel sedang di bawa ke rumah sakit, saat sampai di rumah sakit Vel langsung di tangani oleh dokter.

Sedangkan di luar Unaira yang mondar mandir sedangkan Arinda sedang menelpon orang tua Vel dan juga Sifa.

Tak lama dokter keluar dan berkata.

"Luka tembak yang berada di dada pasien cukup fatal namun untung saja tidak mengenai jantung pasien, dan kami harus melakukan operasi pengangkatan peluru yang bersarang di dada pasien, dan apakah dia antara kalian ada yang memiliki golongan darah AB negatif?" Keduanya menggeleng.

"Saya bersedia mendonorkan darah saya" atensi Arinda dan Unaira pun beralih ke lelaki tersebut.

Bukankah itu laki laki yang di peluk Ve di bioskop? Batin Arinda dan Unaira bersamaan.

"Baiklah, mari ikut saya. Dan tolong selesaikan administari nya. Saya permisi" dokter ber name tag Chantika Nurul Humairah Z. Itu melangkah pergi diikuti oleh Arthur.

"Eh, Arinda!" Unaira bangkit dari duduknya dan beralih mencengkram pundak Arinda, membuat sang empu meringis.

"Bahu gw sakit bodoh!" Arinda menepis tangan Unaira yang berada di bahunya.

"Hehe maaf. Eh by the way gw kok familiar ya sama dokter itu" Arinda mengerutkan keningnya.

"Maksud lo?" Unaira menipiskan bibirnya.

"Kek pernah liat tapi di mana ya?" Arinda ikut memikir kan nya. Tak lama pintu IGD terbuka dan Vel yang tidak sadarkan diri di bawa ke ruang operasi.

Arinda dan Unaira pun seketika melupakan percakapan mereka sebelumnya dan ikut pergi ke ruang operasi.

Saat ingin masuk.

"Maaf nona, kalian tidak bisa masuk" keduanya terhenti dan suster itu pun menutup pintu ruang operasi.

Tak lama dokter itu pun kembali dengan seorang suster yang memegang nampan (?) Berisi 7 kantong darah.

"Dokter tolong selamatkan Vel dokter" Dokter tersebut mengangguk sebelum melangkah masuk ke dalam ruangan operasi.

"Arinda,Unaira!" Keduanya menoleh mereka mendapati Marc dan Andrew — Sepupu Vel— yang berjalan tergesa gesa ke arah mereka

Juga Sifa yang baru datang, sebelumnya saat Vel pergi disitu Sifa juga pergi ke club untuk melakukan transaksi berlian.

"Gimana Vel sekarang?!" Tanya Andrew. Arinda dan Unaira tidak mampu menjawab pertanyaan Andrew.

"Jawab!" Sentak Andrew sontak membuat Marc yang berada di belakangnya memegang pundak milik saudara nya.

"Andrew! Vel di dalam sana!" Ujar Marc sambil menunjuk ruang operasi menggunakan dagunya.

Andrew berlari ke arah pintu tersebut dan mencoba mengintip namun nihil, dirinya tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam sana.

"Duduklah Drew!" Perintah Marc, Andrew yang pada dasarnya penurut pun duduk di sebelah Unaira dan Arinda.

.

.

.

Kini Vel telah di pindahkan ke ruang VVIP, di dalan ruangan Vel terdapat Arinda dan Unaira yang tengah makan, dan Sifa yang juga makan.

Sedangkan Marc dan Andrew, sesaat setelah Vel dipindahkan ke ruang VVIP, keduanya pergi ke markas untuk mengumumkan hal itu.

Sekaligus mencari siapa dalang dari aksi penembakan terhadap Vel.

"Sifa" Sifa menoleh ke arah Unaira.

"Kenapa?" Tanya Sifa sembari menyuapkan nasi Padang ke mulutnya.

"Transaksi nya gimana?" Sifa tersenyum miring.

"Mereka terlalu bodoh" Unaira yang mengerti pun hanya terkekeh geli, sedangkan Arinda mengerutkan keningnya namun mulutnya tidak berhenti mengunyah makanannya.

"What do you mean, Fa?" Sifa mendelik kesal ke arah Arinda.

"Berlian yang di jual Sifa ke mereka itu palsu, ya kali berlian dengan harga triliunan gitu di jual dengan harga 700 Billion, mana jualnya ke musuh lagi" Arinda manggut manggut saja.

Cklek..

"Vel!" Kini atensi Unaira dan Arinda tertuju kepada seorang gadis yang baru masuk ke dalam ruangan.

"Siapa?" Tanya Unaira sambil menatap gadis berambut ikal tersebut.

"Temennya Vel" jawab gadis itu membuat Unaira semakin menatap gadis itu tajam.

"Kita tau Lo temennya Vel tapi nama Lo siapa?!" Sentak Arinda, membuat Unaira mengelus pundak Arinda.

"Nama gw Faiqha" Unaira mengangguk mengerti.

TBC

4 BADGIRL?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang