"Kaget?" Tanya Vel sambil tersenyum miring.
"V-Vel ini beneran kamu? I-ibu kangen sama k-kamu nak" ujar Ela —ibu Vel — sambil terbata bata.
"Cih! Kangen aku? Kangen aku atau kangen mukul aku?" Ela terdiam seketika pertanyaan itu seakan menamparnya dengan sangat keras.
"Jujur saja gw itu pengen ngelurusin tentang kematian kedua saudara dan saudari kembar gw, tapi nampaknya kalian sedang bersenang senang" Marc menggeleng ribut.
Vel menyuruh para anggota nya untuk membuka sumpalan kain di mulut mereka.
"So yang membunuh kak Vero sama Velia itu bukan gw! Saat kak Vero dan Velia di ruang makan di situ gw dikamar gw sampai gw denger ada yang teriak, karena gw penasaran siapa yang teriak, gw turun ke lantai satu" Vel menjeda ucapannya dan duduk di kursi depan mereka.
"Saat itu gw ngeliat Kak Vero yang udah tergeletak bersimbah darah, dan Velia yang berada di ambang pintu yang tengah di cekek seseorang"
"Gw sempet maju untuk memukul orang itu, gw pukul kepalanya, namun gw nggak tau kalo ternyata dia lagi megang pisau dapur, saat gw kembali mau pukul dia lagi dia langsung nusuk gw pake pisau itu" Vel perlahan melepas jaketnya dan mengangkat bajunya sedikit.
"Disini, dia nusuk gw di sini dengan tangan kirinya yang berarti dia kidal, sebelum kehilangan kesadaran gw sempat melihat luka bekas racun di tangan kanan nya dan tato pedang di belakang telinganya" Vel menunjuk bekas luka yang hampir menghilang itu di perut putihnya.
"Dan setelah gw cari dengan bantuan mereka, akhirnya gw tau siapa yang membunuh kedua saudara dan saudari gw" Vel mengangkat pisau yang berada di tangannya dan
Sret
"ARRGGHH" seluruh pasang mata langsung menatap 'dia'.
"KAMU?! KAMU YANG SUDAH MEMBUNUH ANAK SAYA?!" Teriak Yoga — ayah Vel— dengan wajah memerah.
"ITU SEMUA KARENA MEREKA BERDUA PANTAS MENDAPATKANNYA" tawa menggelegar keluar dari mulut 'nya'.
"Selama ini ternyata gw salah, gw kira Lo baik" Aira menatap 'dia' dengan mata berkaca kaca.
"Semua yang udah kita laluin ternyata hanya untuk menutup kejahatan lo" lanjut Aira sambil melangkah maju dan menampar 'dia' dengan kuat hingga menciptakan bekas tangan gadis itu di pipi 'dia'.
"Lo percaya sama dia Ai?" Tanya Freya sambil menunjukkan seringai nya dan memperbaiki letak kacamatanya yang melorot.
"Dari awal gw udah curiga sama dia, tapi menurut gw it's imposible karena yang gw perhatiin dia tu kek loyal banget sama kita" Freya dan Vel menyeringai.
"Cih, loyal?" Andrew menatap dia yang kesakitan dengan tatapan menyedihkan.
"Lo bodoh banget Ra!" Cibir Nurul sambil menyutikkan racun ke tubuh 'dia'.
"VEL!" Teriak Arinda ketika dirinya telah sadar dari pingsan nya.
"Hai Arin!" Sapa Vel sambil melambaikan tangannya ke arah Arinda.
"Ini beneran lo?" Vel mengangguk.
"Dan
"Sifa kenapa tangannya?"
Vel menatap Sifa dengan tatapan remehnya.
"Lo nggak tau dia yang ngebunuh kak Vero sama Velia?" Arinda membulatkan matanya.
Vel melepaskan lilitan tali di tubuh Arinda. Gadis bersurai abu abu itu berdiri dan
Plak
"Jadi lo yang ngebunuh kak Vero sama Velia?"
Plak
"Ini buat lo yang udah berani nyakitin Velia"
Plak
"Ini buat lo yang berani nyakitin Kak Vero"
Plak
"Ini buat lo yang berkhianat sama kita"
Plak
"Dan ini buat lo yang berani Lo yang nge bunuh kak Vero, sama Velia"
Vel menahan pundak Arinda dan menariknya menghadap ke arah Vel. Menelisik iris coklat itu dalam.
"Udah Rin, biarin dia mati secara perlahan, Rin. Dengan lo kek gitu dia bakalan langsung mati, nggak asik jadinya" ujar Vel sambil menyunggingkan senyum jahat nya.
"Lo ada benar nya juga, Ve!"
TBC
udahlah udah buntu, mungkin next part udah end
KAMU SEDANG MEMBACA
4 BADGIRL?!
Teen Fiction"ewh, look at that boy" "He looks like bastard" "Come on, kata bastard masih terlalu sopan" "How about, jerk?"