Part 4

1.2K 180 58
                                    

»»———- HAPPY READING ———-««

DIKEHENINGAN malam, rembulan bersinar begitu indah dan suasana terasa sepi.

Kegelapan menyelimuti setiap sudut rumah mewah itu, pencahayaan remang dari beberapa lampu yang masih hidup tak cukup untuk menerangi seisi bangunan. Serpihan kaca berserakan dibeberapa tempat, barang-barang berhamburan dimana-mana dan terdapat bercak darah.

Bencana seling berganti menghampiri keluarga yang diambang kehancuran itu. Memporak-poranda sepasang ibu dan anak, mengakibatkan pertengkaran begitu hebat, saling berteriak dan meraung diatas takdir keji.

Dunia mereka hancur. Tak ada apapun yang tersisa.

Satu-satunya yang mereka punya hanyalah rumah ini. Yang telah menemani sejak awal, menyimpan kenangan-kenangan yang tak dapat terulang kembali. Harta terakhir dari semua hal yang pernah mereka punya.

Dengan langkah sempoyongan, Chenle berjalan pelan menuju ranjang.

Menghempaskan tubuh keatas permukaan lembut, memejamkan mata dan berharap tertidur agar melupakan segala hal yang telah terjadi. Tetapi semua lebam ditubuh tak mengizinkan, luka sobekan disudut bibir dan darah dihidung, sekujur tubuh terasa kebas.

Terlalu sakit, sampai ia tak dapat merasakan tubuhnya sendiri.

Sang ibu sudah puas menjadikan putra kandung bak samsak tinju, melampiaskan segala hal didalam diri. Tidak cukup mempermalukan sang putra didepan semua orang, ia juga menghajar si manis dirumah mereka.

Andai, rasa sakit pada fisik dapat mengurangi tekanan jiwa. Namun faktanya malah memperburuk segala rasa yang ada, seolah berlomba menghancurkan tubuh si pemuda.

Kapan terakhir kali ia makan? Entahlah, memuntahkan darah mungkin rutinitas hari ini.

Chenle terlalu lelah untuk mengumpati keadaan, menyalahkan segala hal yang menimpa dan bertingkah bagaikan orang tersakiti, ia tak punya tenaga untuk melakukannya.

Sehingga, menatap kosong langit malam adalah bentuk kepasrahan nya. Memandang rembulan yang bersinar indah, bintang-bintang menghiasi langit kelam yang menjadi saksi bisu banyak tangisan.

Bagaimana semua ini bermula? Kesalahan apa yang ia lakukan hingga seseorang begitu gigih menghancurkan kehidupannya?

Apakah karma sebab telah melecehkan mental teman-teman sebayanya? Lalu bagaimana dengan perundung lain? Tidak adil jika hanya ia yang merasakan semua ini.

Hati dan pikiran berperang mempertanyakan hal-hal diluar kemampuan.

Pemikiran labil dimana merasa tak adil sebab melihat para bajingan tetap hidup bahagia bahkan setelah membunuh mental banyak orang.

Situasi mengguncang jiwanya terlalu kuat. Menghantam tanpa ampun pertahanan diri yang belum sempurna, menggerogoti tubuh kecil pemuda yang bahkan belum mengerti arti dunia yang sebenarnya.

"Ugh— ayah... "

Memeluk diri sendiri dengan harapan mampu menghalau dingin yang menusuk ketulang, meracau ditengah kekalutan yang perlahan menelan habis.

"Ayah... Ayah— sakit.... "

Menangis seperti anak kecil tidak akan membuat dunia melunak, namun biarlah ia menumpahkan semua dibenak sebelum kembali menjadi orang dewasa.

"Ayah... "

Ditengah semua ini, bisakah Chenle berharap sosok itu ada disampingnya? Mengusap kepala dan memberi dekapan hangat agar ia tak kehilangan diri sendiri.

NOXIOUS | JichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang