[ 01 ]

72 19 13
                                    

⊱ ━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⊱ ━━.⋅ εïз ⋅.━━ ⊰

Langit malam Kota Jakarta kala itu, dipenuhi oleh kerlap-kerlip bintang dengan ditemani sang rembulan yang bersinar begitu terang. Chiko dengan suasana hati yang penuh kegembiraan serta senyum merekah sedari tadi menatap Hanna dari balik kaca jendela bening minimarket. Dia Hanna, gadis berhidung bangir yang saat ini menjabat sebagai kekasih hatinya. Dan dengan ditemani secangkir kopi tidak ada kata bosen yang Chiko rasakan saat menunggu Hanna.

Gadis itu terlalu indah untuk ditinggalkan.

Beberapa waktu berlalu, Chiko pikir ia sedang berhalusinasi melihat wajah cantik kekasihnya kini tepat berada di hadapan wajahnya. Namun ternyata tidak, wajah dengan dihiasi hidung bangir itu memang benar-benar berada di hadapannya saat ini. Lantas Chiko tersenyum lebar dengan kehadiran Hanna.

"Kamu ngelamun?" Hanna bertanya sembari menyesap kopi sisa bekas Chiko.

"Iya." Dengan enteng Chiko menjawab demikian.

Mendengar itu pula, Hanna langsung melirik Chiko. "Ngelamunin apa sih?"

"Kamu." Hanna tersedak mendengar ungkapan itu disertai bulu kuduknya yang merinding setengah mati. Yang lalu gadis itu tersenyum.

"Kamu udah siap?" Chiko bertanya sembari menatap Hanna dari samping.

"Siap buat apa?"

"Kamu lupa? Yang aku bilang semalem itu, Han." Chiko mengajak Hanna untuk beranjak dan menaiki motor yang terparkir di depan sana.

Hanna tanpa mau berpikir lagi menyahut, "iya aku lupa. Emang apa?"

"Aku mau ngajak kamu ketemu Mamih aku malem ini."

Baru saja Hanna hendak memakai helm ia urungkan mendengar ucapan Chiko. "Hah?! Lo—kamu seriusan?"

Chiko yang tersenyum, "iya aku serius sayang."

Jujur saja Hanna belum benar-benar siap jika harus bertemu dengan orang tua Chiko secepat ini. Apalagi saat mengetahui kalau Chiko berasal dari keluarga berada, benar-benar membuat Hanna kalang kabut. Bagaimana bisa seorang anak pengusaha keturunan China-Indonesia berpacaran dengannya yang hanya anak gang.

"Nanti aja ya, Ko. Aku belum siap, kalau sekarang juga penampilan aku jelek, masa ketemu orang tua kamu kaya gini? Pakai baju karyawan minimarket?" Hanna menelisik penampilannya.

Namun Chiko tetap lah Chiko dengan kepala batu dan juga pendiriannya yang tidak mau ditolak. "Enggak ada yang salah sama penampilan kamu kok, Han. Kamu mau pakai baju apa aja tetep cantik. Percaya sama aku."

Dengan berbekal Bismillah dan juga perkataan penuh keyakinan dari mulut Chiko akhirnya Hanna menyetujui ajakan dari Chiko.

>>><<<

1,5 M!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang