#wgaexam
#unbkwga
#quest_12
Kala itu Jenar bermain di taman hiburan. Tepatnya di sebuah pasar rakyat yang berada di alun-alun. Di pasar yang hanya dibuka menjelang petang tersebut, Jenar tertarik berada di sana karena ada bianglala yang dapat terlihat dari jendela kamar hotelnya. Dia bertanya kepada petugas housekeeping tentang cara pergi ke sana, dan ternyata pasar malam yang digelar sampai akhir minggu itu bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari hotel.
Walaupun sedikit takut, Jenar membesarkan niat untuk berjalan kaki ke pasar malam agar bisa naik bianglala. Jenar sudah lama ingin menaiki wahana permainan tersebut. Saat kecil, Jenar pernah diajak papanya untuk merasakan ketinggian dengan bianglala. Jenar merasa senang sekaligus kagum ketika disuguhkan pemandangan kota yang begitu indah di malam hari. Oleh karena itu, dia ingin merasakan pengalaman yang sama mumpung masih di Yogyakarta.
Jenar sedang antre. Banyak orang yang ingin naik bianglala, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa yang seusia ibunya turut mengantre baik di depan maupun di belakang Jenar. Ada juga sepasang kekasih yang seumuran Jenar, berada dalam barisan antrean. Hal yang membuat antrean membludak adalah antusiasme pengunjung terlalu banyak sedangkan bianglala hanya ada 15 kabin. Masing-masing kabin hanya bisa dimuat oleh 2-4 orang tergantung dari berat badannya.
"Mas, kulo mangke sama layat kulo mawon. Dua orang nggih." Seseorang yang berada di depan Jenar mengajukan permohonan khusus kepada petugas karcis bianglala yang berjaga di depan pintu pembatas.
Jenar memang tak paham dengan bahasa Jawa, tetapi dari gerak-geriknya, dia bisa mengerti jika pengunjung itu ingin hanya berdua dengan pasangannya. Itu artinya Jenar tidak akan satu kabin dengan orang tersebut.
Saatnya Jenar naik. Masing-masing pengunjung sudah mendapatkan teman dalam satu kabin. Hanya tersisa Jenar bersama laki-laki yang menggandeng anak kecil. Jenar pikir bocah itu adalah anak dari laki-laki yang menggenggam erat tangan mungil tersebut.
"Mas, si Mbake ayu tenan," puji bocah lelaki yang memakai kaus bergambar kartun minion tersebut. Suaranya yang cempreng itu mampu didengar oleh Jenar.
Meski tidak mengerti dengan artinya, Jenar hanya tersenyum lalu melihat pemandangan dari dalam kabin. Sungguh indah dan rasa kagum yang dirasakan Jenar masih sama seperti yang dulu.
Entah kenapa dia merindukan Haedar dan menginginkan suasana romantis seperti adegan-adegan di drama korea yang pernah dia lihat. Lalu Jenar mengeluarkan ponselnya dari shoulder bag. Dia membuat panggilan video dengan Haedar untuk mengobati rasa kangennya.
"Mbake sangking pundi?" tanya bocah lelaki yang bertubuh gemuk itu. Dia mengajak Jenar mengobrol agar suasana di dalam kabin tidak senyap. Padahal Jenar akan memulai panggilan video untuk memberi kabar kepada calon suaminya.
"Maaf, saya nggak bisa bahasa Jawa." Jenar menjawab dengan ramah.
"Oh, bukan orang sini, tho," celetuk Laki-laki yang membersamai bocah tersebut. "Dari mana?"
"Saya dari Jakarta." Jenar membalas sambil sesekali melihat ke layar handphone yang sedang memanggil kekasihnya.
Jenar menjawab singkat karena panggilan videonya terhubung. Namun, dia mengerutkan kening. Pasalnya, dia melihat seorang wanita yang menjawab bukan wajah Haedar yang terlihat di layar teleponnya. "Siapa kamu? Mana Haedar?" tanya Jenar dengan ketus.
Wanita tersebut mengarahkan kamera ke sekitarnya dan berkata, "Haedar lagi di toilet, tuh. Ehm, gue pinjam Haedar sebentar, ya, sebelum dia married sama lu." Usai mengatakannya, wanita tersebut mematikan sambungan video.
Hati Jenar tak keruan. Rasa bahagia seketika menjelma menjadi cemas, bingung, dan berpadu dengan marah. "Dia siapa?"
~ o0o ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Galau
RomanceSemua orang menginginkan pernikahan hanya dilakukan sekali seumur hidup. Tak banyak dari mereka memilih keputusan yang matang dengan penuh pertimbangan. Apa jadinya jika sepasang calon suami istri mengalami kegalauan menjelang tanggal pernikahan? Yu...