03

6.3K 79 3
                                    

"Eh, Pak Arsana aslinya ganteng banget!" seru Zura pas baru masuk kelas. Ia langsung menuju ke arah dimana para temannya berada.

"Iya kan?! Tadi gue juga ngeliat dia pas mau ke kelas." sahut Mai.

"Ih, apaan sih kalau menurut Echa gantengan juga pacar Echa." sahut Resya.

Zura dan Mai serempak memutar bola matanya jengah, "Emang susah kalau udah kena." celetuk Mai.

"Apanya yang kena?"

"Otaknya, tuh jadi rada gila." ucap Mai lagi.

Resya langsung merengek, "ihh tapi emang iya loh pacar Echa tuh ganteng banget."

"Iya deh, sekarang mana novel gue. Balikin. Itu cetakan pertama. Dan gue cuma punya itu."

Alis Resya terangkat dengan ekspresi wajah bingung, "Novel? Novel apa?!"

"Ya novel Echaaaa! Lo kan minjam novel sama gue kemaren!" tekan Zura dengan sedikit nada kesal. Echa menggeleng kecil.

"Echa gajadi bawa novelnya kok. Kemaren Echa tinggal karena takut ketahuan pacar Echa baca novel kaya gitu." ucap gadis polos itu dengan watados.

"Lah, terus sama siapa? Sama lo Mai?!" tuduh Zura. Mai mendelik lalu menggeleng.

"Enak aja, gada! Gue mah baca di pdf yang lo kirim aja."

"Terus? Kemana dong novelnya. Eh, bisa bahaya loh itu kalau di baca yang lain." panik Zura. Ah, kenapa dia sangat teledor sih.

"Novelnya sama gue."

Ketiganya refleks menoleh ke arah suara itu. Itu adalah Zheli. Dia sejak tadi duduk tenang sambil membaca buku. Yang ahh, entahlah Mereka tidak tahu. Zheli itu pinter bahasa asing. Untuk saat ini yang mereka tahu dia bisa berbahasa inggris dan korea. Kadang dia juga terang-terangan membawa buku berbasis bahasa korea yang melihatnya saja membuat pusing.

"Terus mana novelnya Zhel?"

Zheli hanya diam saja tak menjawab, tapi ya namanya juga Zheli. Yang paling realistis dan pintar di antara mereka. Tentu saja dapat membuat mereka percaya pada Zheli dengan mudah.

Zura masih bisa berfikir positif, "paling ketinggalan kan? Gue tau kok. Gapapa lah kalau sama lo aman aja Zhel." ujar Zura santay. Ia tertawa untuk mencairkan suasana.

"Engga." Jawab Zheli cepat, dengan wajah serius. Membuat tawa Zura langsung berhenti seketika.

"Engga kenapa? Novelnya lo buang? Lo kan ga suka baca novel kaya gituan." celetuk Zura.

Yah, walaupun baru kenal 1 tahun dengan Zheli, Zura sudah dapat percaya pada gadis itu. Sedangkan Resya itu temannya ketika di sd. Kalau Mai sudah pasti mereka dekat sejak di bangku Sma.

"Tau nih Zhel, mukanya biasa aja kali. Itu novel keramat loh. Jangan sampai ada yang tau selain kita." ucap Mai. Zura mengangguk setuju.

"Bener-bener," celetuknya.

"Tapi novelnya beneran udah ga ada sama gue." ucap Zheli lagi membuat suasana ketika hening. Ketiganya reflek menoleh ke arah Zheli denga horor.

"Maksud lo?"

"Novelnya disita kakak gue."

"Wait, what...?"

"Pokoknya kalian harus jadi anak yang baik ya kedepannya." ucap Zheli ambigu setelah itu.

Mereka kebingungan, tersirat jelas dari dahi mereka yang mengkerut. "Eh, maksud lo apa Zhel?!"

"Selamat siang semuanya." ucap Pak Arsana menghentikan semua kegiatan mahasiswa.

Private LectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang