Aku duduk di depan meja rias dan melepas jilbab serta pernak-pernik di kepalaku masih dengan perasaan kesal. Aku bisa lihat sendiri wajahku di depan cermin rias yang cemberut. Hari ini aku terpaksa menikah, di jodohkan oleh Bapak dengan Lurah yang tahun ini akan menjabat sebagai lurah baru di desaku. Aku kesal bukan main, keputusan Bapakku sama sekali tidak bisa diganggu gugat. Padahal aku merasa masih muda, tapi sudah diburu-buru menikah karena katanya ramai digosipkan warga sebagai perawan tua. Tahun ini umurku 26 tahun, masih muda kan?. Tentu saja masih. Para warga itu saja yang kuno pemikirannya.
Selesai dengan pernak-pernik di kepala, aku berdiri dan menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku ini. Sebenarnya aku capek sekali dan pengen langsung tidur. Tapi nggak akan bisa, karena badanku lengket semua setelah seharian sampai malam ini jam 9 di pajang di atas pelaminan menyalami banyak sekali tamu, nggak tau berapa jumlahnya, padahal aku nggak kenal sama sekali dengan tamu-tamu yang ku salami itu. Sampai di kamar mandi dengan susah payah aku melepaskan gaun pernikahanku. Gaunnya bagus tapi berat dan susah lepasnya karena banyak kancing. Seperti sudah kebiasaan, begitu baju terlepas dan aku telanjang, aku langsung menghadap ke kaca full body yang memang sengaja aku pasang di kamar mandi. Aku memperhatikan tubuhku di depan kaca, dan mengagumi tubuhku sendiri. Badanku ini langsing di bagian pinggang, perutku rata, tapi bagian bokong dan susuku sangat besar menonjol. Apalagi kulitku putih dan mulus karena selalu aku rawat. Aku perhatikan lagi susuku yang pentilnya sebesar kelereng karena sedang tegang dan menggumam.
“Aduh hari ini susuku belum di kasih serum.” Segera saja aku masuk ke ruang shower dan mandi agar bisa skincarean rutin seperti biasa.
Selesai mandi dan mengeringkan tubuh dengan handuk, aku keluar dari kamar menuju walking closet dan membuka lemari mengambil baju tidurku. Aku suka koleksi baju tidur seksi berbahan satin yang halus dan lembut. Malam ini aku mau pakai baju tidur dengan model tanpa lengan yang panjangnya sebatas lutut dengan tali tipis di bahu. Masih mengenakan handuk aku duduk di depan meja rias yang ada di ruang walking closetku, aku mengambil dan memakai skincare untuk wajah. Selesai dengan skincare di wajah, aku melepas handuk dan kembali telanjang bulat lalu mengambil serum untuk susuku. Aku tuang secukupnya lalu aku ratakan di kedua tanganku, sambil melihat ke cermin, aku arahkan tanganku ke susu besarku. Aku usap-usap memutar, lalu aku remas pelan susuku tanpa menyentuh pentilnya. Susuku langsung mengkilat karena serum, terasa adem dan rileks sekali. Aku terus meremas susuku sambil menikmati dan memejamkan mata. Semakin di remas-remas, semakin membuat pentilnya tegang dan membengkak. Aku gemas melihat pentilku sendiri, pengen aku jilat dan gigit tapi lidahku tidak bisa sampai kesana. Akhirnya aku menjepitnya menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
“Ehhm.” Aku mendesah pelan begitu tanganku menyentuh pentil besarku, tubuhku sedikit bergetar. Selalu enak seperti ini kalau sudah tersentuh. Aku jepit dan tarik pentilku sampai terasa sakit-sakit enak. Lalu aku pilin-pilin dan ku lepaskan secara cepat sampai susu bulatku memantul-mantul.
“Uhhh enak, ehhm.” Tubuhku bergetar lagi, aku merasakan memekku berkedut gatal di bawah sana dan terasa basah.
Aku sudah melakukan kegiatan ini sejak kelas 2 SMA, saat aku menyadari bahwa aku punya aset bagus yang harus dirawat. Sejak itu aku rutin memberikan serum dan memijat susuku serta menarik-narik pentilnya, sekarang susuku tampak bulat, mulus dengan areola warna coklat muda serta puting sebesar kelereng yang menggoda, minta digigit. Sejak SMA pula, akhirnya aku menutupi tubuh seksiku ini menggunakan pakaian longgar dan jilbab yang menjulur menutupi dada. Sehingga orang-orang tidak ada yang menyadari kalau tubuhku sangat montok.
Selesai dengan memijat susu, aku mengambil baju tidur dan menggunakannya tanpa beha dan celana dalam, sudah kebiasaan seperti ini setiap malam saat akan tidur. Aku sudah capek sekali sekarang, punggungku juga sudah minta di istirahatkan. Tanpa memikirkan apapun, aku keluar dari walking closet dan menuju ranjang queen sizeku dengan selimut tebal yang tampak sangat nyaman. Tanpa tunggu lama aku menjatuhkan tubuhku, menarik selimut dan tertidur dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pak Lurah
RomanceAku duduk di depan meja rias dan melepas jilbab serta pernak-pernik di kepalaku masih dengan perasaan kesal. Aku bisa lihat sendiri wajahku di depan cermin rias yang cemberut. Hari ini aku terpaksa menikah, di jodohkan oleh Bapak dengan Lurah yang t...