#wgaexam#unbkwga
#quest_19
Destri ragu untuk berjalan maju. Dia ditemani sahabatnya—Kony—masuk ke sebuah rumah yang berbeda. Aura mistis di tempat itu terasa kental. Belum lagi hiasan berupa kepala kuda menempel di dinding sebelah pintu masuk. Jika tidak dalam keadaan terpaksa, dia tidak akan melangkahkan kakinya ke hunian yang menyeramkan itu.
"Kon, bener ini rumahnya?" tanya Destri, mama Jenar.
"Iya. Aku udah biasa ke sini. Kenapa, sih, bawel amat. Mau solusi apa, nggak?" Kony mengingatkan tujuan utama Destri ke tempat yang menyeramkan itu.
"Tapi apa semua dukun rumahnya sesuram ini?" Destri bertanya lagi. "Mana cat temboknya hitam, banyak patung, bau menyan, hihihi bikin tambah serem, tau," lanjut wanita paruh baya itu.
"Ya elah, Des. Kalau cat temboknya warna-warni itu namanya gedung taman kanak-kanak. Gimana, sih. Udah, ah. Ayo, masuk," ajak Kony sambil menggandeng tangan Destri. Sementara itu, tangan Kony yang lain mengetuk pintu rumah kenalannya.
"Masuk."
Terdengar jawaban dengan nada bass dari balik pintu. Ketika pintu rumah dibuka oleh Kony, bulu kuduk Destri berdiri. Dia mengusap tengkuknya untuk mengurangi rasa takutnya.
Destri dan Kony dipersilakan duduk di atas lantai yang beralaskan karpet hijau. Meski dia duduk di depan sang Dukun, matanya memindai interior rumah itu. Dinding di dalam rumah pun berwarna hitam. Jendela rumah ditutup rapat sehingga cahaya matahari dari luar tidak dapat masuk. Untungnya rumah tersebut masih mempunyai untuk ventilasi udara yang ditutup oleh kawat nyamuk.
"Siapa yang punya kepentingan? Anda atau Anda?" Dukun tersebut bertanya tanpa basa basi seraya melihat Destri dan Kony bergantian.
"Ini, Mbah, teman saya. Namanya Destri." Kony menjawab dengan menepuk bahu wanita yang ada di sampingnya.
"Kamu mau cari solusi untuk anak gadismu?" tanya si Dukun yang dipanggil Mbah itu.
"I-i-iya, Mbah. Saya harus gimana biar anak saya itu jadi nikah sama pacarnya karena dia kayaknya galau. Sampai-sampai dia melarikan diri ke Yogya. Katanya mau menenangkan diri," ungkap Destri kepada si Dukun.
Dukun tersebut beranjak. Dia masuk ke ruangan lain yang ditutupi kelambu berwarna hijau senada dengan warna karpet. Sesaat kemudian dia membawa teko, cangkir dan kantong plastik.
"Mbah, nggak usah repot-repot," komentar Kony.
Dukun tersebut tersenyum kecut lalu berkata, "Ini bukan untuk kalian."
"Oh, maaf, Mbah." Kony menggaruk rambut bagian belakang. Dia sungguh malu karena salah menebak. Sementara itu, Destri menahan tawanya.
Dukun tersebut mengeluarkan daun teh yang mengering lalu menaruhnya di cangkir. "Perhatikan cara saya menuang teh dan ucapan mantranya."
Destri dan Kony memperhatikan dukun tersebut baik-baik. Padahal kalau dipikir tidak ada bedanya dengan cara menyeduh teh pada umumnya. Hanya saja ada mantra yang perlu diucapkan saat menuang air dan memberi gula.
"Nah, seduh teh ini untuk anak gadismu. Buat dia minum sehari dua kali tiap pagi dan sore hari tepat pukul 17.00. Lakukan selama satu minggu."
~ o0o ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Galau
RomanceSemua orang menginginkan pernikahan hanya dilakukan sekali seumur hidup. Tak banyak dari mereka memilih keputusan yang matang dengan penuh pertimbangan. Apa jadinya jika sepasang calon suami istri mengalami kegalauan menjelang tanggal pernikahan? Yu...