Shani menangis disebuah gundukan tanah yang masih basah dengan sebuah nisan yang bertuliskan Shania Gracia. Air mata Shani bahkan tertutupi oleh hujan yang lebat. Langit juga ikut bersedih akan kematian gadis yang ditangisi oleh Shani. Bahkan semua orang yang berada disana juga tidak bisa menghentikan tangisan mereka.
Shania Gracia, gadis yang Shani puja selama ini, gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Calon istri dari seorang Shani Indira meninggal karna sebuah kecelakaan yang dialaminya beberapa hari yang lalu.
Shani sangat terpukul atas kematian calon istrinya. Shani menyesal karna tidak berada disamping gadis itu ketika ajal menjemputnya. Shani bahkan memaki siapa saja ketika kecelakaan itu terjadi.
"Kenapa kamu pergi Ge? Jika kamu pergi lalu dengan siapa aku akan hidup?" ujar Shani dengan suara pilunya.
"Kamu bahkan tidak menungguku ketika kamu menutup matamu. Kenapa kamu sangat tega pada ku?"
"Aku selalu mengatakan padamu jika kamu tidak akan pernah melihat mayatku. Tapi kenapa malah aku yang harus melihat tubuhmu terbujur kaku seperti ini? Kamu benar benar sangat jahat Shania Gracia." ujar Shani pada gundukan tanah basah yang sudah ditimbun menutupi peti Gracia.
Ibu dari Shani Indira hanya bisa menangis melihat anaknya seperti itu. Dia juga terpukul, dia juga merasakan kehilangan calon menantu yang sangat dia sayangi. Gracia adalah gadis ajaib yang bisa membuat seorang Shani Indira lunak. Gracia bisa membuat Shani seperti anak kucing yang akan menuruti perintah dari majikannya. Gracia bahkan bisa membuat seorang Shani Indira yang gila kerja berhenti bekerja hanya karna harus menemani gadis itu pergi spa ataupun ke salon. Dan sekarang Gracia telah pergi, pergi untuk selamanya. Nyonya Natio tidak tau apakah dia bisa membuat Shani menjadi seperti seekor anak kucing yang menurut kepada majikannya seperti Gracia.
¤¤¤
"Ci, berhentilah bekerja dan temani aku menonton."
"Ci, makan malam sebentar lagi akan selesai. Bersihkan dulu tubuhmu itu dari kuman."
"Ci, besok bisa menemaniku ke salon? Aku harus terlihat cantik di pernikahan Sisca nanti."
"Ci, Cici mencintaiku kan?"
"Ci Shani, aku sangat mencintai mu. Jadi jangan pernah meninggalkanku."
"Ci, kapan kita akan menikah?"
"Ci, apa aku terlihat cantik dengan gaun ini?"
"Ci Shani, bisakah hari ini kamu tidak ke kantor? Aku ingin berdua saja dengan mu dirumah."
"Ci, Mama memintaku untuk menemaninya belanja hari ini."
"Ci, Mama memintaku untuk tinggal di rumah sebelum kita menikah bulan depan."
"Ci, bisakah kamu nyanyikan untuk ku lagu See You Again milik Wiz Khalifa."
Bayangan bayangan Gracia seperti sebuah film yang diputar ulang oleh otak Shani. Shani sudah sampai di apartemen yang dia tempati dengan Gracia dan sekarang gadis itu sedang duduk di sofa favorite Gracia. Shani duduk dengan tatapan kosong. Shani seperti melihat Gracia yang berjalan kesana kemari sambil mengoceh tidak jelas. Shani juga melihat senyuman manis yang menampakkan gigi gingsul itu.
¤¤¤
Sudah satu minggu kepergian Gracia dan Shani masih merasakan kehilangan yang begitu dalam. Gadis itu bahkan tidak pergi bekerja seperti biasanya. Tubuh yang dulunya berisi sekarang menjadi kurus. Hanya makanan instant yang masuk kedalam tubuhnya selama satu minggu ini.
Nyonya Natio hanya menatap iba pada putrinya itu. Tidak tau harus melakukan apa. Gadis itu juga sangat susah untuk disuruh makan. Bahkan gadis itu selalu mengeluarkan pertanyaan pertanyaan random pada Ibunya dan Orang tua Gracia yang juga sering mengunjungi Shani.
"Apa Gracia sudah makan Ma?"
"Kenapa Mama tidak membawanya kesini?"
"Ma, tidak bisakah Gracia tinggal dengan ku saja?"
Ibu dari Shani ataupun Ibu dari Gracia tidak pernah bisa menjawab pertanyaan itu. Kedua wanita paruh baya itu hanya bisa menangis mendengar pertanyaan dari putri kesayangan mereka.
Shani semakin kacau setiap harinya. Emosi gadis itu juga tidak dapat dikendalikan.
¤¤¤
"Ci Shani, ada apa dengan mu?" ujar Gracia memasuki kamar setelah mendengar Shani memanggil namanya.
Mata gadis itu masih terpejam, tapi keringat dingin membasahi pelipis gadis itu. Gracia mencoba untuk membangunkan gadis itu dari mimpi buruknya. Entah apa yang di mimpikan gadis itu, tapi Gracia tau jika itu pasti mimpi buruk.
Shani terbangun dan langsung terduduk. Gadis itu menatap Gracia dan menarik Gracia itu kedalam pelukannya.
"Jangan pergi. Aku mohon." ujar Shani dengan suara paraunya.
"Aku disini. Aku tidak kemana mana." ujar Gracia sambil mengelus punggung Shani supaya gadis yang dipelukannya itu tenang.
Elusan Gracia pada punggung Shani berhasil membuat gadis itu tenang. Bahkan sangat tenang.
"Sudah tenang? Sebenarnya apa yang Cici mimpikan?" tanya Gracia penasaran.
"Mimpi buruk, kamu meninggalkan ku dengan cara yang tragis." ujar Shani sambil melepaskan pelukan Gracia.
Jawaban dari Shani berhasil membuat Gracia terkekeh.
"Cici pasti sangat mencintai ku kan? Aku sudah mengatakannya berulang kali kan? Jika mau tidur berdoa terlebih dahulu, supaya kamu bisa mimpi indah."
Shani menatap Gracia tidak percaya. Mungkin jika gadis itu yang bermimpi seperti Shani maka gadis itu akan menangis meraung raung didekapan Shani sekarang.
Tetapi Shani bersyukur jika itu hanyalah bunga tidurnya. Tetapi menurut Shani bunga tidur itu terlalu mengerikan. Shani benar benar tidak bisa membayangkan seperti apa keadaannya jika Gracia benar benar meninggalkannya.
"Aku benar benar mencintaimu. Jadi jangan pernah sekalipun kamu memiliki niat untuk meninggalkan ku, Ge" ucap Shani sambil mngecup dahi Gracia lama.
"Aku bahkan lebih mencintai mu Ci." balas Gracia dengan senyuman termanisnya.
-----END----