#wgaexam
#unbkwga
#quest_13
"Ma, Haedar ada di mana?" tanya Fahmi, papa Haedar yang baru pulang dari kebun. Pasalnya beliau tidak mendapati batang hidung anaknya meski di garasi rumah ada motor milik Haedar.
"Tuh, Haedar ada di pohon besar yang ada di belakang rumah." Mayang, mama Haedar menjawab dengan santai sambil menyiapkan makan malam.
"Ngapain, Ma? Makin aneh aja, tuh, anak," komentar Fahmi.
"Kayaknya dia lagi ada masalah, Pa. Makanya dia suka menyendiri di sana." Mayang mengambil kesimpulan sendiri usai memperhatikan gerak-gerik anaknya selama beberapa hari di villa.
"Papa sebenarnya udah curiga saat dia bilang mau ikut ke villa. Padahal kita ke sini bukan untuk liburan. Pasti ada sesuatu dengan anak itu." Fahmi mengeluarkan uneg-unegnya sambil menuangkan air putih untuk diminum.
"Mama juga berpikir gitu, Pa. Nanti coba, deh. Mama tanya sama Haedar kalau waktunya pas." Sebagai ibu, Mayang mendapatkan firasat tak enak dengan kondisi anaknya. Setelah sampai di villa, dia cenderung menyendiri dan lebih banyak bermain di pohon besar yang menghadap ke kebun. Jika berada di sana, Haedar sampai lupa waktu.
"Cobalah mama cari tahu. Papa gak menginginkan anak kita menyembunyikan masalah. Dia harus bisa terbuka dan kita bisa menjadi tempat yang tepat untuk menemukan solusi dari permasalahannya." Fahmi mengungkapkan harapannya.
Mayang mengangguk. Dia mengerti dengan kondisi yang dialami oleh suaminya. Fahmi hanya takut hal buruk akan menimpa anak tunggalnya mengingat sebulan yang lalu, sahabat Fahmi kehilangan putra kesayangannya. Remaja berumur 17 tahun itu meregang nyawa karena pisau cutter yang disayat di nadinya sendiri.
Sebelum mengakhiri hidupnya, remaja itu meninggalkan sebuah surat untuk orang tuanya. Sikap ibunya yang otoriter dan ayahnya yang workaholic menjadi penyebab utama dari sikap nekat buah hatinya. Saat remaja tersebut menghadapi permasalahan, dia tak mendapat tempat yang nyaman untuk sharing. Di bawah tekanan yang penuh sesak di dalam kepalanya, akhirnya anak teman Fahmi tersebut bunuh diri.
~ o0o ~
"Kamu mau nggak sharing sama mama?" Mayang bertanya dengan hati-hati saat sarapan. Sang suami sudah pergi ke mengecek kebun dua puluh menit yang lalu.
"Tentang apa, Ma?" balas Haedar usai mengunyah sandwich buatan mamanya.
Ibu dan anak itu duduk berhadapan di meja makan. Tangan Mayang memegang tangan kiri Haedar yang tidak digunakan untuk memegang makanan. "Tentang apa aja yang sedang kamu pikirkan. Mama lagi gak punya apa-apa untuk dipikirkan, jadi, Mama pengin kamu sharing tentang apa saja yang mengganggu kamu beberapa hari ini."
Haedar menimbang baik-baik. Meski dia terlihat ragu, Haedar mencoba rileks dengan menghela napas. Kemudian dia berkata, "Haedar kemarin putus sama Laura. Dia bilang Haedar terlalu baik untuk dia. Sebenarnya kita itu harusnya jadi orang baik atau jahat, sih?"
Mayang mendengarkan kata demi kata yang diungkapkan oleh anaknya. Dia tidak menyela sebelum Haedar selesai bercerita. Dengan menjadi pendengar yang baik, Mayang berharap beban yang menumpuk di kepala anaknya bisa berkurang. Nantinya saat kepala sudah dingin, dia bisa menemukan solusi atas permasalahan yang tengah dihadapi.
~ o0o ~

KAMU SEDANG MEMBACA
Galau
RomanceSemua orang menginginkan pernikahan hanya dilakukan sekali seumur hidup. Tak banyak dari mereka memilih keputusan yang matang dengan penuh pertimbangan. Apa jadinya jika sepasang calon suami istri mengalami kegalauan menjelang tanggal pernikahan? Yu...