LDR 2

446 36 6
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Udara subuh ini sangat sejuk, tak banyak yang berubah setelah 20 tahun gadis ini meninggalkan kota kelahirannya. Dengan bujukan dari kedua orang tua yang selama itu tak pernah dikunjunginya, akhirnya ia harus menurunkan keegoisannya untuk kembali menginjakkan kota penuh kenangan indah dan juga pahit.

Dengan dress berwarna putih dibawah lutut, serta kain panjang yang menutup rambutnya, gadis itu turun dari mobil sedannya. Baru saja dirinya menginjakkan kaki di tanah itu, tiba-tiba semua memori berputar di benaknya. Dirinya menghela nafas panjang, bayang-bayang masa lalu selalu berlari dipikirannya, seakan takdir mengejekknya kembali.

Ditutupnya matanya sejenak, menyatukan kedua tangannya lalu membentuk salip, dan tak lupa mengucapkan Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin. Kegelisahannya mulai meredah, menarik nafas panjang lalu menampakkan senyum hangatnya sebelum menekan bel rumahnya.

"Ma? Pa? Ini Vanessa" 








Gadis itu, Vanessa meninggalkan kota kelahirannya tetap di hari pernikahan Liam dan wanita yang menjalani ta'aruf  bersamanya. Kecewa? Ya Vanessa sangat-sangat kecewa. Bagaimana pria itu menjalani ibadah ta'aruf namun masih mempunyai hubungan dengannya? Satu tahun Liam menyimpan dua perempuan dihatinya, entahlah mungkin hanya wanita itu, Vanessa tidak.

Sebelum Vanessa membulatkan tekat untuk meninggalkan kota penuh kenangan itu, Vanessa benar-benar mengalami depresi. Mengurung diri selama 7 hari, tak ingin menyentuh makanan dan bahkan berteriak menangis takdirnya.

Andai saja Liam jujur tentang semuanya, pasti Vanessa akan memaklumi karena mereka juga berbeda, semua tak akan seberat ini. Namun selalu Liam menyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, semuanya akan berjalan seperti apa yang mereka rencanakan. 10 tahun bukan waktu yang singkat bagi mereka. Sepasang remaja yang melewati setengah dari kehidupannya bersama, sebagai sepasang kekasih. Apakah hanya Vanessa yang terluka? Ya Vanessa yakin, jika Liam juga terluka tidak mungkin dirinya menjalani hubungan lain dibelakangnya. Apa lagi mereka menjalininya atas nama Agama. Vanessa bisa apa selain menangis?

Tetap jam 4 subuh, setelah berdoa meminta jalan keluar, tiba-tiba Vanessa merasa terpanggil. Mendapatkan panggilan dari dalam dirinya untuk mendalami Injil Tuhan.  Terasa terdorong namun untuk hal yang positif. Tanpa banyaknya pertimbangan, Vanessa meminta izin pada kedua orang tuanya. Walaupun sedikit ada penolakan disana karena Vanessa tidak diizinkan menikah dan yang pasti kedua orang tuanya tak akan memiliki cucu. Namun akhirnya kedua orang tuanya menyetujui, selagi dirinya berada dijalan yang tepat dan melupakan segala kesakitannya, tak apa. Tak apa bagi mereka jika tak mempunyai keturunan, jika itu bisa membuat anak semata wayangnya bahagia.

Dan ya, Vanessa bangkit dalam nama Bapa.

Dirinya mengikuti banyak proses, mendapat masa percobaan selama 2 tahun dan sah diangkat menjadi Biarawati.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang