Arti Sebuah Benda

5 2 0
                                    

#wgaexam

#unbkwga

#quest_16

Napas Haedar masih terengah-engah setelah keluar dari gua yang dia masuki beberapa menit yang lalu. Satu tangannya memegang lampu charger sedangkan tangan yang lain membawa gulungan perkamen. Kertas lusuh yang sudah menguning itu dia temukan di dalam gua sebelum mendengar auman yang mengancam jiwanya.

Haedar menduga gulungan tersebut milik seseorang yang pernah masuk dan tidak sengaja menjatuhkannya. Lelaki yang berbadan tegap tersebut membuka tasnya. Dia butuh minum untuk melegakan tenggorokannya yang kering. Haedar duduk dan bersandar di batang pohon besar yang letaknya agak jauh dari gua. Dia merasa sudah aman.

Sebotol air mineral yang dia bawa telah tandas mengobati dahaganya. Setelah itu botol plastik tersebut dimasukkan ke ransel Haedar. Gulungan kertas yang menguning dan terdapat huruf China tersebut menarik perhatian Haedar. Ketika akan membukanya, ada seseorang yang berteriak kepada Haedar.

"Serahkan perkamen itu!"

Suara lantang itu membuyarkan perhatian Haedar. Namun, dia tak mau kalah. Haedar berdiri dan tangannya memegang erat benda yang dimaksud oleh laki-laki beralis tebal itu. Dia merasa memiliki benda tersebut meski baru ditemukan. "Memangnya ini punya, lo?"

"Jangan banyak omong. Cepat serahkan!" Laki-laki berambut ikal itu merebut perkamen dari tangan Haedar. Namun, tidak berhasil.

Laki-laki yang berkumis tersebut menyerang Haedar dengan tinjunya. Sementara itu, Haedar tidak membalas. Dia hanya menghindar. Haedar merasa percuma melayani orang yang sedang dikuasai amarah.

"Gitu aja gak bisa ambil. Sini rebut kalau bisa." Haedar memantik emosi laki-laki yang memakai kaus dan celana hitam tersebut.

Karena kesal, laki-laki itu mengeluarkan pisau lipat dan mengarahkannya kepada Haedar. Mau tidak mau, Haedar menjaga jarak. Dengan menghindar bukan lagi solusi yang tepat.

Haedar menggerakkan tangan juga kakinya untuk mempraktikkan jurus karate yang dia pelajari. Meski sudah lama tidak menghadapi lawan, Haedar tetap rutin olahraga dan berlatih agar ilmunya tidak luntur dimakan waktu.

"Jago juga ternyata," komen laki-laki itu dengan nada kesal.

Haedar menjauh. Dia merasa lelah berkelahi. Belum lagi jika terjadi apa-apa dengannya, pasti mama dan papanya akan bertanya macam-macam. "Lo, siapa?" tanya Haedar sambil berjalan pelan dengan arah melingkar.

Haedar tetap waspada. Dia takut jika laki-laki itu nekat dan menyerangnya dengan membabi-buta.

"Gue pemilik perkamen itu. Udah lama gue cari dan rupanya lo yang nemuin itu di gua."

"Apa keuntungan gue jika benda ini gue kasih ke lo?"

"Lo bebas pergi dari hadapan gue dan gue gak akan ganggu lo sampai kapan pun."

~ o0o ~

GalauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang