04

6.2K 77 21
                                    

Karena buru-buru mengambil barang yang tertinggal di rumah, tadi Arsana tak sempat melihat-lihat dan ia menyadari dari tumpukan buku yang ia bawa terdapat satu benda asing yang terikut.

Ia melirik benda itu yang tergeletak di kursi mobil sebelahnya. Ia menghela nafas sebentar dan mengambil benda itu. Sengaja ia letakan di dasboard mobil agar tidak mengganggu.

Karena hari ini ia sudah janji dengan salah-satu teman dosennya untuk makan siang bersama jadi Arsana harus buru-buru balik ke kampus untuk menjemput temannya itu. Lalu ia juga haru mengejar waktu karena sehabis ini dia ada kelas.

"Pak Arsan!" sapa salah satu dosen yang cukup dekat dengan Arsana. Namanya Gallen. Tapi mereka berdua mengajar di jurusan berbeda. Jika Arsana dosen di jurusan Sastra indonesia. Maka Gallen mengajar di jurusan Sastra inggris. Namun karena dosen dari fakultas ilmu kebahasaan yang berdekatan. Jadi seiring berjalannya waktu mereka menjadi lebih dekat. Belum lagi kalau mengingat mereka juga seumuran.

Jika di tanya siapa yang lebih dulu mendekati, tentu saja Gallen jawabannya, sifatnya yang ramah tamah memang sangat mudah membuatnya dekat dengan siapapun.

Gallen menunjukan senyum charmingnya, lalu ia masuk ke dalam mobil milik Arsana. Sebenarnya Arsana itu sudah cukup kaya, karena dia tidak hanya berkerja sebagai dosen. Makanya mobilnya juga termasuk mobil yang bisa di bilang barang mewah di antara dosen-dosen lainnya.

"Sudah lama menunggu pak?" tanya Gallen.

Arsana menggeleng, karena dia juga baru tiba. "Oh, saya kira sudah lama. Jadi ga enak saya di tungguin sama bapak. Waktu bapak kan berharga." ujar Gallen.

Satu hal yang membuat Arsana kadang risih jika bersama Gallen, cowok itu sangat bacotan dan juga bawel. Namun ya, itu juga yang membuat mereka cocok berteman. Arsana yang tak suka berbicara hanya mendengarkan saat Gallen berceloteh.

"Masa tadi pak, Buk Andin terang-terangan ngeliatin kalau dia suka sama saya. Dia coba-coba pegang tangan saya pas saya lagi bantuin komputernya yang eror." terang Gallen.

Hening, tak ada respon. Tapi Gallen tetap melanjutkan ucapannya. "Kan saya mau benerin komputernya tuh, jadi saya duduk di kursinya. Terus dia di belakang saya sengaja ngedekatin tubuhnya sama saya." lanjutnya.

"Ya saya panik lah, mana di ruangan itu bukan cuma kami berdua lagi. Ada Buk Ria yang terkenal suka gosip itu Pak!" celotehnya heboh sendiri. "Ya terus kan--"

Gallen mulai menceritakan keluh kesahnya hari ini, karena terlalu fokus dalam berkendara Arsana tak lagi mendengarkan cerita Gallen. Sampai Gallen bosen sendiri dan kini matanya sudah beralih pada isi mobil milik Arsana.

"Mau di lihat berapa kalipun mobil Pak Arsan emang keren banget ya." ujarnya. Tak ada jawaban lagi dari Arsana. Lalu kini dia beralih pada buku bercover biru. Terlihat mencolol di antara benda-benda milik Arsana yang dominant hitam.

"Pak ini apa pak?" tanyanya. Tak di jawab Arsana.

Sudah terbiasa. Kini Gallen yang penasaran membuka isi novel tersebut. Awalnya dia kaget saat melihat tag 21+ pada luar cover. Ia melihat ke arah Arsana sebentar, wajah-wajah dan sifat seperti Arsana tidak mungkin lah membaca novel seperti itu. Tapi di lihat dari kondisi dan umurnya bisa saja dia tertarik.

29 tahun, belum beristri, tidak punya pacar, pure jomblo. Dan sibuk menyendiri lalu melakukan penelitian disana-sini. Mungkin saja dia mulai tertarik dengan hal-hal... Eumm yang bisa di bilang...

Halaman pertama di lewati dengan santay oleh Gallen. Gila, ternyata novelnya cukup menarik juga. Di halaman pertama sudah menceritakan bagaimana mahasiswa itu yang naksir pada dosen muda di kampusnya.

Private LectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang